Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Seina diam saja dengan wajah yang dibuat seramah mungkin meski terlihat kaku. Ia membawa El menuju ruang vip di lantai 2 lalu membuka puntunya.
"Silahkan tuan" ucap Seina dengan senyum terpaksa.
"Aku kan tadi bilang ingin diruanganmu saja, apa kau tuli?" sarkas El.
"Maaf tuan, ruangan saya tidak untuk pelanggan"
"Aku bukan pelanggan tapi tamu dan aku ingin mengatakan sesuatu yang pribadi denganmu" ucap El.
"Tapi maaf saya tidak mengenal anda" suara Seina sudah berubah dingin dan wajahnya jadi datar.
"Kenal tidaknya kamu harus bersikap baik pada tamu, ayo bawa aku keruangan kerjamu" paksa El berjalan keluar.
Seina mendengus kesal dengan sikap pria yang ia memang tidak mengenalnya itu. Sedangkan El sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan Seina tadi, tidak mengenalku? yang benar saja gadis ini batinnya.
"Hei tuan! mau kemana jangan sembarangan masuk ketempat orang" ucap Seina saat melihat El yang berjalan kearah ruang kerjanya.
Namun yang dipanggil tidak memperdulikannya malah membuka pintu bercat hitam itu lalu masuk. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah rapi juga bersih.
Ruangan yang di dominasi dengan warna kuning dan ungu itu membuat suasananya terlihat cerah dan luas. Wangi ruangan itu juga sangat menenangkan bagi El yang berada disana.
"Heh, kenapa masuk sembarangan ketempat orang lain? tidak pernah diajari sopan santun ya!" kesal Seina.
El menatap tajam gadis dihadapannya yang bermuka datar itu. Bukannya takut Seina malah terlihat menantang El yang lebih tinggi darinya.
"Kamu tidak dengar apa yang aku katakan tadi?"
"Tidak perduli, keluar sekarang juga" usir Seina.
"Kau tahu.."
"Tidak"
"Aku belum selesai" El semakin menatap tajam gadis dihadapannya.
Baru kali ini ia berhadapan dengan wanita yang tidak tertarik dengan pesonanya sedikitpun.
"Apa?" tantang Seina
"Kau harus menjadi kekasihku" ucap El membuat Seina melotot padanya.
El tidak merasa takut dengan mata Seina yang melotot padanya. Bagi El itu lebih bagus karena ia bisa melihat lebih jelas mata bulat yang indah dihadapannya itu.
"Kau gila ya, keluar sekarang sebelum aku panggil keaman" marah Seina.
"Panggil saja" tantang El balik.
Tanpa banyak bicara lagi Seina melayangkan pukulannya pada perut El. Tapi yang terjadi tidak ada karena El hanya diam saja tanpa respon atas pukulan itu.
Seina tidak menyerah, ia terus memukul tubuh El membabi buta tanpa arah yang penting dipukul sampai kesakitan.
Karena tangannya sakit Seina menghentikan pukulannya, ia memang bisa silat dan tinju tapi sepertinya tubuh lelaki didepannya ini tidak mempan dipukuli malah tangannya yang sakit.
Ni orang badannya dari kayu apa batu ya, keras amat gumam Seina dalam hati. Namun tiba-tiba sebuah ide muncul dibenaknya. Senyum jahat Seina muncul dan itu disadari oleh El yang masih menatapnya intens.
"Pergi atau aku pukul lagi?" ucapnya.
El hanya diam saja tanpa menjawab apapun, Seina yang merasa kesal pun mengangkat kakinya menuju sasaran berikutnya.
Tetapi kakinya tidak sampai pada sasaran karena sudah ditahan oleh El.
"Jangan harap bisa menyentuhnya" ucap El tajam lalu membanting Seina keatas kasur dan menindihnya dengan memegangi pinggang ramping Seina.
Tentu saja Seina berontak dengan apa yang dilakukan El padanya. Tangannya ia gunakan untuk mendorong tubuh besar diatasnya bahkan sampai menarik rambut El.
El meringis kesakitan lalu menarik tangan Seina untuk dia pegang diatas kepalanya.
"Berani sekali kau menyakitiku, apa kau tahu apa konsekuensinya kalau menyakitiku?" u kata El dengan wajah seramnya.
"Aku tidak perduli, selain pemaksa kau juga cabul, lepaskan aku" berontak Seina.
El tersenyum miring mendengar ucapan gadis didepannya ini.
"Kau ingin tahu bagaimana cabul itu?"
"Tidak perlu menyingkir dariku"
"Aku akan memberi tahumu" kata El sembari mendekatkan wajahnya pada Seina.
"Apa yang kau lakukan dasar cabul, menyingkir" teriak Seina, untungnya ruangannya berada di lantai dua dan kedap suara jadi tidak ada yang mendengar keributan keduanya.
"Seina Larasati Nugroho" bisik El ditelinga Seina.
Mendengar namanya disebutkan secara lengkap membuat Seina terdiam, bahkan tubuhnya menegang kala mendengar laki-laki dihadapannya menyebutkan namanya.
Selama ini Seina memang menyembunyikan identitas aslinya dengan menghilangkan nama besar keluarganya agar tidak menjadi sasaran keluarganya yang takut ia merebut harta orang tuanya.
Tapi pria diatasnya ini bisa mengetahui hal itu, siapa dia? batinnya.
Melihat gadis dibawahnya diam saja, El bangun kemudian pergi dengan senyum pias karena berhasil membuat gadis itu diam tanpa suara lagi.
El keluar dari kafe itu dengan hati senang tetapi ia tidak mau menunjukkannya. Ia lebih suka dengan wajah galak dan garangnya jika didepan umum.
Sementara Seina yang mulai sadar tinggal sendiri langsung duduk termenung. Pikirannya mulai menerka-nerka siapa pemuda itu, apa dia utusan keluarga ibunya yang ingin menghabisinya batinnya bergejolak.
"Aku harus menghindarinya, yah harus" tekat Seina, ia tidak ingin berurusan dengan adik ibunya yang gila harta itu. Biarlah ia iklaska perusahaan papanya asal jiwanya selamat.
Di dalam ruangannya El mengingat apa yang baru ia alami dengan Seina. Gadis yang sama sekali tidak tergila-gila dengannya.
Berbeda dengan wanita lainnya yang akan sangat ribut kalau bertemu dengannya bahkan menyerahkan tubuhnya dengan suka rela pada El. Lain dengan Seina yang malah tidak mengenalnya dan hampir menendang selakangannya jika saja tidak ia tangkap kakinya.
El memandang tangannya yang sudah menyentuh Seina.
"Kakinya panjang, pinggulnya ramping, tangannya lembut dan halus, matanya bulat indah, wajahnya sangat cantik apa lagi dari dekat, bibirnya menggoda" gumam El tanpa sadar lalu mencium telapak tangannya.
Wangi dari kulit Seina masih tertinggal ditangannya yang sempat memegang Seina dan belum ia gunakan memegang yang lainnya.
"Wanginya memenangkan" lanjutnya.
Suara pintu diketuk mengagetkan El yang masih asik dengan dunianya sendiri. Dengan cepat ia memperbaiki duduknya lalu menarik asal map dimeja barulah mengijinkan ornag yang mengetuk pintu masuk.
Jack lah pelakunya yang sudah membuyarkan semua bayangannya tentang Seina.
"Ada apa?" tanyanya tajam.
"Bos, sebentar lagi kita akan meeting dengan dewan direksi" jawabnya.
"5 menit lagi aku sampai, siapkan saja semuanya" ucapnya pura-pura fokus pada map ditangannya.
"Baik bos" Jack keluar dari ruangan bosnya.
Tinggallah El sendiri diruangannya sembari melihat isi map itu yang ternyata keterangan tentang Seina yang ia minta pada Jack.
Meski Jack sudah menjelaskan padanya, tapi rasanya kurang apdol kalau belum membacanya sendiri pikirnya.
Setiap huruf dan kata ia perhatikan betul tanpa ada yang terlewatkan sedikitpun. Dan betapa terkejutnya ia saat membaca bagian terakhir pada tulisan itu.
"Banarkah? rasanya tidak mungkin" gumamnya.
El menutup map tersebut kemudian keluar dari ruangannya menuju ruang rapat yang hanya tinggal menunggunya saja.