Terlahir cantik, kaya raya, cerdas, tapi selalu gagal jika berhubungan dengan percintaan, gadis baik-baik tapi selalu disakiti deretan pria yang pernah jadi pacarnya, dengan berbagai macam alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang paling menyakitkan.
Sampai akhirnya sesuatu yang rasanya tidak masuk akal pun terjadi, bagaimana bisa seorang wanita biasa, meskipun memang ia kaya, tapi tidak masuk akal dikejar-kejar oleh seorang selebriti papan atas.
Happy reading yeorobun 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Beberapa hari kemudian mereka kembali ke Mithnite, sepanjang 12 jam penerbangan itu mereka sibuk menceritakan bagaimana serunya liburan itu, dan berencana mengulanginya lagi jika ada jadwal mereka yang kosong.
"Janji ya jangan terlalu deket sama dokter Andre."
"Iya bawel, kamu langsung balik ke rumah apa kemana dulu? Atau kita perlu beda tranportasi?"
"Ngga, sayang. Aman."
Setelah perjalanan yang panjang itu akhirnya mereka tiba di bandara Mithnite, masih dengan masker dan bucket hat pinjaman itu, Shane keluar dari jalur lain di bandara yang ramai itu sementara ia meminta Kiara menunggu di lobby kedatangan.
"Sayang, liat mobil putih ngga? Aku liat kamu, ke arah barat. Iya bagus liat kesini. Diem disitu ya. Aku jemput." seru Tommy melihat Kiara dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Sementara orang yang duduk di kursi kemudi menganga, terbingung tidak percaya akan apa yang dilihat matanya.
"Seriously?" matanya membola meminta penjelasan kepada Tommy yang duduk dibelakang.
"Apa si bang? Iya itu pacar gua. Cantik kan?", cengengesan Tommy tidak perduli keterkejutan managernya itu.
Klek
Pintu mobil di buka oleh gadis cantik berkulit putih pucat, dan seketika duduk di samping Tommy yang langsung merangkulnya.
" Woahhh...", kaget pak manager masih terperangah.
"Hehehe... kaget ya pak." cengengesan Kiara berusaha melepas paksa tangan Tommy yang bertahan merangkulnya.
"Apa sih yang, udah ah. Pak manager cuma lagi syok aja, ngga ngaruh kok."
"Jadi ini beneran?", manager TP masih ragu, karena ini Tommy yang kelakuannya suka random.
"Iya bang, udah ah ayo. Pegel nih." keluh Tommy.
Mobil putih itu melaju meninggalkan bandara menuju tempat yang sudah pasti para readers juga tahu, dimana yeorobun? Yak... benar, rumahnya nona muda Kiara Levin.
Pasangan itu sepertinya sangat kelelahan karena perjalanan jauh mereka ditambah lagi dengan jetlagnya. Pak Chris aka Bang Chris aka Managernya TP tersenyum melihat satu anak asuhnya sudah kembali sifatnya ke sedia kala. Tommy yang ceria, random, dan berisik itu sudah kembali.
"Pak manager." seru Kiara tiba-tiba baru bangun dari tidurnya.
"Panggil Chris aja nona."
"Mas deh, mas Chris. Berapa banyak jadwalnya yang dia cancel? Saya mau ganti rugi, pasti agensi kalian chaos kan karena manusia ini bertingkah?".
"Ngga kok, ngga ada yang dibatalin. Semuanya di reschedule, masih aman kok nona."
"Panggil Kiara, atau Kia mas."
"Masih aman kok Kia, lagian dia habis konser lama, liburnya pasti ada. Udah berapa lama?"
"Apanya?"
"Itu macarin si jamet."
"Ahhahaha... iya agak jamet emang. Lima bulanan mas."
"Wahh udah lama juga ya? Btw Shane pernah bawa cewe ngga?."
"Ngga mas, kenapa emangnya?"
"Kayaknya dia udah punya pacar lagi, takutnya ketahuan agensi atau ketahuan fans, kasian wanitanya, tau kan fans TP gimana."
"Bukan cuma cewenya Shane mas, aku juga jantungan sebenernya."
Keluhan itu ditanggapi kekehan oleh pak manager, yang akhirnya menurunkan mereka tepat di garasi Kiara.
Alis sang tuan rumah meninggi sebelah karena melihat mobil Alexa terparkir tepat di depan pintu masuk. Hal yang sangat jarang terjadi Alexa membawa mobilnya sendiri, paling ia akan menggunakan taksi online untuk berkunjung.
"Mas Chris, ayo mampir dulu. Ngga sibuk kan?", tawar Kiara.
"Mas? Kamu manggil dia mas?", Tommy tidak terima.
"Jadi maunya aku panggil apa? Mamang? kang Cilok? Kang seblak?." Chris tertawa melihat pasangan itu akan berdebat hanya karena panggilan.
"Ayo mas." ajak Kiara.
"Aku ngga di ajak, aku balik ke dorm aja." Tommy sok ngambek.
"Bisa normal sebentar ngga, ngga usah bertingkah. Cepet...", Kiara menarik daun telinga Tommy.
" I-iya yang, maaf maaf. Sakit sayang... aduh...", keluhnya. Sumpah demi apapun pak manager tertegun melihat Tommy begitu patuh dan rapuh didepan Kiara, seperti seorang anak yang hanya takut kepada ibunya.
"Lu udah ketemu pawang lu Tom." batinnya.
Chris duduk di ruang tamu merilekskan badannya, menyandari sofa empuk itu. Tommy membuatkan sesuatu di pantry untuk mereka minum, sedangkan Kiara sedang mencari sesuatu yang bisa mereka makan didalam kulkas, sejenis snack atau makanan cepat saji.
"Aku ke kamar sebentar ya, kayaknya aku lupa ada satu paper bag keripik di kamar." seru Kia, Tommy mengangguk dan tersenyum sembari mengaduk minuman buatannya.
Semakin mendekati kolam renang berada tepat didepan kamarnya, samar-sama Kiara mendengar suara, terkadang tertawa lirih, atau bercakap-cakap. Ia mulai overthinking, apakah ada maling? Drap drap drap langkahnya pelan dan ragu.
Alangkah terkejutnya ia, mulutnya menganga dibalik tembok itu. Presensi dua orang manusia yang saling memeluk ditengah kolam renang, berbincang sembari bercanda, sesekali saling mengecup, entah membicarakan apa pokoknya seru sekali.
Pria bertubuh tinggi kekar dengan tato dengan wajah innocence, sedang menggendong seorang gadis berambut golden brown, mereka berpelukan mesra ditengah kolam renang.
Cekrek... ia mengambil gambar kedua orang yang sedang dimabuk cinta itu.
"Jadi, cowo yang lebih gemesin dari cowo gua itu wujudnya begini ya, Lex. Boleh juga?", cengir Alexa dari pinggir Kolam.
Kedua orang yang masih berendam ditengah kolam itu terperanjat bukan main. Bagaimana bisa mereka tertangkap sekarang setelah hampir dua bulan mereka menyembunyikannya?
Flashback, dua bulan sebelumnya
Ingat momen dimana Juan menemukan Shane sedang berdiam diri dan menangis dibawah shower? Hari itu adalah hari dimana Alexa menolaknya.
Beberapa minggu sebelumnya Shane yang sedang keliling kota ditengah malam, secara kebetulan menemukan Alexandra didepan sebuah restoran barbeque yang sudah tutup, wanita itu terlihat menunduk dan sesekali melenguh, sepertinya ia mabuk parah.
Shane mengenakan masker dan hoodie bertudung.
"Mba Lexa?." sapanya ragu.
Wanita berambut golden brown itu mendongak.
Fix, mabuk.
Matanya merah, tatapannya kosong, tidak ada kontrol yang baik akan tubuhnya yang selalu hendak tumbang.
"Ohh.... Shane.... Shane The Prince....", teriaknya.
Happ... Shane membungkam mulutnya dan membawa Alexa masuk ke mobilnya.
"Shane... kamu ternyata ganteng banget ya. Jadi tiba-tiba naksir hik...", seru Alexa yang mabuk disamping Shane yang fokus mengemudi.
" Mba Lexa kok minum sendirian? Untung aku yang nemuin, gimana kalo ada orang jahat, bahaya mba."
"Hmmmh.... seandainya aku nemu satu aja cowo yang peduli kayak kamu ini, ngga akan aku lepas sampai mati. Hik... hik.. hiks... huaaa....", tangis Alexa menekuk lututnya.
"Wah parah nih... bawa kemana ya?? Kalo ke rumah mba Kia, orang-orang pasti udah tidur, ngga enak. Yang bener aja bawa ke dorm, apartemen gua aja kali ya." gumam Shane pada dirinya.
Susah payah Shane membawa Alexa untuk masuk ke penthouse miliknya. Bukan karena Alexa berat untuk digendong, tapi gadis itu tidak bisa diam, ia selalu saja mencoba kabur dari genggaman Shane, selalu mengajak kejar-kejaran, jelas-jelas ia mabuk parah. Karena sudah kelewat kesal Shane mengangkat Alexa dan memikulnya di pundah, seolah karung beras.
"Shane.. turunin ngga... turunin. Itu ada domba aku harus tangkep Shane..".
"Ngga ada domba disini."
"Itu ada warna-warni, turunin. Aku mau tangkep. Biar jadi kado ulang tahunnya Kiara, turunin anjir."
"Mba ini pertama dan terakhir aku bawa mba mabuk kesini ya, sumpah parah banget." keluh Shane, dan membawa masuk Alexa.
"Waaaah...... ", girang Alexa berlarian memutari ruangan luas itu.
" Bodo ah, yang penting ngga kabur." seru Shane membiarkan Alexa bertingkah sesukanya.
"Shane...", seru Alexa mendekat tiba-tiba dan duduk disampingnya.
"Kamu jangan jadi cowo brengsek yang aku temuin selama ini ya, kamu harus jadi anak baik. Anak baik bisa cepet kaya hehe. Hik...", tangisnya di ujung kalimat.
"Kenapa mba? Mba ada masalah?".
"Shane... aku baru aja diputusin cowo, eh bukan putus, karena kita ngga pernah jadian. Padahal kita udah hampir setahun bareng, jalan, makan, bahkan kita udah beberapa kali tidur bareng. Aku kira dia memang nyaman dengan hubungan tanpa status kayak gitu, tapi ternyata dia diem-diem nikahin orang lain, huaaa....", tangisnya.
Shane tidak menjawab apapun, ia hanya menarik Alexa untuk bersandar padanya, mengelus punggungnya untuk memberi ketenangan.
Alexa tiba-tiba menengadah pada pria besar itu, matanya sendu dan perlahan ia menarik tengkuk Shane dan menciumnya dalam-dalam. Shane kaget bukan main, bibir hangat beraroma alkohol itu lama-lama membiusnya dan pada akhirnya mereka saling menikmati ciuman yang semakin lama semakin gila itu.
skip
Pagi hari yang cerah, Alexa pun terbangun, matanya berat, badannya juga terasa nyeri semua. Perlahan ia membuka matanya, jreng....
"Gua dimana anjir?", pekiknya lirih.
Ia merasakan sesuatu yang kekar melingkari perutnya, itu tangan. Tangan besar dan berotot, ada tato yang sangat familiar menghiasi lengan besar itu.
"Ini tatonya, S-shane....?", bisiknya kaget luar biasa, perlahan memutar arah kepalanya untuk bisa lebih jelas melihat.
"Oh Neptunus, Saturnus, Uranus, dan Pluto yang sudah keluar dari orbitnya, hal gila macam apa yang udah gua lakuin semalam... Oh sh*t.... ", pekiknya melihat dirinya tidak mengenakan sehelai benang pun didalam selimut.
" Huhh... tenang Lexa tenang... Lu semalam mabuk jadi ngga inget apa-apa." batinnya membuat pembelaan akan dirinya sendiri.
Kemudian matanya memejam tiba-tiba mengingat semua yang terjadi semalam. Ia jadi teringat bagaimana rasanya, apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan, semua detailnya ia ingat.
"You're mine mba Lexa, you're mine ah..."
"Y-yass babe, I'm yours ahh.. Shane.."
"Aku ngga bisa berenti mbak... I can't. You're so beautiful."
''Shane ah..."
Ia terpaku pada jendela yang masih tertutup, merutuki dirinya yang gila. Bagaimana Shane dan dirinya saling menuntut semalam suntuk? Saling menerima, saling memberi. Tapi dibalik itu semua ia malu, sunggu malu. Bagaimana nantinya ia akan menghadapi Shane.
Perlahan ia bangkit dan mengenakan seluruh pakaiannya yang bertebaran dimana-mana. Ia ingat semuanya meski mabuk. Sebagai pembelaan mereka berdua pasti sama-sama mabuk, itu yang Kiara tanamkan pada dirinya.
"Honey... kamu udah bangun hm?", ucap Shane dengan senyum lebar.
"Hhaa? Hmm Shane, aku buat penegasan. Aku mabuk berat semalam, jadi aku ngga sadar. Jadi ehmm jadi... ayo lupain semua yang terjadi tadi malam, anggap kita ngga ketemu tadi malam." jelas Alexa.
"Hah? Gimana-gimana?"
"Ayo lupain kita pernah tidur bareng." ulangnya. Mata Shane berair, jangan lupakan Shane adalah si bontotnya The Prince.
"Mba Lexa bilang apa? Lupain? Lupain mba bilang? Mba Lexa yang pertama nidurin aku, lupain mba bilang? Hah? Ngga! Aku ngga bisa." tantang Shane.
Deg
"Aku pertamanya?", batin Alexa ngilu.
"Mba bilang semalam mau pacaran sama aku, kenapa pagi ini malah berubah. Aku ngga terima mba. Aku ngga bisa lupa." bentak Shane.
"Shane... anggap aja kita semalam one night stand."
"Ngga, aku ngga paham one night stand. Aku cuma paham, kita tidur bareng karena saling nyaman."
"Terserah kamu Shane, maaf aku harus pergi. Aku harus ke kantor." lalu meninggalkan Shane yang masih dalam selimutnya.
Sejak saat itulah Shane tidak pernah lagi kembali ke rumah Kiara, ia takut dan akan sangat sedih jika menemui Alexandra yang menolaknya. Alexa memang menolaknya tapi Alexa adalah tipe yang perasaan, meski tampilan dan kelakuannya berbanding terbalik. Apalagi saat Juan menceritakan bagaimana Shane terisak dibawah shower, murung, dan tidak kooperatif ketika bekerja. Diam-diam gadis alpha didikan Kiara itu menjadi merasa sangat bersalah dan dihantui akan keegoisannya.
Shane lebih muda lima tahun darinya, itu yang membuat dia maju mundur untuk mendekat. Tapi lama kelamaan rasa bersalahnya semakin menumpuk disaat Shane tidak lagi menuntut apa apa. Selama ini Shane selalu berusaha meyakinkan Alexa untuk menerimanya, ia akan memperlakukan Alexa dengan baik, ia hanya akan tidur dengan Alexa, tidak akan selingkuh, sepolos dan se blak-blakan itu Shane.
Isi chat Shane yang terakhir membuat Kiara overthinking, hatinya juga tidak nyaman. Tidak bisa se fokus biasanya saat bekerja, hingga Kiara beberapa kali komplain.
"Lu ada masalah apa sih Lex, berat banget kayanya."
"Ngga... ngga papa. Gua kurang tidur aja, insom gua kambuh lagi."
Ia masih berusaha untuk tetap denial akan perasaannya. Egonya dan pride dalam dirinya. Shane tidak pernah lagi menanyakan kabarnya, berkali-kali ia mengecek room chatnya dengan Shane, melihat notifikasi online pria itu saja sudah membuat hatinya menghangat.
Tidak tahan lagi dengan pikirannya yang kemana-mana. Ia pun memantapkan langkahnya menuju penthouse mewah milik Shane. Jika pun pria itu tidak berada disana, ia akan menunggu sampai Shane pulang.
Tok tok tok tok
Ketukan yang cukup kuat, bel juga sudah ia pencet tapi tak ada jawaban atau tanda-tanda sang pemilik ada di rumah. Matanya mulai berkaca-kaca dan berair, ia menyesal. Harusnya ia datang lebih cepat.
Klek... pintu kokoh itu akhirnya terbuka.
"Mba Lexa...?", binar mata yang selalu sama ketika melihat Alexa.
"Aku aku aku...." gagap Alexa dengan air matanya yang sudah tumpah kemana-mana.
Sapppp Brak... Shane menarik kuat Alexa sehingga gadis itu berakhir dipelukannya dan menutup pintu dengan cepat.
" Aku ngga akan lepasin kamu lagi mba, kamu ngga bisa lari lagi dari aku. Kamu punya aku. Sejak kamu menginjak ruangan ini, kamu punyaku, kamu punyaku Alexa...", seru Shane dan perlahan mencium Alexa dalam-dalam. Tidak ada penolakan lagi dari gadis itu, hatinya juga menghangat ketika Shane bilang ia miliknya.
"Aku milik kamu Shane dan kamu milikku." balasnya.
.
.
.
Tinggalin jejak ya yeorobun💜
.
.
Tbc ... 💜