"Aku ingin besok pagi kau pergi dari rumah ku!"
"Bawa semua barang-barang mu aku tidak ingin melihat satu barang mu ada di rumahku!"
"Ingat Olivia...tak satu jejak mu yang ingin aku lihat di rumah ku ini. Pergilah yang jauh!"
Kata-kata kasar itu seketika menghentakkan Olivia Quinta Ramírez. Tubuhnya gemetaran mendengar perkataan suaminya sendiri yang menikahi nya lima bulan yang lalu.
"T-api...
Brakkk..
"Kau baca itu! Kita menikah hanya sementara saja, syarat untuk mendapatkan warisan orang tua ku!"
Bagai disambar petir, tubuh Olivia gemetaran menatap tak percaya laki-laki yang dicintainya itu. Seketika Pandangannya menggelap.
Bagaimana dengan Olivia? Mampukah ia mempertahankan pernikahannya?
Yuk ikuti kelanjutan Kisah Olivia "Istri Yang Terbuang".
Semoga suka. JANGAN LUPA TINGGALKAN SELALU JEJAK KALIAN DI SETIAP BAB YA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERKUAK
Oliver menatap jauh ke depan melalui kaca jendela kamarnya. Wajah laki-laki itu terlihat begitu dingin. Rahang mengeras, sesekali terdengar suara berdecak dari mulutnya. Sorot matanya pun menajam.
Tangan kiri Oliver masuk kedalam saku celana panjang, sementara tangan kanan memegang gelas berisi wine. Laki-laki itu meneguk wine hingga tandas. Tidak bisa dipungkiri wajah itu sedang membendung emosi yang membuncah dalam dirinya.
Tubuh atletis Oliver masih terbalut pakaian kerja, hanya jasnya saja yang sudah di lepaskan dari tubuh maskulin itu.
"Akh–"
"Ah, kepalaku pusing.."
"Kau sudah bangun Olivia?!"
"Apa ini kejutan selanjutnya yang akan kau berikan pada ku, hah?!"
Olivia yang masih nampak lemah, bahkan memori ingatan nya pun belum terkumpul semua dalam otaknya begitu terkejut mendengar suara itu. Kepanikan langsung melanda Olivia. Ia memegangi rambutnya. Wanita itu endadak bangun dari tempat tidur. Namun kepalanya terasa begitu berat.
Tubuh lemah itu kembali terduduk di tepi tempat tidur. Mulut Olivia meringis sambil memijat keningnya. Akibat pukulan keras para penjahat, masih menyakiti tubuhnya.
"Lima tahun aku mencari mu ternyata kau begitu dekat dengan ku Oliv", Oliver membalikan badannya menatap lekat wajah Olivia yang terlihat memutih. Wajah itu pucat pasi. Olivia tidak bisa mengelak lagi. Penyamaran nya sudah di ketahui Oliver.
Olivia terdiam sambil memalingkan wajahnya, tak mau menatap Oliver yang kian mendekatinya. Namun netra nya melihat fotonya di nakas. Foto yang sama di meja kantor Oliver. Seketika iris Olivia menghangat.
"Apa maksudmu merubah penampilan mu seperti ini, hah?", ujar Oliver sambil menunjukkan wig berwarna pirang yang selalu di pakai Olivia saat beraktifitas. "Kau merubah warna rambut mu, juga bola mata mu itu. Cukup cerdik. Patut diakui aku terkecoh. Terlebih suara mu juga berubah. Apa yang sudah kau lakukan pada pita suara mu, hem? Apa Maxxie Leonard Horwitz yang mengajari mu melakukannya? Merubah istri ku yang lugu seperti dirimu sekarang ini?".
"Sampai kapan kau akan melakukannya? Kau ingin menghindari ku, suami mu sendiri?", tanya Oliver penuh perasaan. Suaranya terdengar begitu lembut di telinga Olivia. Olivia ingat betul tidak pernah Oliver berbicara selembut itu padanya dulu.
Perkataan Oliver membuat dada Oliv bergemuruh. Wanita itu mengumpulkan kepingan kekuatan dalam dirinya. Sesaat ia memejamkan matanya. Kemudian membalas tatapan Oliver dengan tajam. Nampak sorot mata Olivia memancarkan berjuta kebencian. Wajahnya pun begitu dingin.
Olivia berdiri di hadapan Oliver. Tak ada rasa takut sedikitpun sekarang.
"Suami?"
"Apa maksud mu, hah? Apa kau lupa sejak lima tahun yang lalu aku sudah tidak punya suami! Apa kau lupa dengan kata-kata mu malam itu?", seru Olivia mengebu-gebu. "Aku tidak pernah melupakan satu katapun yang kau ucapkan tepat dihadapan ku! Tidak satu katapun!!", ketus Olivia sambil berdiri dari tempat tidur.
Oliver terdiam di tempatnya. Kata-kata Olivia benar-benar menghujam ke jantung nya. Yang terdengar hanya hembusan nafas Oliver.
"Maafkan aku Oliv. Aku sangat menyesalinya. Kau tahu setelah kau pergi, aku sangat tersiksa. Aku merindukanmu. Aku sangat frustasi begitu mengetahui kau tidak ada di rumah bibi mu. Aku mencari mu. Maafkan aku sayang", ucap Oliver dengan suara serak.
Sesaat Olivia terdiam mendengar penuturan Oliver.
"Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan tuan Oliver yang terhormat. Kita tidak ada hubungan apapun lagi, seperti yang kau inginkan dulu. Anggap saja aku tidak pernah ada seperti dulu, kau sangat membenci ku dan kau jijik melihat ku".
"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi", ketus Olivia membalikkan tubuhnya hendak keluar kamar.
"Kau tidak akan kemana-mana, Olivia. Tempat mu di sini bersama ku!". Oliver berseru. "Jangan coba-coba pergi dari ku lagi. Aku tidak akan membiarkannya!"
"Kau tidak memiliki hak apapun mengatur hidup ku. Kau urus saja wanita-wanita mu itu!"
Oliver tak bergeming dan menjawab apapun.
Jemari Olivia hendak membuka pintu, ternyata pintu itu terbuka sendiri.
Olivia melebarkan kedua matanya menatap tak percaya.
...***...