Cinta Ke Dua

Sang hujan merindu akan batas di antara langit dan bumi, kehidupan tercipta bukan hanya tentang cinta, masih banyak hal yang harus tetap berjalan meski itu tanpa cinta.

Namun tidak bisa di pungkiri bila hidup yang kita jalani tak lepas dari cinta itu sendiri. Mengapa waktu berjalan begitu cepat, meninggal kan detik demi detik kenangan melukis jejak di antara bayang.

Beberapa hari ini aku terus merenung, akan kisah yang membelenggu batin ku, terkadang aku merasa mungkin kah ini adalah karma untuk ku, yang pernah meremeh kan perasaan seorang yang tulus kepada ku.

Detik berlalu tanpa menyisakan senyum bagi ku, sejak malam terakhir bertemu dengan Dita, tak bisa aku pungkiri bahwa aku masih sangat mencintai Dita, bagaimana pun juga dia adalah cinta pertama ku, tak pernah aku sangka sebelum nya.

Bila ternyata aku lah yang menjadi penyebab Dita pergi, kini setelah penyesalan datang dia benar - benar sudah pergi dan tak mungkin kembali.

Hubungan ku dengan Natalia juga tak bisa lagi bersama, bukan karena Natalia tapi karena aku yang tak bisa menerus kan kisah ku bersama nya. Di samping perasaan ku yang masih terpaku dengan Dita, juga karena aku bukan orang yang pantas untuk mendampingi nya.

Sebenar nya Natali tidak terima dengan keputusan ku yang memutus hubugan secara sepihak, ya.. Awal nya memang aku merasa kagum dan berniat untuk menjalin hubungan dengan Nata, namun seiring berjalan nya waktu, apa yang aku rasa kan ternyata berbeda dari saat aku bersama Dita, mungkin selama ini aku hanya kagum dengan sosok Nata yang terlihat cantik dan baik menurut ku, tapi setelah lama mengenal Nata, seperti nya aku salah menduga.

Nata tak sebaik yang aku kira, meski begitu aku tetap menjalin hubungan baik dengan Nata, mau bagaimana pun juga orang tahu nya, jika aku masih menjadi tunangan dari Nata, aku baru ngomong sama Nata saja, bila aku tidak bisa lagi bersama nya, aku ingin hubungan ini stop sampai di sini, tak perlu untuk di lanjut kan lagi, aku nyerah.

walau pun perasaan ku terhadap Nata, sudah berbeda tapi aku masih menjaga perasaan orang - orang yang ada di belakang ku, seperti orang tua ku juga pihak keluarga Nata yang sudah terlanjur berharap akan hubungan kita.

Tadi nya aku fikir bakal berhasil dengan Nata setelah Dita tiba - tiba pergi dan menghilang, mencapakan aku tanpa sapa. Namun semua berubah setelah malam itu, malam ketika tak sengaja aku bertemu dengan Dita, akhir nya apa yang selama ini pertanyaan yang selalu berputar di kepala ku, terjawab juga.

Bukan Dita yang menghianati ku, tapi aku yang terlalu brengsek menjadi manusia. Tak akan habis kata bila aku cerita tentang Dita, cinta pertama ku.

Hari ini aku mendapat kabar dari Nata, dia meminta ku untuk menemani nya ke acara perningkahan teman kerja nya. Aku pun terpaksa menuruti kemauan nya, hati masih terasa kelu untuk bersikap seperti sebelum nya. Entah bagaimana aku bisa menjalani hidup ku yang sudah terlanjur hancur berantakan.

ketika aku masih sibuk dengan lamunan ku, Nata sudah berada di rumah, aku dengar dia sedang berbincang dengan ibu, sudah seperti biasa paling juga lagi pencitraan agar terlihat manis, seperti aku yang dulu sempat tertipu juga. Akan sikap nya, seperti iblis yang berhati manusia.

Tok, tok, tok, ...

Terdengar pintu kamar ku di ketuk kasar, telinga ku sampai getar mendengar nya,

" Ya, masuk saja nggak di kunci.. " kata ku menegas kan.

" Ji, itu Nata sudah dari tadi nungguin kamu.. Malah ngapain saja sih di kamar mulu. " teriak ibu memecah gendang telinga ku,

Kebiasaan yang tak pernah berubah, seperti nya memang sudah dasar nya begitu. Hanya Dira yang bisa menenang kan ibu kala sedang mode teriak - teriak nggak jelas. Kalau pas begini jadi ingat sama tu anak, gimana ya sekarang kabar tu anak.

Apa sekarang dia sudah ada penganti ku, atau mungkin masih meratapi kesendirian seperti aku. Punya hubungan yang hanya sebagai formalitas saja.

" Iya bu, ini lagi bersiap, bilangin Nata bentar lagi aku siap bu. " jawab ku asal.

" Ya jangan lama - lama, kasihan Nata sudah dari tadi nungguin kamu, " sahut ibu.

" Siap bu, " jawab ku datar.

Setelah hampir satu jam perjalanan akhir nya aku dan Nata sampai juga di gedung nirwana, yang menjadi tempat acara teman Nata.

Sampai di tempat yang kami tuju, sudah banyak orang yang datang lebih sulah lebih dulu.

" Mas, maaf ya .. Aku jadi merepot kan mas Aji, " ucap Natali memecah kebisuan di antara kita.

" Aman, santai aja Nata.. Aku nggak merasa di repot kan kok. " jawab ku.

" Makasih ya mas, kamu sudah mau nemenin aku. " balas nya, seperti sedang mencoba mendekati ku, tapi nggak ngefek juga bagi ku, apa lagi aku yang pada dasar nya gampang bosen, dengan orang yang suka pura - pura model Nata. Mau di bujuk seperti apa, mau di deketin model apa juga.. Sulit bagiku untuk bisa respek seperti sebelum nya.

" Tidak masalah Nata, lagian aku juga sudah janji kan mau nemenin kamu hari ini. " jawab ku.

" Mas kenapa sekarang kamu berubah, apa sudah tidak ada harapan untuk kita bisa bersama lagi. " ucap Nata sembari mengengam lengan tangan ku.

" Maaf kan aku Nata, kita sudah pernah bahas ini sebelum nya. Keputusan ku tetap sama, kamu bisa dapat kan lelaki yang jauh lebih dari seorang Aji. Aku bukan laki - laki yang baik buat kamu. Tahu sendiri kan bagaimana brengsek nya aku. " jelas ku.

" Aku mohon mas Aji bisa mempertimbang kan lagi hubungan kita, aku nggak peduli mau seperti apa masa lalu kamu mas. Aku ikhlas terima kamu apa ada nya. " balas nya tanpa aku duga sebelum nya, bila ternyata Nata masih tetap ngotot untuk tetal bersama ku.

" Ya Tuhan, Nata.. Bagaimana lagi aku menjelas kan agar kamu paham, ini bukan hanya tentang perasaan kamu. Tapi juga tentang perasaan ku, memang awal nya aku berharap untuk bisa tetap bersama mu, tapi dalam kenyataan nya aku belum bisa lepas dari masa lalu ku. Aku minta kamu bisa ikhlas untuk melepas ku, mungkin kita di pertemukan bukan untuk menjadi pasangan. " ungkap ku.

Setiap air mata yang menetes dari mata bening nya, entah mengapa aku seperti sudah tak peduli. Kecantikan yang dulu aku kagumi, kini nampak biasa saja. Mungkin perasaan ku yang sudah berubah atau dia yang sudah tak lagi menarik buat ku.

Dulu aku juga pernah merasakan hal yang sama seperti ini, ketika pertama aku bertemu dengan Dira, gadis manis, lembut, yang penuh semangat itu mampu merubah warna lain dari hidup ku. Akhir nya semesta pun mendekat kan aku pada nya, seolah mendukung aku untuk bersama nya. Rasa kagum ini lah yang memicu ku untuk memilih nya.

Ketika kekasih ku yang sesungguh nya meminta aku untuk meningkahi perempuan lain, agar keluarga ku tak curiga dengan hubungan ku dan Dita. Ada banyak hal yang membuat aku tak bisa bersama Dita, salah satu nya adalah faktor keluarga.

Hingga aku menyetujui ide gila kekasih ku untuk meningkahi perempuan lain dan Dira lah yang menjadi pilihan ku. Mulai dari hari itu aku menjadi gencar untuk mendekati Dira, melalui perhatian - perhatian kecil ku akhir nya hati Dira luluh juga. Walau pun Dira tak mau menjalin hubungan seperti pacaran maka tanpa berfikir panjang aku langsung melamar Dira, kala itu.

Setelah meningkah aku menjadi semakin lebih mengenal sosok Dira, semakin ke sini malah aku jadi takut bila nanti nya aku jatuh cinta sungguhan sama dia. Akhir nya aku terpaksa seolah menjadi orang yang jahat di depan nya. Bahkan tak jarang aku memukuli nya, ketika sedang kesal sama Dita, pasti Dira yang akan ku jadi kan pelampiasan.

Sial nya, dia hanya diam dan tetap baik kepada ku. Sikap dan perhatian nya itu pun sukses membuat ku merasa semakin bersalah. Mau tak mau aku terpaksa harus membuat nya benci terhadap ku, agar saat aku dan Dita sudah siap ke tahap yang lebih serius, Dira bisa dengan mudah melepas kan diriku.

Berbagai macam cara aku lakukan, sampai aku rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk menyewa perempuan yang mau menemani ku, agar Dira mau dengan suka rela meninggal kan ku. Namun rupa nya prediksi ku salah, sudah beberapa perempuan aku bawa ke rumah, agar Dira melihat nya, alhasil Dira malah tetap baik seolah tidak pernah terjadi apa - apa, dengan hubungan ini.

Sampai di situ aku baru mikir, ini dia yang sebenar nya tak memiliki perasaan terhadap ku, atau memang hati nya yang terlalu baik. Apa sengaja bodo amat dengan apa yang aku perbuat di belakang nya. Sampai dia diam saja saat aku bawa perempuan lain ke rumah, bahkan dengan perempuan yang berbeda - beda, perempuan lain pasti sudah heboh minta pisah. Lha ini malah terkesan nggak peduli,

Saat aku sudah nggak tahu lagi, nggak ngerti lagi harus gimana, agar dia mau pergi dari kehidupan ku. Eh, bantuan alam datang seolah merestui aku berpisah dengan Dira, orang baik yang tak akan pernah bisa aku miliki seutuh nya. Malam itu dengan suka rela Dira memilih pergi dari ku, karena ibu.

Kini harapan ku memang terwujud, tapi tak ku sangka malah aku kehilangan Dita, orang yang begitu aku harap kan. Semua terjadi karena kesalahan ku juga sih, yang terlalu mudah tertarik dengan orang baru. Kini setelah aku menyadari semua nya mereka telah pergi menjauh dari hidup ku. Namun bukan Aji nama nya bila tidak bisa bersanding dengan orang yang dia sukai.

...****************...