Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjemput tiara
Mama Hangga kembali ke villa dengan ekspresi kecewa,
hal itu di karenakan kunjungannya kerumah Rani tidak membuahkan hasil.
" Katanya Rani ada Rapat, pulang sore.." beritahu mamanya pada Hangga.
" Lalu dirumah?"
" ada perempuan seumuran bu Woyo, sepertinya yang menjaga rumah.."
" berarti Tiara dirumah, biar ku jemput.." Hangga mematikan rokoknya lalu bangkit.
" Nar! Kunci motormu mana?!" seru hangga pada sunar yang sibuk mencabuti rumput liar.
Sunar buru buru berlari ke bosnya, dan mengeluarkan kunci dari kantongnya.
Tak menunggu waktu lama, hangga segera berangkat dengan motor sunar.
sekitar lima belas menit kemudian, hangga sudah kembali, dengan membawa gadis kecil berambut sebahu dengan bando di rambutnya.
Tiara yang memegang boneka barbie dari hangga itu tidak berani turun dari motor melihat hanum, mama dan papa hangga yang duduk di teras.
" Tidak usah takut, itu orang tua om.. Ayok.." hangga mengandeng Tiara, keduanya berjalan sampai teras.
" Cium tangan dulu, ini mbah kakung.. Ini mbah uti.. Yang itu tante.." jelas hangga.
Meski sedikit takut, akhirnya Tiara patuh dan menciumi tangan orang orang di hadapannya satu persatu.
" Namanya siapa sayang?" tanya Hanum sembari menyentuh pipi Tiara.
" Tiara.." jawab Tiara sembari memegang kaki hangga.
" Tiara.. Cantik sekali namanya.." suara papa hangga,
" anak perempuan pa.." jawab Hanum,
" Ini anak kirani ngga?" tanya mamanya dengan raut sedikit aneh sedari tiara di atas motor.
" Anak mas Yudi, tapi kirani yang mengurusnya sedari bayi.." jawab Hangga,
mendengar itu mamanya terdiam, cukup lama, lalu memandangi hangga dan Tiara bergantian.
" pa?" mama hangga menyentuh lengan suaminya.
" jangan menakuti anak anak ma.." ujar Papa hangga tersenyum manis ada Tiara.
" Yuk masuk, kita dirikan tenda lagi ya?" hangga membawa Tiara masuk,
" sama tante juga ya?!" hanum ikut menyusul Hangga dan Tiara masuk ke dalam.
" Papa ini tidak bisa lihat apa bagaimana pa?" tanya mama Hangga ketika sudah berdua.
" foto copy hangga waktu kecil.." jawab papa hangga,
" jadi tidak aku saja yang merasa dia mirip Hangga.."
" tapi kau dengar sendiri, dia anak Yudi, yah di dunia ini.. Yang namanya mirip mirip kan biasa ma.."
" ya masa anak Yudi mirip hangga? Anak itu kalau tidak mirip papa mamanya ya kakek neneknya, atau om dan tantenya?
mana ada mirip mantan adik ipar?!" mama hangga benar benar heran.
" Jangan berhalusinasi ma.. Sadarlah.. Aku juga ingin menimang anak Hangga, tapi kalau kenyataan nya belum ada, kita ya harus menerimanya ma.." nasehat papa hangga pada istri tercintanya.
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore saat kirani pulang, dan betapa kesalnya dia saat tau Tiara di bawa oleh hangga, dan mak Dar memberikan putrinya begitu saja pada Hangga tanpa bertanya pada Rani.
Tentu saja, setelah membersihkan dirinya Rani segera menyusul ke villa.
Mendengar suara motor berhenti di depan villa, Hangga sudah tau tamunya siapa.
" Hei.. Itu bunda.." bisik hangga pada Tiara.
" Tapi Tia masih mau main dengan tante Hanum..?"
Hangga tersenyum mendengar ucapan Tiara,
" tidur disini dengan tante hanum mau? Nanti malam sambil nonton film?" suara hanum membuat Tiara langsung menatapnya,
" mau, tapi tiara takut bunda marah.."
" biar tante yang bicara pada bunda mu ya.. tiara sekarang main lagi saja.." hanum menyuruh tiara untuk melanjutkan bermain di dalam tenda.
Sementara Hangga bangkit dan berjalan keluar, menemui Rani.
" Mana Tia?" seperti biasa, Rani ketus.
" sedang main dengan Hanum, duduklah dulu.. Dia sedang asik.." jawab Hangga tenang.
" Panggil, ini sudah sore, dia belum makan." Kirani tidak menatap Hangga sama sekali.
" Dia juga baru main Ran, kasihan.. Nanti biar ku antar.. Kau masuklah dulu, minum teh atau susu? Biar ku buatkan.."
" aku mau anakku pulang," tegas Rani.
Hangga menghela nafas, ia memanjangkan kesabarannya,
" Kau marah karena perbuatanku kapan hari ya?" mendengar itu di singgung wajah Rani langsung bersemu merah.
" Aku minta maaf.. Aku lepas kendali.." ujar Hangga.
" Aku tidak tau apa yang sedang kau bicarakan, tolong panggil Tiara cepat!" Rani mengalihkan pandangannya pada pepohonan di depan villa.
" Mbok ya masuk dulu nduk..?!" suara mama Hangga lebih tegas, mengalahkan suara Rani pada hangga.
Mantan mertuanya itu berjalan keluar menemuinya.
" Mama tadi jalan kaki kerumahmu, tapi kau tidak ada, akhirnya Hangga yang kesana dan membawa Tiara kesini,
nah mumpung kau disini, ayo kita ngobrol, sekalian kita makan malam, kapan lagi tho nduk?!" mama hangga menarik lengan Rani dan menggandengnya masuk.
Rani tidak punya waktu untuk menolak, tangannya di gandeng dan di tarik masuk begitu saja.
Sembari menunggu makan malam, Rani duduk di ruang tamu, sembari menunggu Tiara yang sedang asik main di dalam tenda dengan Hanum.
" Apa kesibukanmu nduk?" tanya papa Hangga,
" mengajar SD pak,"
" panggil papa tho nduk! Seperti dulu?!" sela mama Hangga,
Rani hanya tersenyum tak menjawab.
" Kamu ini kok memaksakan kehendak mu tho ma? Biarkan dia memanggilku senyaman mungkin.." ujar papa Hangga.
" Yo seng paling nyaman iku papa, yo tho?!" mama Hangga masih ngeyel, membuat Hanum dan Hangga diam diam tertawa.
" Oh iya nduk, Tiara berapa usianya?" tanya mama Hangga yang duduk disamping suaminya.
" Enam tahun.."
" wah sudah SD kalau begitu?"
" iya, ini sudah mulai SD.."
" owalah nduk, mbok yo panggil mama.. Mama iki kangen lho mbok panggil..?" lagi lagi logat surabaya yang kental itu keluar.
" Kau sudah lama pindah kesini nduk?" sekarang papa hangga yang bertanya.
" Enam tahun, tahun ini.."
" begitu.. Lalu setelah kau berpisah dari hangga kau tinggal dimana?"
Rani terdiam, ia tampak kesulitan menjawab.
" Kami mencari mu nduk, beberapa kali kesana.. Tapi kau tidak ada.." suara papa hangga tiba tiba saja menakutkan untuk Rani, ia takut akan banyak pertanyaan lain.
" Tidak hanya kami, tapi Hangga pun kesana, mencari mu.."
" maaf, saya tidak tau pak.." jawab Rani berusaha mengulas senyum.
" Berarti kau juga tidak tau saat Hangga di hajar oleh kakakmu?"
Deg,
Rani membeku, ia tidak tau, sungguh tidak tau, mas Yudi tidak pernah berkata apapun tentang itu.
tidak pernah.. Baik mantan mertuanya, atau bahkan Hangga yang ia pukuli.
" Melihat ekspresimu sepertinya kau tidak tau ya?,
Hangga sampai sakit beberapa minggu," jelas papa Hangga membuat wajah Rani tampak semakin kaget, namun Rani menutupi kekagetan itu dengan menundukkan wajahnya.
" Sudahlah pah, jangan membahas masa lalu, Kirani tidak akan senang mendengarnya.." suara Hangga dari teras sembari merokok dan terus saja merokok.