Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 27: Ya, Aku Cemburu!
"Katakan padaku, lalu aku akan menghentikan ini.. Setelah itu hanya kau yang akan menjadi Ibu untuk Daren.."
"Untuk alasan apa?" Isa menatap tepat di mata Willy hingga Willy terdiam beberapa saat.
"Tentu saja agar kau tetap bersamaku, dan Daren."
Isa menghela nafasnya "Lalu apa alasan kau melakukan ini padaku tuan."
"Alasan yang sama seperti yang aku katakan." Isa mengangguk mengerti, namun bukan jawaban itu yang Isa inginkan.
"Dan aku menolaknya." Willy tertegun.
"Seharusnya Nona Clara sudah datang, jadi aku permisi, Tuan.." Isa mengangguk dan berniat akan pergi namun baru beberapa langkah Willy sudah mencekal lengannya.
"Apa alasanmu menolakku?"
"Karena kau tidak mencintaiku dan aku juga tidak mencintaimu." jawaban lugas itu membuat Willy terdiam beberapa saat.
"Lalu bagaimana jika aku mencintaimu, apa kau masih tetap akan menolak?" Entah kenapa Isa merasa gamang sekarang. Di mata Willy Isa seolah melihat harapan entah untuk apa, untuk tetap bersamanya kah? atau hanya sekedar menjadi Ibu untuk Daren.
.
.
Isa menipiskan bibirnya saat harus duduk tak jauh dari kursi Willy dan Clara.
Disebelahnya ada Piter yang dengan santai menyeruput jus yang sudah dia pesan.
"Kenapa aku harus menunggu disini?" keluh Isa. Tatapannya jatuh pada Willy dan Clara yang sedang menikmati hidangan makan malam, terlihat Clara tersenyum manis saat berbicara pada Willy dan Willy pun sepertinya menanggapi dengan sesekali bicara atau mengangguk.
Entah apa yang di bicarakan keduanya, hingga Isa lihat Clara begitu asik dan menikmati suasana.
Isa mendengus saat melihat Willy tersenyum, Cih! Pria itu pria yang tadi menciumnya, bagaimana bisa Isa percaya pada pria macam Willy, pria yang tidak bisa memegang ucapannya sendiri.
Jadi untuk apa Isa percaya pada Willy..
Lalu bagaimana jika aku mencintaimu..
Itu artinya Willy juga belum mencintainya, beruntung Isa tak menjawabnya dan memilih pergi, namun niatnya untuk pergi malah terhalang Karena Willy menahannya dan meminta untuk menunggu, jadi dia hanya bisa pasrah dan duduk di sebelah Piter.
"Ada apa dengan Tuanmu..?" Isa menoleh pada Piter.
"Maksudmu, Nona?"
"Dia memintaku mencari wanita, setelah aku dapatkan, malah menahanku tetap disini." Isa merasakan hatinya kesal bukan main, apalagi melihat Willy yang asik dengan seorang wanita cantik dan sepertinya dengan sengaja Willy menahannya agar tidak pergi lebih dulu.
Piter tidak menjawab, dia sendiri tidak mengerti dengan kelakuan Tuan Willy akhir- akhir ini, dia juga memintanya terus memantau kegiatan Isa selama menyeleksi para wanita itu.
Apa Tuan Willy mulai tertarik pada Nona Isa ini?, jika benar bukankah itu bagus.
"Saya tidak tahu Nona." Isa mendengus lalu tatapannya kembali pada Willy yang kini tengah berdansa dengan Clara.
Keduanya sangat intim dan terlihat romantis dengan Willy memeluk pinggang Clara hingga tubuh mereka merapat.
Isa mengatupkan mulutnya, ada rasa sakit menghantam hatinya, rasa marah yang tak bisa di tahan. Isa menelan ludahnya kasar lalu menunduk menatap kedua tangannya yang mengepal kuat. Benar dia cemburu.
Kenapa harus ada perasaan ini, rasanya sungguh menyakitkan.. Isa melihat kembali ke arah Willy yang terlihat memiringkan wajahnya ke arah Clara, Isa memejamkan mata menghindari adegan yang akan terjadi selanjutnya, dadanya sudah semakin sesak, ini lebih menyakitkan dari pada melihat Alan mencium Amanda tempo hari.
"Asisten Piter aku akan ke toilet." Isa segera bangkit tanpa melihat ke arah Willy lagi, Isa jelas tahu apa yang sedang Willy lakukan jadi demi menghindari hati yang semakin sakit Isa memilih pergi.
Tanpa Isa sadari sedari tadi tatapan Willy diam- diam selalu melihat ke arahnya, hingga Isa beranjak pergi, Willy segera melepaskan tautan tangannya di pinggang Clara.
Clara yang merasakan gerakan tiba- tiba Willy pun bergerak canggung "Maaf aku tidak lihai berdansa.." Clara menyingkirkan rambutnya kebelakang telinga, gerakan manis yang seharusnya bisa menarik perhatian pria yang ada di hadapannya. Tapi tidak dengan Willy, pria itu dengan acuh mengedikkan bahunya lalu berkata..
"Asistenku akan mengantarmu pulang." Clara tercengang dengan apa yang Willy katakan, pria itu bahkan tak perlu repot menoleh ke arahnya dan pergi begitu saja.
Clara mengerjapkan matanya seperti orang bodoh, apa kencan mereka hanya begini saja?, Clara pikir setelah ini mereka akan menghabiskan malam bersama dan saling mengenal lebih jauh lagi, apalagi barusan Willy hampir saja menciumnya, apa ini sungguh selesai.. Pria itu apa maksudnya melakukan ini?
Selama makan malam pun yang lebih banyak bicara hanya Clara, dia bertanya banyak hal pada Willy mulai dari kebiasaan apa yang selalu Willy lakukan jika senggang, dan apa kesukaan Willy, Clara bahkan banyak bertanya tentang Daren, sedangkan Willy hanya menanggapi sesekali dengan mengangguk dan tersenyum tipis, pria itu bahkan tak menanyakan tentang dirinya.
Clara melihat Piter berjalan ke arahnya lalu mempersilahkan Clara untuk mengikutinya.
"Mari, Nona." Clara hanya mampu menghela nafasnya lalu dengan pasrah mengikuti langkah Piter.
Sementara itu Willy sedang menunggu Isa yang masih belum keluar dari dalam toilet hampir tiga puluh menit Willy berdiri disana, entah sedang apa gadis itu, kenapa lama sekali berada di dalam sana.
Willy yang kesal menegakkan tubuhnya dan berniat menerobos masuk, namun sebelum tangannya menyentuh handle pintu, seseorang keluar dari dalam dan membuatnya tertegun.
"Apa yang kau lakukan Tuan.." Willy meneliti wajah Isa.
"Kau baik- baik saja?" Isa mengerutkan keningnya lalu melihat ke belakang Willy.
"Kencan kalian sudah selesai, dimana Nona Clara?" Willy mendengus tak suka mendengar pertanyaan Isa, sedangkan Isa sendiri mengabaikan pertanyaannya, dan untuk apa menanyakan wanita lain.
Willy menarik tangan Isa dan segera membawanya pergi. "Apa yang kau lakukan?," Isa mengikuti langkah Willy, dengan sedikit terseok, kaki Isa yang memakai high heels sedikit kesulitan hingga Isa merasakan kakinya keseleo "Auh.." menghiraukan Isa, Willy terus membawa gadis itu keluar restoran hingga mereka tiba di parkiran dan memasukan Isa ke dalam mobilnya.
"Kita akan kemana?" Isa berkata dengan sedikit panik, dia juga merasakan kakinya berdenyut, namun dia hiraukan merasa itu tidak berarti, yang dia takutkan wajah Willy yang terasa menyeramkan saat ini, pria itu seperti akan menelannya hidup- hidup, entah karena apa.
"Tuan..?" Willy masih belum menjawab dan hanya bergerak mengenakan sabuk pengaman untuk Isa.. Setelah memastikan keadaan Isa aman, Willy mulai melajukan mobilnya dengan kencang.
"Tuan apa yang kau lakukan kau ingin kita mati!" Isa berteriak takut melihat cara mengemudi Willy seperti orang kesetanan, klakson di sekitar mereka saling bersahutan, beberapa dari mereka juga terdengar mengumpat kesal.
"Tuan, apa yang kau lakukan!," Isa bergetar ketakutan kedua tangannya mencengkram sabuk pengaman di dadanya. "Aku mohon hentikan mobilnya." Isa berkata dengan lirih penuh permohonan.
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau mengakuinya!"
"Apa maksudmu Tuan?" Dalam ketakutannya Isa berpikir keras kesalahan apa yang dia lakukan hingga dia harus mengakuinya, apa yang harus Isa akui?
"Kau hanya menyiksa dirimu dengan terus mengelak Isa, kau tahu yang aku maksud." Willy menoleh dan melihat Isa yang kian menegang.
Willy melakukan ini hanya karena Isa terus mengelak dan tak mengakui jika Isa cemburu, apa Willy sudah gila?. Tidak Willy memang sudah gila!.
Isa semakin bergetar mana kala Willy sama sekali tak berniat menghentikan mobilnya bahkan kini melaju lebih kencang lagi.
Kepala Isa mulai terasa pusing, perutnya bergejolak seolah ingin memuntahkan seluruh isinya.
Isa menatap Willy dengan marah, dia sudah tidak tahan hingga dia memilih menyerah "Baiklah, aku mengakuinya.. Aku cemburu!" Willy menginjak rem dengan tiba- tiba hingga kini tubuh mereka terhunyung ke depan. Saking tiba- tibanya gerakan tersebut Isa merasakan tubuhnya sakit karena sedikit terpental beruntung sabuk pengaman menguncinya jika tidak Isa akan terbentur pada dashboard mobil.
Isa menunduk mencoba menghentikan debar jantungnya yang masih menderu, tubuh Isa bahkan masih bergetar hebat, Bagaimana jika ada mobil di depan atau di belakang mereka, mungkin kecelakaan tidak bisa dihindari.
Kenapa Isa harus berurusan dengan pria menyebalkan macam Willy, Brengsek!
...
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian