Tiara Salsabila biasa dipanggil Rara adalah sosok gadis polos, sederhana dan kekanakan. Dia jatuh hati pertama kali pada Tian, sosok pria yang membuatnya iri karena Tian mempunyai kelebihan yang menjadi kelemahannya.
Namun ternyata cintanya itu membuat kecewa. Tian tidak seperti yang diharapkan gadis tersebut. Tian ternyata diam-diam sosok playboy yang mempunyai banyak wanita.
Semenjak itu Tiara tidak bisa mempercayai yang namanya laki-laki. Tiara berubah dratis dan melindungi dirinya sendiri. Hingga datang seorang pria yang dengan tulus mencintainya. Bahkan melamarnya, Namun pria tersebut tidak lain adalah dosen killernya. Dosen yang selama ini membuat Tiara kesal, emosi bahkan menangis karenanya. Akankah Tiara percaya dengan cinta sang dosen? Dan menerima lamarannya? Baca kisahnya di Lentera Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arti Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantin kampus
Hasan langsung beranjak, meninggalkan gadis itu dan melangkahkan kakinya menuju balkon. Pria itu terlihat diam dan menghirup udara malam dalam-dalam. Berharap dapat menetralisir pikirannya.
Rasanya hasrat yang begitu kuat menyelimuti dirinya. Namun pria tersebut menahannya. Dia tidak ingin memaksakan kehendaknya sendiri, tanpa persetujuan dari gadis itu. Walaupun Mereka sudah sah. Hasan mengusap wajahnya dan lalu duduk. Sambil melihat pemandangan malam. Angin sepoi-sepoi terlihat dari pepohonan rindang dipinggir jalanan. Bulan sabit terlihat indah mewarnai langit dimalam ini.
Sedangkan Tiara langsung menarik selimutnya. Gadis itu menepuk-nepuk bukunya ke jidat. Dia masih mengingat kejadian tadi. Tiara pun terdiam. Sepertinya pria tersebut menghindari kontak fisik dengannya. Tiara pun berpikir, mungkin dirinya masih dianggap anak kecil bagi pria tersebut. Yang harus fokus belajar dan mengejar cita-citanya.
Dering handphone membuat Tiara semakin kesal. Bagaimana tidak, Afifah dan Wina selalu penasaran dengan pernikahannya. Padahal pernikahannya masih sedingin salju dikutub utara.
Grup WhatsApp
Ra, bagaimana malam pertamanya?~ Afifah
Ra, pokoknya kalau bertemu ceritakan~ Afifah
Benar Ra, jangan menyimpan kisahmu sendiri, tidak asyik~Wina
Ra, balas dunk~ Afifah
Sepertinya Rara lagi sibuk bulan madu Fah, jangan diganggu~ Wina
Benar juga, kalau gitu tunggu saat dikampus~Afifah
Tiara hanya membaca setiap notice grup tersebut. Dan belum berniat untuk membukanya.
Malam sudah larut namun pria tersebut belum juga masuk kembali ke kamarnya. Tiara menjadi gelisah. Gadis itu pun beranjak dari tempat tidurnya. Entah mengapa , Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan pria tersebut.
Tiara keluar dari kamar. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya. Terlihat Pria tersebut tertidur diatas lipatan tangannya. Tiara pun terlihat bingung. Secara diluar sangat dingin. Dengan keberaniannya, Tiara pun membangunkan suaminya tersebut.
" Mas! Mas! " Ucap Tiara membuat Hasan membuka matanya. Dan terlihat wajah Tiara.
Hasan pun membenarkan kacamatanya dan lalu beranjak. Tiara spontan menggandeng tangan suaminya itu untuk masuk. Karena diluar benar-benar dingin.
Sampai dikamar, saat Hasan ingin tidur disofa. Gadis itu melarangnya. Dan menyuruhnya ditempat tidur saja, dengan alasan agar tidak kedinginan.
Hasan yang sudah mengantuk berat, menurutinya. Gadis itu pun menarikkan selimut juga untuknya. Mereka tertidur.
Alarm pagi berdering. Hasan terbangun, Matanya terkejut. Wajah gadis itu kini berada tepat didepannya. Pria itu pun tersenyum dan lalu mengusap kening istrinya tersebut. Gadis itu terbangun.
" Sholat subuh." Ujar Hasan mengingatkan.
...***...
Setelah kembali dari Paris, Tiara mulai mempersiapkan dirinya untuk kembali masuk kuliah. Tentunya dengan prodi yang baru, suasana baru dan status baru.
Tiara memilih diantar Pak Bejo. Gadis itu tidak mau terlalu mencolok berangkat bersama suaminya tersebut. Secara tidak semua mahasiswa dan dosen mengetahui pernikahan Mereka.
" Terima kasih Pak." Ucap Tiara begitu keluar dari mobil silver tersebut.
" Sama-sama Nduk, Nanti telepon saja kalau sudah selesai." Ujar Pak Bejo layaknya seorang bapak yang mengantarkan putrinya ke kampus.
" Baik Pak." Sahut Tiara.
Tiara mengayunkan langkahnya menuju kampus. Tapi entah mengapa perasaannya jadi resah. Sebab, dua sahabatnya itu sudah menunggu kedatangannya. Siapa lagi kalau bukan Wina dan Afifah. Sorot mata Mereka sudah menunjukkan banyaknya pertanyaan yang tersimpan dibenaknya.
" Hey, hey ,hey pengantin baru. " Goda Afifah. Tentu saja membuat Tiara jadi salah tingkah.
" Jadi gimana.., gimana bulan madunya?" Wina tak mau kalah menggodanya.
" Biasa saja." Sahut Tiara sambil cengar cengar.
" Terus jadi jodohnya Pak Hasan, tekanan darah tinggi gak tuh setiap hari?" Celetuk Afifah.
" Gak hanya tekanan darah tinggi, diabetes juga." Sahut Tiara membuat Mereka berdua tertawa. Namun tiba-tiba sosok yang Mereka bicarakan berjalan melewati gerombolan pengghibahnya. Serentak bertiga terdiam
" Pagi Pak, " Sapa Mereka spontan dan berharap pria tersebut tidak mendengarkan candaan Mereka.
" Pagi," Jawab Hasan seraya membenarkan kacamatanya.
Tiara langsung garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Afifah dan Wina malah kembali kepoin Tiara.
" Jadi Ra, bagaimana malam per..," Belum selesai kata-kata Afifah, Tiara sudah kabur duluan.
" Aku mau cari kelas baruku dulu." Ucap Tiara setengah berteriak.
Pagi ini gadis itu melangkahkan kakinya menelusuri gedung Fakultas Ekonomi. Mencari ruang kelas pengantar akuntansi satu. Begitu sampai ruang kelas yang dicarinya, gadis itu pun bergegas langsung masuk. Kelas sudah lumayan penuh. Mau tidak mau Tiara duduk dibagian depan.
" Hey, salam kenal namaku Lia." Seorang gadis memperkenalkan dirinya. Dia terlihat sangat feminim. Rambut terurai, kemeja warna biru beserta rok renda panjangnya.
" Salam kenal juga, Rara." Sahut Tiara memperkenalkan dirinya juga.
Kali ini gadis itu lebih serius dalam kelasnya. Tidak seperti sebelumnya. Satu per satu materi yang dicatatnya. Setelah jam kuliah selesai. Tiara membereskan note book dan buku bindernya.
Lalu gadis tersebut melangkahkan kakinya menuju masjid untuk sholat sunah dhuha. Setelah selesai Dia menuju ke kantin kampus. Seraya menunggu mata kuliah berikutnya.
Tiara memesan es teh kesukaannya dan duduk sendirian, sambil menikmati buku bacaannya.
Tian yang tidak sengaja melihatnya, langsung menghampirinya.
" Sendirian saja, Ra?" tegur Tian.
Tiara terkejut dan menoleh. Lalu gadis itu mengangguk.
" Bagaimana rasanya masuk kuliah kembali?" Tanya Tian basa basi pada kakak iparnya tersebut.
" Menyenangkan." Sahut Tiara.
Tiara sepertinya membatasi jarak dengan pria didepannya saat ini. Dia tidak ingin membuat pria tersebut berharap lagi padanya.
Sedangkan Tian diam-diam memperhatikan Tiara dengan seksama. Sepertinya gadis itu tidak ada perubahan yang signifikan setelah menikah. Dia masih gadis polos yang dulu disukainya.
" Cuaca hari ini sepertinya terik ya." Ujar Tian memecah keheningan Mereka.
" Iya," Tiara menjawab seperlunya.
Dan dibawah teriknya sinar matahari, Hasan melangkahkan kakinya mencari gadis tersebut. Ke masjid, perpustakaan dan sekitar fakultas ekonomi. Namun gadis itu belum terlihat dimatanya.
Setelah sejenak berpikir, Pria tersebut melangkahkan kakinya menuju ke kantin. Rambutnya yang tertata rapi dan kacamata yang menjadi ciri khasnya, membuat semua mahasiswinya mengeluh-eluhkannya.
" Siang Pak," Sapa salah satu mahasiswi-mahasiswinya sengaja mencari perhatian dosen tersebut.
" Siang,"
" Masya Allah, dijawab saja, rasanya bergetar jiwa ini." Gumam mahasiswi tersebut suaranya masih terdengar jelas ditelinga Hasan. Membuat pria tersebut geleng-geleng kepala. Andai saja yang mengucapkan itu gadis yang saat ini menjadi istrinya, mungkin akan berbeda responnya. Pria itu membayangkan, Tiara bergumam seperti gadis itu itu tadi. Membuat Hasan senyum-senyum sendiri.
" San! Ente mau kemana?" Suara Aidan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah suara tersebut.
" Kantin." Sahut Hasan.
" Apa Kalian berlebihan hingga kelaparan," Bisik Aidan menggodanya. Hasan langsung menjitak jidat sahabatnya tersebut.
" Eits, eits, tidak sopan adik ipar menjitak kakak iparnya." Gumam Aidan.
" Ya sudah lanjut gih, " Ujar Aidan sebelum Hasan menjitaknya kembali.
Tanpa sengaja gadis itu melihat Hasan sedang celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Berakhirlah riwayatku.Pikir Tiara.
Takut pria tersebut akan salah paham lagi padanya. Tanpa pikir panjang, Tiaraberanjak dari tempat duduknya.
" Kok buru-buru, Ra."
" Aku ada mata kuliah." Jelas Tiara, namun apa daya mata pria itu sudah tertuju padanya.
Benar-benar berakhir riwayatku. Pikir Tiara menelan ludahnya dalam-dalam.
To be continued
Jangan lupa like dan komentarnya. Terima kasih.