NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Friendzone

"Ehem" Kama berdehem untuk mengabarkan kedatangannya.

Hara yang mendengar itu segera menegakkan tubuhnya, mengingat itu adalah lorong menuju toilet, mungkin saja dirinya menghalangi jalan.

"Lagi ngapain?" Tanya Kama berpura-pura heran.

Hara yang sudah kehabisan tenaga itu tidak sanggup lagi meladeni sikap Kama. Dia menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya kemudian beranjak pergi.

"Tunggu" Kama refleks mencekal tangan Hara.

"Ada apa?" Tanya Hara jengah.

"Toiletnya sebelah mana ya?" Pertanyaan bodoh yang di dasari rasa buru-buru itu meluncur begitu saja dari mulut Kama.

Menurut prediksi Kama dan menisik wajah jengah Hara saat ini, dia pasti akan di damprat dan di kata-katai, minimal makian "lo buta ya" akan dia terima, mengingat toilet pria ada di ujung lorong tepat di belakangnya.

"Di ujung lorong sebelah kanan" Di luar dugaan, Hara menjawabnya meski dengan setengah hati, namun makian yang sudah di prediksi Kama itu ternyata tidak terjadi.

Hara mengejutkannya, jelas Hara bukan tipe perempuan pada umumnya seperti yang dia baca selama ini.

"Terima kasih" Jawab Kama kikuk.

"Ada lagi?" Sekali lagi, pertanyaan Hara membuatnya mati gaya. Ini bukan dirinya yang kehabisan kata-kata saat sedang flirty dengan lawan jenis.

"Bisa tolong tungguin nggak, gue takut..." Kama berusaha memberikan alasan masuk akal dan berkelas. Namun Hara segera memotongnya dan berkata,

"Ok saya tungguin di sini"

"O-Ok" Kama yang syok sendiri kemudian melepaskan cekalan tangannya pada Hara dan segera pergi ke toilet.

"Apa ini?" Gumam Kama saat mencuci tangannya di wastafel. "Kenapa tuh cewek diem aja di kata-katain ganjen?"

Kama menegakkan badannya, mematikan keran wastafel dan kemudian mengambil tisu toilet.

"Antara dia terlalu bucin sama tuh cowok atau bego" Kama meremas tisu yang telah basah itu dan kemudian melemparnya ke tempat sampah yang ada di pojokan.

"Yah mau apapun itu kelihatannya cukup asik buat main-main" Kama menatap kembali bayangannya di cermin, berkacak pinggang dan kemudian "friendzone come to papa"

...****************...

Hara yang masih berusaha mengatur emosinya itu di buat terkejut dua kali dengan sapaan yang datang.

"Mbak Hara ngapain di sini?" Suara nyaring milik Nisa itu membuatnya terkesiap.

"Baru dari toilet?" Tanyanya lagi karena melihat Hara yang hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.

"Ehmm... Mbak Hara" Nisa memutar-mutar tubuhnya, seperti ragu-ragu. "Bisa tungguin aku sebentar nggak?" Tanyanya malu-malu.

Ada apa dengan toilet, kenapa sudah dua orang memintanya untuk menunggu? Apa toiletnya berhantu?

Namun Hara mengabaikan pemikirannya dan memilih untuk mengangguk saja sebagai jawaban.

"Yeay" Nisa sedikit melompat kegirangan. "Cuma sebentar kok mbak" Lanjutnya mengeraskan suara dan kemudian setengah berlari menuju toilet wanita yang ada di ujung lorong belok ke kiri.

Hara kembali menyandarkan tubuhnya di tembok. Perasaannya masih belum siap bertemu Nael setelah semua yang telah dia katakan.

Seburuk itukah dirinya di hadapan Nael? Tapi kenapa dirinya masih tidak bisa membenci Nael yang sudah keterlaluan mengatakannya sebagai perempuan ganjen?

Perasaan Hara berkecamuk, serumit itulah dirinya dengan segala perasaan yang dia miliki.

Kenapa orang lain mudah sekali menjadi asing setelah hubungannya berakhir? Kenapa orang lain mudah sekali melupakan orang yang dia sayangi? Sedangkan dirinya, sesibuk apapun dia di siang hari, tetap saja pada malam hari dia akan selalu tersiksa oleh perasaannya kepada Nael.

"Udah yuk" Suara bass milik Kama membuatnya terhenyak. Dia melihat ke arah Kama dengan tatapan lelah.

"Duluan aja deh pak, saya masih nungguin Nisa" Ujarnya sembari mengibaskan tangan dan kemudian kembali bersandar di tembok.

"Kamu ketahuan selingkuh ya?" Pertanyaan tiba-tiba Kama membuat Hara menautkan alisnya.

"Maksudnya?" Tanya Hara bingung.

"Yang di laptop tadi foto pacar kamu, terus Nael tadi..." Kama menunjuk Hara dan arah tempat Nael berada, bolak balik. Seakan menunjukkan bahwa dia melihat semua kejadian antara Nael dan Hara tadi.

"Oh itu" Hara malah terkekeh lucu. Tidak menyadari efek dari tawanya mampu membuat hati orang yang ada di depannya berdegub tak karuan. "Itu artis korea pak, cuma ngefans aja" Lanjutnya menggelengkan kepala.

Tidak ambil pusing dengan prasangka Kama, karena memang kebanyakan kaum adam tidak menonton drama korea jadi mereka tidak mengenali para artis-artisnya.

"Ooohh..." Kama melenguh panjang dan kemudian ikut terkekeh. "Kalau sama yang di laptop tadi sih gue nggak berani saingan, tapi kalau sama Nael, gue percaya diri" Kama mulai mengeluarkan jurus gombalannya, biasanya wanita akan langsung tersipu mendengar penuturannya.

Hara malah tergelak lebih keras, membuat Kama bingung. Begini kah Hara jika sedang tersipu? Atau bagaimana? Dia belum pernah menghadapi situasi seperti ini, Hara sama sekali tak terbaca olehnya.

"Ngapain juga saingan sama Nael, kan bapak bosnya, udah jelas menang bapak lah" Jawab Hara sambil terkekeh.

"Artinya oke nih" Kama seperti mendapatkan lampu hijau.

"Oke apa?" Tanya Hara bingung.

"Oke kalau lo mau sama gue" Balas Kama mengerlingkan mata. "Kan lo bilang jelas menang gue dari Nael" Kama seakan mengulang pernyataan Hara.

"Nggak dulu deh pak, terima kasih tawarannya" Hara melambaikan tangannya, menolak ajakan tak masuk akal Kama untuk berhubungan dengannya.

"Loh kenapa?" Kama bingung, semua cewek yang mendapatkan pernyataan seperti itu pasti akan langsung mengiyakan, belum pernah dia mendapat penolakan.

"Saya murahan" Hara maju, mendekatkan dirinya ke arah Kama. Hilang sudah ekpresi tawa dari wajahnya, berganti dengan poker face andalannya. "Harga diri saya cuma tiga ratus ribu, nggak cocok sama bapak"

Kama terhenyak mendengar kata-kata Hara, tidak menyangka Hara akan membalas kata-katanya yang ada di dalam surat.

"Mbak Hara?" Nisa yang baru datang dari toilet itu bingung melihat Hara dan Kama yang sedang berhadapan dengan suasana yang aneh.

"Pak Rama?" Nisa menoleh ke arah Kama.

"Udah?" Hara menoleh ke arah Nisa dan tersenyum. "Yuk" Ajaknya kemudian pergi meninggalkan Kama yang masih terlolong syok.

"Duluan pak Rama" Nisa yang melewati Kama hanya bisa menganggukkan kepala sebagai tanda permisi.

Kama menyeringai tak percaya, "shit".

Kenapa Hara selalu berwajah manis kepada semua orang selain dirinya. Pertama Rio, lalu Nael, yang meskipun dirinya telah di hina sebegitunya tapi Hara tidak membalasnya sama sekali, bahkan terkesan mengalah saja.

Harga diri Kama terluka mendapat penolakan dari Hara, tapi bukan Kama namanya jika dia menyerah begitu saja. Tekadnya untuk memiliki Hara semakin membara, namun kali ini di sertai keinginan buruk untuk melukainya.

"Gue pasti dapetin lo, gue bakalan bikin lo jatuh cinta segitunya sama gue dan setelah itu..." Kama meninju tembok yang ada di hadapannya, "Gue juga yang akan bikin lo patah hati sepatah-patahnya"

Hara dan Nisa yang baru saja tiba di bilik nomor lima itu mendapati Nael yang sudah selesai membereskan barang-barangnya.

"Ayo balik" Ajaknya kepada Nisa yang baru saja ingin duduk.

"Loh udahan pak?" Tanya Nisa heran, bukankah setelah meeting mereka masih akan makan siang bersama.

"Tadi saya udah minta pelayannya buat take away aja" Jawab Nael cepat. "Saya kurang nyaman makan sama orang asing" Lanjutnya berdiri dan keluar dari kursinya.

Nisa yang masih bingung itu mau tak mau mengikuti langkah Nael, karena dirinya menumpang mobil Nael.

"Mbak Hara saya duluan ya, tadi nebeng pak Nael soalnya" Ujar Nisa sungkan.

Hara hanya bisa mengangguk mengiyakan keputusan Nael, dirinya tau yang di maksud orang asing oleh Nael adalah Hara itu sendiri. Ya mereka memang orang asing sekarang.

Setelah Nael dan Nisa pergi, Hara merapikan barang-barang bawaannya. Merapikan kertas-kertas laporannya, menyimpan file-file yang ada di laptopnya ke dalam flashdisk.

"Kemana semua orang?" Tanya Kama yang baru saja datang dan hanya mendapati tinggal Hara seorang diri.

"Pulang" Jawab Hara singkat.

"Wah nggak sopan banget, masa bosnya di tinggalin" Kama mendudukkan diri di kursi samping Hara.

Namun Hara tak menanggapi celotehan Kama, dia masih saja sibuk dengan laptopnya.

"Kenapa lo putus?" Tanya Kama santai.

"Nggak cocok aja" jawab Hara asal.

"Klise banget alasannya, nggak kreatif" Ejek Kama sembari mendekap tangannya.

"Ya memang begitu adanya" Hara mengedikkan bahunya.

"Katanya obat patah hati itu adalah cinta yang baru, lo nggak mau nyoba gitu?" Kama mencoba peruntungannya. Siapa tau Hara berubah pikiran.

"Kan tadi udah di bilang nggak terima kasih" Hara masih saja menatap layar laptopnya. Membuat Kama salah tingkah sendiri, mulai meragukan tittle-nya sebagai playboy kelas kakap karena penolakan Hara yang berkali-kali.

"Di coba aja dulu" Kama masih berusaha meyakinkan Hara.

"Setelah putus saya pikir-pikir kayaknya saya nggak cocok terikat suatu hubungan, jadi jawaban saya tetep nggak deh pak makasih" Hara masih saja tetap acuh, kini dia sudah mematikan laptop dan menutupnya.

"Kalau gitu friendzone-an aja" Kesempatan yang datang tidak di sia-siakan begitu saja oleh Kama. Kapan lagi dia bisa secara terang-terangan menawarkan sebuah hubungan layaknya pacar tapi berkedok teman. Yang oleh kebanyakan kaum Hawa akan langsung di tolak mentah-mentah.

"Friendzone?" Hara menoleh ke arah Kama, menautkan alisnya, bingung.

"Iya, jadi gini..." Kama membenahi posisi duduknya, menghadap ke arah Hara. "Cinta itu nggak melulu tentang pacar, ada banyak bentuk dari cinta, salah satunya teman, sahabat" Kama mulai beraksi.

Hara mendengarkan dengan seksama, merasa dirinya memang minim berteman, jika Sinta masuk ke dalam daftar temannya, maka praktis Hara hanya memiliki satu teman saja.

"Jadi kita bisa berhubungan sebagai teman, nggak pacaran" Tawar Kama kemudian. Melihat Hara yang masih ragu-ragu, Kama kembali mengeluarkan visi misinya.

"Kalau pacar, lo jadi terikat, misal nih ya, dia WA lo, tapi lo lagi sibuk, otomatis lo nggak bisa langsung bales dong, ya kan?" Kama menjelaskan dengan wajah yang meyakinkan.

Hara mengangguk setuju dengan ucapan Kama, satu lampu hijau telah menyala.

"Itu bisa bikin cowok lo marah, terus kalian berantem, buang-buang energi, buang-buang waktu" Lanjut Kama. "Tapi kalau lo cuma temen, mau lo bales chat dia kapan aja, dia nggak akan marah, tapi keuntungannya, lo bisa punya temen buat jalan bareng, nonton bareng, nongkrong bareng layaknya punya pacar"

"Aahh" Hara mengangguk-angguk paham. "No drama?" Tanya Hara seakan menebak arah tujuan Kama.

"Yes exactly!" Kama menjentikkan jarinya. "Jadi lo serasa punya pacar tapi statusnya temen yang gak mungkin nuntut lo harus begini begitu" Kama berhasil mencapai tujuan akhirnya dalam menjelaskan.

Hara menimbang-nimbang omongan Kama, sebenarnya dia tidak ingin menjalani hubungan terikat apapun lagi dengan siapapun setelah putus dari Nael, dia tidak siap dengan segala dramanya, saling cemburu, saling tidak percaya, saling menuntut, tapi tidak di pungkiri terkadang dia merasa kesepian. Sendirian di kota orang, jauh dari orang tua, tidak memiliki teman dan saudara.

Dia jelas merasa butuh seseorang untuk mengisi tempat Nael yang sekarang kosong. Mengandalkan Sinta? Sinta juga punya kehidupan lain, tak bisa selalu sedia saat dia membutuhkan.

"Terus jadwal kencannya?" Tanya Hara penasaran.

"Ya bisa kita atur, di luar itu, kita bisa hidup sendiri-sendiri" Saat ini Kama layaknya seorang salesman yang sedang menawarkan dagangannya.

"Jadi enak kan? Saat lo pengen temen buat kencan, lo punya, tapi saat lo pengen sendiri, lo nggak akan di ganggu dengan dalih pacar harus selalu kasih kabar lah, harus selalu luangin waktu lah, belum lagi kalau cemburu-cemburuan" Kama kembali menjejalkan pendapat-pendapatnya kepada Hara.

Hara sedikit tertarik dengan tawaran Kama, bagaimana tidak, dengan adanya friendzone ini dia akan bisa menyeimbangkan hubungan sosial dan kehidupan pribadinya. Hidupnya akan terasa sempurna.

"Terus batasan-batasannya?" Hara bertanya untuk memastikan apakah dia akan menerima tawaran Kama atau tidak.

"Batasan apa nih maksudnya?" Kama balik bertanya, berhati-hati karena tidak ingin mengacaukan apa yang sudah dia capai sejauh ini.

"Ya kalau pacaran kan ada batasannya, kalau friendzone apa batasannya?" Ulang Hara.

"Ya mungkin sebatas kontak fisik intens tapi di bawah batas pacaran, misal pegangan tangan, pelukan?" Jelas Kama berhati-hati, pasalnya masalah kontak fisik ini bisa dia lakukan seiring berjalannya waktu, namun karena Hara meminta kejelasan di awal, tentu dia harus memberikan apa yang Hara butuhkan saat ini.

"Pegangan tangan oke, tapi kalau pelukan?" Hara menimbang-nimbang ragu.

"Oh c'mon!" Kama mengibaskan tangannya. "Jaman sekarang pelukan aja bukan berarti pacaran, banyak kok sesama teman saling memeluk. Like an american style"

"Ok deh" Hara menyetujui ide Kama, memang di kota besar ini dia banyak sekali mendapati orang saling berpelukan, mau cewek dengan cowok atau sesamanya, dan mereka semua berstatus teman.

"Deal?" Kama memekik girang, rencananya berhasil. Dia mengulurkan tangannya sebagai tanda pencapaian kesepakatan.

"Deal" Hara menerima uluran tangan Kama, namun Kama langsung menarik tangan tersebut dan merengkuh Hara dalam pelukannya.

Sebuah batu seberat satu ton rasanya telah terangkat dari dadanya, perasaan sesak berhari-hari yang melingkupinya kini seakan menguap bergantikan pelangi warna warni mengisi hatinya.

"Nah kan nggak ada masalah dengan pelukan" Kama bertanya dari balik punggung Hara.

Sebenarnya Hara sedikit canggung, namun dia merasa harus mulai terbiasa dengan pertemanan gaya barunya yang Kama sebut dengan american style.

Kama menghirup napas dalam-dalam mengisi setiap rongga paru-parunya dengan aroma kemenangan.

"Lo pake shampoo apa?" Kama juga mencium aroma lembut yang menenangkan dari rambut Hara.

"Tau, dapet promo beli satu gratis satu di swalayan" Hara mengedikkan bahunya. "Ini kira-kira harus berapa lama lagi pak pelukannya?" Tanyanya bingung.

Kama buru-buru melepaskan pelukannya, "sorry".

Hara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi sekalian aja ini jadi kencan pertama kita" Ajak Kama kemudian.

Hara melihat jam tangannya, masih pukul setengah dua siang. Masih tersisa banyak waktu untuknya menghabiskan weekend-nya.

"Saya mau ke toilet dulu pak" Pamitnya dan kemudian langsung berdiri.

"Makan siangnya?" Kama buru-buru bertanya, mengingat mereka belum makan setelah meeting tadi.

"Di luar aja pak, disini mahal" Jawab Hara dan kemudian keluar dari bilik nomor lima tersebut.

Kama yang bingung kenapa Hara memberikan jawaban seperti itu tidak bisa berbuat apa-apa, karena Hara sudah berlalu pergi sebelum Kama sempat bertanya lebih lanjut.

Tidak masalah, toh Kama masih bisa menunggunya. Masih banyak waktu kedepannya, yang paling penting dia sudah mengamankan status mereka saat ini.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!