Cintaku Buat Om Papa (CBOP)

Sepulang sekolah hari ini. Anabella tengah ijin untuk pergi ke sebuah toko buku. Siapa kira, di toko buku itu Anabella bertabrakan dengan seorang pria yang berumuran sekitar 2 tahun lebih tua darinya. Apa kalian ingat? Laki-laki itu adalah Johan Aditya. (Ada di Episode 7)

Johan Aditya yang kini tengah kuliah di kedokteran. Ia tumbuh menjadi pria tampan dan care pada siapa saja.

"Aw," Anabella terkejut karena tabrakan yang tiba-tiba.

"Maaf-maaf," balas Johan sambil meminta maaf pada Anabella.

Wajah Anabella yang tak banyak berubah membuat Johan mudah mengenalinya.

"Kamu Anabel?" tanya Johan dengan mata yang berbinar. Selama ini, Johan telah mencari Anabella kemana-mana. Tak ada yang tahu kalau sebenarnya Johan selalu memperhatikan Anabella waktu dulu. Sejak ia bermain dengan Anabella, Johan merasa cocok dan ingin terus bermain dengan Anabella. Namun sayang, Anabella selalu sibuk menyapu. Bahkan tak diijinkan keluar rumah dari pamannya.

Ngomong-ngomong tentang keluarga Rehan. Kini keluarga itu dalam kekacauan. Pasalnya, Lauren mulai kelihatan sikap buruknya. Rehan mulai sadar saat mereka telah diberikan cobaan yang bertubi-tubi. Dimana perusahaan yang Rehan kelola mengalami kebangkrutan. Barang-barang mahalnya ia jual, bahkan sebagian harta warisan milik Anabella yang ia pegang sempat ia pergunakan tanpa seijin Anabella.

Kini Anabella sudah 17 tahun, seharusnya harta yang ditinggalkan oleh almarhum Leonardo Noel sudah sampai di tangan Anabella. Nyatanya apa? Sampai saat ini Anabella tidak tahu menahu soal harta itu.

Anabella menatap lekat wajah pria yang ada di depannya. Bagaimana mungkin pria tersebut bisa tahu namanya? Pikir Anabella terheran-heran.

"Maaf, siapa ya?" tanya Anabella penasaran.

Johan tertawa lebar. Jelas Anabella lupa padanya. Hampir 13 tahun lamanya mereka tak bertemu. Sekarang mereka dipertemukan dalam keadaan yang berbeda.

"Ah, mungkin kamu lupa sama aku," balas Johan masih tertawa.

Tawa Johan itu adalah tameng kegrogiannya. Anabella benar-benar sangat cantik. Siapapun yang melihatnya pasti langsung jatuh hati. Termasuk Johan sendiri yang kini sudah tertarik bahkan darahnya berdesir saat berdekatan dengan Anabella.

Anabella mengerutkan keningnya. Benarkah dia lupa? Tapi melihat tawanya, Anabella sepertinya ingat.

"Sepertinya kita pernah bertemu. Tapi maaf, aku lupa tepatnya dimana," balas Anabella.

Johan tak ingin pertemuan ini berakhir. Untuk melangsungkan sebuah rasa agar semakin berkembang. Johan berusaha mendekati Anabella dengan cara menceritakan tentang semuanya.

Ternyata Anabella masih mengingat tentang Johan. Bagaimana mungkin ia lupa. Sebab setelah Anabella dijemput bibi Lauren. Anabella dihukum dan kemudian ia dikurung di kamar mandi. Trauma itu kadang masih menghantui mimpinya, meskipun tak terlalu sering seperti dulu.

***

Wajah itu makin berseri. Mungkin itulah yang dinamakan jatuh cinta. Mungkinkah Anabella jatuh cinta pada Johan? Anabella tidak tahu. Hanya saja, hatinya berbunga-bunga saat ini. Sampai-sampai Anabella tak menyadari kalau om papanya baru saja datang.

"Ehm," Arkan berdehem tepat dibelakang Anabella.

Seketika itu juga, Anabella menoleh. Ia langsung berdiri dan memeluk om papanya.

"Om papa udah pulang?" tanya Anabella.

"Sudah Lili," balas Arkan. Ya, panggilan Arkan untuk Anabella telah berganti. Arkan memanggil Anabella dengan sebutan Lili. Lili itu adalah bunga Lili, yang selalu memancarkan kebahagiaan khusus bagi Arkan.

Bunga itu melambangkan sebagai lambang kesucian, kemurnian, ketulusan, kemuliaan, pengabdian juga persahabatan. Bunga yang benar-benar melambangkan sesuatu yang suci, bersih dan sangat menawan bagi Arkan. Sebab, karena Anabella lah Arkan bisa bangkit dari keterpurukannya.

Bayangkan, Arkan sempat ingin mengakhiri hidupnya gara-gara berpisah dengan cinta pertamanya. Tapi berkat dukungan dan rasa sayang Anabella padanya membuat Arkan tahu, bahwa ia masih diharapkan untuk hidup.

Keduanya berjalan beriringan. Semenjak bi Ijah tidak ada, rumah Arkan di urus oleh Anabella dan tetangga yang tak jauh dari rumahnya. Dia ada saat pagi sampai siang saja. Soalnya Arkan tak ingin pembantu lagi. Dia terlalu trauma akan kejadian kala itu. Demi menghindari kejadian yang tidak-tidak, maka Arkan memilih jalan yang aman saja. Selama mereka berdua nyaman kenapa tidak?

"Om papa tahu gak, hari ini Lili ketemu sama seseorang." Ceritanya pada om papa.

Anabella mengekori langkah Arkan yang berada dua langkah didepannya. Arkan yang mendengar itu langsung berhenti. Hingga membuat jidat Anabella terbentur punggung Arkan.

"Om papa berhenti gak bilang-bilang!" protes Anabella pada om papanya.

Arkan tersenyum tipis, lalu meniup kening Anabella. Anabella balas tersenyum pada om papanya.

"Sakit?" tanya Arkan.

Anabella menggeleng lalu menjawab, "Sakit sedikit."

"Um, terus siapa seseorang yang kamu maksud itu?" tanya Arkan penasaran.

"Teman masa kecil Lili, Om papa."

"Cewek atau cowok?" tanya Arkan sedikit memicingkan matanya.

Entah kenapa, Arkan rasa yang Anabella temui itu adalah cowok. Kenapa justru Arkan yang merasa seperti sakit hati? Ada apa dengannya? Anabella putrinya.

Segera Arkan menarik nafas lalu membuangnya. Ia harus rileks, tak boleh berpikiran yang tidak-tidak tentang perasaannya barusan.

"Cowok, Om papa. Hehehe," balas Anabella sambil tertawa memamerkan deretan giginya.

"Dia itu makin tampan, tinggi. Uh, idaman semua wanita."

Entah kenapa, Arkan merasa jealous.

"Tampanan mana sama om papamu ini hem?"

Anabella nampak berpikir. Menurutnya memang lebih tampan om papanya dari pada Jo. Badan dan tinggi badan Arkan lebih sandaranabel dari pada Jo yang terlihat kurus. Meskipun sudah kepala 4, ketampanan Arkan tetap tak tertandingi oleh siapapun di mata Anabella.

"Jelas lebih tampan Om papa dong? Om papa ketampanannya tak ada duanya," balas Anabella.

"Ah, sejak kapan Lili belajar menggombal?" goda Arkan.

Sontak pipi Anabella bersemu merah mendengar kata gombal. "Om papa ih, Lili serius tahu!" Anabella pura-pura protes tak terima.

Hingga mereka berdua saling bercanda dan kejar-kejaran di dalam rumah itu. Arkan sangat bahagia. Masalah-masalah yang dihadapinya seakan menguap begitu saja hanya dengan bercanda dengan sang anak angkat.

Bersambung.