Di Tinggal Nikah Karena Jelek

''Sudahlah. Aku lagi malas membahas hal ini. Lagi pula, aku belum bisa membuka hatiku kembali untuk pria lain. Rasa sakit yang ditorehkan Kak Ivan kepadaku masih sangat terasa jelas, dan aku masih belum bisa move-on dari rasa sakit itu,'' jawab Naina dengan tatapan yang sendu.

Bohong jika Naina tidak nyaman berada di samping Reno. Di mana pria itu menghargai dirinya, bahkan lebih dari saat dia bersama dengan Ivan. Akan tetapi, Naina juga tidak ingin terlalu dalam sebuah perasaan.

Dia tidak ingin meng-oven dulu hatinya untuk pria lain, karena Naina takut sakit hati untuk kedua kalinya. Dia takut jika nanti saat hatinya sudah berlabuh pada pria lain, lagi-lagi dia mendapatkan rasa sakit itu.

Hingga tidak terasa mobil pun telah sampai di depan rumah. Naina dan juga Mayra langsung turun dan masuk ke dalam.

.

.

Hari ini Naina dan juga Reno akan pulang ke Jogja, mereka sengaja berangkat pagi hari, agar sampai di sana tidak terlalu malam. Karena perjalanan yang mereka tempuh juga lumayan memakan waktu.

''Ya udah Bu, kalau gitu Naina pamit dulu ya. Ingat Ibu sesekali harus pergi ke Jogja,'' ucap Naina sambil mencium tangan Bu Linda.

''Hati-hati di jalan ya kalian. Nak Reno, bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut! Ibu titip Naina ya,'' ujar Bu Linda sambil menatap ke arah Reno.

''Iya Bu, saya pasti akan jagain Naina,'' jawab Reno sambil tersenyum manis. Kemudian mereka pun berpamitan lalu pergi dari rumah.

Selama dalam perjalanan, keduanya sama-sama terdiam. Tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali, karena Naina juga merasa canggung, ditambah dengan Reno. Dia juga masih berkecamuk dengan pikirannya.

''Apakah kamu memang sedekat Itu dengan pria kemarin?'' tanya Reno tiba-tiba, membuat Naina menatap ke arah samping dengan dahi mengkerut heran.

''Maksud Mas Reno apa? Pria siapa?'' tanya Naina dengan bingung.

''Itu, pria kemarin yang bernama Arga. Sepertinya kalian sudah sangat dekat sekali ya?'' Entah kenapa, setiap Reno membahasnya dia merasa tidak suka.

Naina yang mendengar itu pun menghela nafasnya dengan kasar. Dapat dia dengar dari nada bicara Reno sepertinya pria itu tidak menyukai Arga. Namun Naina pun tidak tahu alasannya kenapa?

''Tidak terlalu dekat juga. Karena kami dulu kan satu kantor, jadi ya begitulah,'' jawab Naina yang seakan tidak perduli dengan masa lalunya dan Arga. Karena mereka memang tidak ada hubungan spesial sama sekali.

Tidak ada pembicaraan setelah itu, Reno juga merasa bingung harus berbicara apa lagi. Dia takut nanti akan salah bicara, dan malah menyinggung perasaan Naina.

'Mas Reno kenapa ya? Dia seperti tidak menyukai Pak Arga?' batin Naina bertanya-tanya.

.

.

Sesampainya mereka di Jogja, Naina langsung masuk ke dalam kontrakan Karina, setelah kakak iparnya membukakan pintu. Sedangkan Reno masuk ke dalam sebelah kontrakan milik kakaknya tersebut.

Naina langsung membersihkan diri dan mengganti pakaiannya lalu tertidur dengan lelap, karena badannya terasa begitu sangat lelah.

Untung saja besok ke Naina libur, karena tadi saat di dalam mobil, Reno menyuruh Naina untuk tidak masuk kerja terlebih dahulu. Karena dia tahu, pasti perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Begitupun sebaliknya, cukup menguras tenaga.

Pagi hari jam 07.00, Naina masih belum terbangun. Dia masih asik di dalam mimpi indahnya. Sedangkan Karina merasa sedikit cemas karena sudah jam segitu Naina masih belum bangun juga.

''Kamu mau ngapain, sayang?'' tanya Dewa saat melihat Karina hendak mengetuk pintu kamar adiknya.

''Aku mau menyuruh Naina untuk sarapan, jam segini dia masih belum keluar kamar?'' heran Karina dengan wajah yang sudah diliputi rasa cemas.

''Tidak usah dibangunkan! Kasihan dia, mungkin kelelahan. Lagi pula perjalanan ke Jogja dan juga Jakarta kan sangat jauh. Kamu tahu sendiri bukan? Jadi biarkan saja dia istirahat, paling juga nanti kalau sudah lapar bangun sendiri,'' ujar Dewa.

Karina yang mendengar itu pun menganggukkan kepalanya, lalu mereka berjalan ke arah meja makan untuk sarapan. Karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak sang adik, sebab apa yang dikatakan suaminya memang ada benarnya.

.

.

Sementara itu di tempat lain tepatnya di kota Jakarta, Arga sedang berada di apartemennya duduk bersama dengan seorang pria yang dia suruh untuk mencari tahu keberadaan Naina sekarang di mana.

''Bagaimana? Kau sudah menemukan di mana Naina tinggal?''tanya Arga pada pria tersebut.

''Sudah Tuan. Dari penyelidikan saya, Nona Naina tinggal di Jogjakarta, di sebuah kontrakan milik kakaknya. Dia tinggal bersama dengan kakaknya, Tuan, dan di sana dia bekerja sebagai manajer Cafe," jawab detektif itu.

Arga manggut-manggut, kemudian dia membaca tentang penyelidikan detektifnya. 'Jadi kamu kerja di sana, dan dia adalah bosmu?Sekarang aku yakin, kamu dan dia tidak ada hubungan apapun.' batin Arga saat melihat penyelidikan tentang Reno, bahwa dia adalah bosnya Naina di cafe tempat Naina bekerja.

Entah kenapa, Arga sangat yakin, jika keduanya tidak memiliki hubungan apapun saat mendapatkan fakta yang baru. Arga pikir, mungkin saja Naina sengaja mengakui Reno sebagai pacarnya, untuk terlihat di hadapan Ivan Jika dia sudah move on.

''Ternyata kamu tidak pernah berubah ya Naina? Masih wanita yang kuat dan tangguh. Aku semakin suka sama kamu,'' lirih Arga yang masih terdengar oleh detektifnya.

''Ya sudah, kalau gitu kamu pergi sekarang! Dan kirimkan alamatnya nanti!'' titah Arga pada anak buahnya, dan pria itu langsung menganggukan kepala lalu keluar dari ruangan Arga.

Dia berencana akan ke Jogja, akan tetapi Arga tidak akan langsung menghampiri Naina. Dia akan membuat pertemuan mereka seolah ketidaksengajaan dan kebetulan. Padahal semua sudah direncanakan oleh Arga. Dia ingin merebut hati Naina dan kali ini Arga tidak akan melepaskannya.

BERSAMBUNG.....