Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.
Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.
"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.
Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?
Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Aku butuh bantuan Paman
"Jangan... Jangan... " racau Putri. Hardian yang terbangun, mendekati wanita itu.
"Tenanglah ada aku, suamimu," bisik Hardian sembari memegang tangan wanita itu. Wanita itu berangsur tenang.
Hardian dengan berani memeluk wanitanya. Ya semenjak menikah, Putri adalah wanitanya.
Apa yang sebenarnya terjadi padamu?
*
*
Pagi hari.
Putri terbangun, tubuhnya terasa berat. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya. Kepalanya terasa dingin karena seperti ada yang meniupnya. Ia mendongak, ternyata diatas kepalanya ada kepala laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya. Hembusan napas laki-laki itu mengenai kepalanya.
Putri mengalihkan tatapannya ke bawah, tepatnya ke arah perut, tangan laki-laki itu melingkar erat di perutnya.
Oh, my god. Kami berpelukan, eh bukan, paman memelukku.
Perlahan Putri melepas pelukan laki-laki itu. Lalu bangun dari tempat tidur setelah terlepas dari pekukan laki-laki itu. Putri sedikit berlari ke arah kamar mandi.
Hardian tersenyum lalu membuka kedua matanya setelah terdengar pintu kamar mandi yang tertutup. Hardian juga bangkit lalu keluar kamar, ia akan membersihkan diri di kamar yang lain.
*
*
Di meja makan.
Kakek memperhatikan sikap keduanya. Sikap Hardian yang seperti biasanya, tapi wajahnya tampak lebih segar. Sementara Putri yang terlihat kikuk lebih ke malu-malu. Intinya pagi ini ada yang berubah dari keduanya.
"Kalian jadi pindah hari ini?" tanya kakek. Hardian menganggukkan kepalanya, sedangkan Putri hanya diam saja.
Pagi itu juga Hardian membawa Putri ke apartemennya. Setelah sampai disana, Hardian meningalkan Putri, ia akan bekerja.
"Bolehkah aku keluar? Aku ingin ke apartemenku," Ijin Putri sebelum laki-laki itu melangkah pergi.
"Pergilah!"
Hardian pergi setelah memberikan jawaban.
Tanpa membuang waktu, Putri pun keluar apartemen setelah beberapa menit Hardian pergi. Ia akan menemui sahabatnya Ratna.
Setelah sampai ia langsung masuk ke dalam kamar sahabatnya. Sepi. Wanita itu tidak ada di kamarnya. Putri merogoh ponselnya, lalu menghubungi wanita itu kembali. Sama seperti sebelumnya, ponselnya tidak aktif.
Kemana dia?
Putri mencoba untuk menghubungi salah satu rekannya saat bekerja di hotel.
"Apa?" Putri terkejut dengan apa yang dikatakan rekannya. Bahwa Ratna sudah beberapa hari tidak masuk kerja.
Putri berlari ke kamar Ratna setelah memutus sambungan teleponnya. Memeriksa lemari.
"Tidak ada yang kurang, koper pun masih ada. Kak kau dimana?" Putri menggigit jempolnya, ia merasa panik.
"Paman." Satu nama yang diingatnya untuk dimintai pertolongan. Membuka ponselnya. "Sial, aku tidak punya nomernya."
*
*
Di perusahaan.
"Sayla, lepaskan!" Hardian berusaha untuk melepaskan pelukan wanita yang sudah menjadi mantan kekasihnya itu.
"Tidak, sebelum kau memaafkanku," mohon wanita itu.
"Aku sudah melepaskanmu, jadi kata maaf dariku sudah tidak penting lagi. Jangan pernah menemuiku lagi."
"Tapi aku masih mencintaimu."
Hardian menghembuskan napasnya kasar. Disaat ia sangat menginginkan wanita itu, wanita itu malah pergi ke pelukan laki-laki lain. Disaat dia sudah rela melepaskan, wanita itu yang ingin kembali.
"Kita sudah berakhir dan aku tidak mau bekas orang lain." ucapan yang sangat menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya, tapi tidak berlaku bagi wanita itu.
"Aku mohon, maafkan aku. Aku ingin bersamamu, ingatlah aku selalu ada untukmu." Hardian melepaskan pelukan wanita itu lagi hingga terlepas.
Hardian hendak melangkah keluar.
"Kau! Kau yang membuatku pergi ke pelukan pria lain. Aku selalu ada untukmu, tapi kau selalu bersikap dingin padaku, aku yang selalu perhatian padamu, tapi kau tak pernah membalasnya. Kau tidak pernah menganggapku kekasih. Kau tidak pernah mencintaiku?" tuduh wanita itu.
Deg
Hardian terdiam ditempatnya. Benarkah yang wanita itu ucapkan? Apa dirinya seperti itu? Benarkah dia Mengabaikan wanita itu? Pikir Hardian.
Wanita itu menangis. Hardian berbalik lalu menghampiri wanita yang selama tiga tahun ini menemaninya. Hardian merengkuh tubuh wanita itu ke dalam pelukannya.
"Maaf, jika aku telah melakukan itu semua, tapi aku tidak pernah menerima penghianatan." Hardian melepas pelukannya lalu berbalik kembali.
Wanita itu maju selangkah lalu memeluk Hardian dari belakang.
"Tolong, beri aku satu kali kesempatan lagi," mohon wanita itu. Hardian masih diam.
Brak.
Pintu terbuka dengan kasar dari luar.
"Paman... Paman," panggil Putri yang tiba-tiba masuk.
Hardian terkejut dengan kedatangan wanita itu yang tiba-tiba. Apalagi posisinya yang tidak etis, dipeluk wanita lain, ada rasa takut di hatinya, wanita itu akan salah paham.
"Paman, tolong aku." Putri menatap Hardian yang masih terdiam. Lalu menatap ka arah wanita yang berada di belakang Hardian.
"Nanti saja pelukannya," ucap Putri sembari melepaskan tangan wanita yang memeluk Hardian. Hardian masih terdiam, ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
"Paman, ayo ikut!" Putri menarik tangan Hardian lalu membawanya keluar dari ruangan itu. Hardian masih diam karena masih kaget dengan apa yang terjadi.
"Sial, wanita itu lagi," umpat Sayla setelah Putri dan Hardian tak terlihat lagi. "Dia menggagalkan rencanaku, awas saja!" Lalu iapun juga keluar dari ruangan itu.
Putri membawa Hardian ke tempat parkir. Lalu masuk kedalam mobil milik pria itu. Raditya pernah mengajaknya ke perusahaan, jadi ia tahu letak parkiran khusus petinggi perusahaan.
Hardian masih diam di luar mobil.
"Paman, ayo masuk?"
Wanita ini biasa saja setelah melihatku berpelukan dengan wanita lain. Apa ia sudah tidak normal. Seharusnya kan ada sedikit pertengkaran atau salah paham.
"Paman... " panggil Putri lagi. Hardian pun berjalan lalu masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju entah kemana.
"Paman, tolong bantu aku." Hardian hanya meliriknya sekilas lalu fokus mengemudi kembali.
Tak lama mobil pun berhenti di apartemen yang akan mereka tempati, ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan.
Putri mengikuti langkah Hardian yang turun dari mobil lalu masuk ke dalam apartemen. Hardian duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya.
Putri duduk dihadapannya.
"Aku butuh bantuan, paman."
"Apa?" tanya Hardian singkat.
"Sahabatku menghilang, tolong temukan dia."
"Apa yang akan aku dapatkan?"
Ternyata masih berlaku, tidak ada yang gratis di dunia ini. Kencing saja bayar.
"Apa yang paman inginkan?"
"Cium aku saat kita bertemu, dimanapun."
Putri berpikir sebentar. "Baiklah, aku setuju." Berkorban demi sahabat tidak apa, kan? Apalagi hanya mencium suami sendiri. Bukankah itu mudah.
"Mulai dari sekarang," ujar Hardian tanpa senyum sedikitpun.
"Apa?" Putri terkejut, "Tidak bisa, temukan sahabatku dulu."
"Kalau begitu, lupakan." Hardian hendak beranjak dari tempat duduknya.
"Tidak... Tidak... aku akan melakukannya asal paman membantuku." Putri memegang tangan Hardian.
Hampir saja. Batinnya seraya menarik napas panjang.
Cup.
"Sudah aku lakukan, sekarang tolong cari sahabatku," gumam Putri pelan setelah mencium pipi suaminya. Hardian tersenyum dalam hati sembari menatap wanita itu.
Tampan, tapi menyebalkan. Setiap hari aku harus menciumnya.
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam