Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Di Pesiar
Bagi Lucas, liburan ini adalah segala hal yang ia inginkan. Keluar dari jam kerjanya dan menghindar dari dokumen-dokumen sialan itu, kemudian berlibur sejenak.
Meskipun dia tidak selalu datang ke kantor seperti kebanyakan CEO, tapi bukan berarti Lucas lepas tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.
Tidak ada yang tidak bisa dibelinya sekarang, termasuk orang-orang tak berguna yang suka mencari masalah dengannya kalau ia mau mengeluarkan uang-uangnya.
Lucas sendiri adalah pria berkebangsaan China yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk tinggal di Seoul, Korea Selatan. Ia memiliki perusahaan yang sangat besar dan hampir tujuh puluh lima persen perusahaan swasta menengah kebawah bergantung padanya. Dan sekarang ia disini.
Berada diatas sebuah kapal pesiar berbintang enam untuk mengambil cuti, setidaknya beberapa hari untuk berlibur. Ia butuh udara segar atau mungkin dirinya akan gila sebentar lagi karena pekerjaan yang tak habis-habis.
Lucas dan Serra masuk ke dalam kamarnya yang terlampau mewah dan mereka cukup puas dengan ini semua. Setidaknya keadaan mencapai delapan puluh persen dari ekspektasinya.
Hari sudah semakin gelap dan kapal sudah mulai menjauh dari pelabuhan. Serra membuka kopernya dan mulai menata semua pakaian yang ia bawa ke dalam lemari yang tersedia di dalam kamar mewah itu. Tak hanya menata pakaiannya saja, tetapi milik Lucas juga.
"Apa hanya ini pakaian yang kau bawa? Kenapa hanya ada dua jas saja?" Tanya Serra ditengah kesibukannya, dia bahkan tak menatap sedikit pun pada lawan bicaranya.
"Ya, tidak ada gunanya juga membawa banyak pakaian kesini." Jawab Lucas.
Ini memang perjalanan istimewa. Tetapi bukan sebuah perjalanan bisnis yang mengharuskannya membawa dan memakai pakaian formal seperti mereka yang suka memamerkan harta dan kekayaannya. Lucas ingin terlihat lebih santai.
Serra melihat jam yang menggantung di dinding. Sudah pukul 18.30 malam. Sebentar lagi sudah tiba waktunya makan malam. "Ini sudah hampir tiba jam makan malam, kita nanti malam malam dimana?" Tanya Serra sambil menatap Lucas penuh tanya.
"Restoran ada di lantai bawah. Bersiap-siaplah, setelah ini aku bawa kau pergi makan malam. Hubungi mama dan yang lain, kita makan malam sama-sama." Ucap Lucas yang kemudian dibalas anggukan oleh Serra.
"Baiklah, aku mengerti."
-
-
Lampu kristal bergelantungan dengan cahaya-nya yang mirip seperti sunset yang mampu membuat seseorang tersenyum ketika memasuki ruangan ini. Sebuah tempat yang cukup lebar, atau bahkan sangat besar, dan kedatangan mereka untuk makan malam.
Suara musik jazz memenuhi gendang telinganya, bau wangi menusuk, dan dinding yang berlapis lukisan klasik benar-benar menyambut Luhan. Seolah memamerkan keindahannya agar semua orang terkagum-kagum.
Lucas dan Serra berjalan beriringan memasuki ruangan megah tersebut. Orang-orang terlihat melemparkan senyum ramah pada Lucas yang hanya dibalas anggukan tipis oleh pria itu.
Serra tampak heran. Sungguh ia tidak tahu betapa tenar suaminya itu dikalangan konglomerat luar negeri ketika wajahnya terekspos di acara televisi, koran, bahkan internet. Terlihat beberapa orang menghampirinya untuk menyapa Lucas, hanya sebuah sapaan dan perbincangan singkat saja.
"Tuan Xiao, tidak disangka kita bertemu disini. Apakah ini istri Anda, dia sangat cantik." Ucap seorang pria berpakaian formal yang merupakan rekan bisnis Lucas.
"Ya, terimakasih untuk pujian Anda, Tuan Park."
"Keluargaku sudah menunggu, saya permisi dulu." Ucap pria itu. Lucas mengangguk.
Tampak Nyonya dan Tuan Jung, Johan dan si kembar memasuki restoran mewah itu. Mereka berjalan menghampiri Lucas dan Serra yang memang sudah menunggu kedatangan mereka semua.
Sudah banyak hidangan mewah yang tersusun diatas meja. Semua tampak lezat dan mengiurkan, membuat Daniel dan Deriel tidak sabar untuk segera menyantapnya.
"Huaaa... Ini adalah makanan kesukaan kita." Ucap Deriel.
"Kelihatanya sangat lezat," Daniel menambahkan.
"Jangan tidak sopan kalian!!" Ucap Lucas dan membuat mereka langsung diam seketika, padahal sebelumnya mereka sangat heboh.
"Biarkan saja, Lu. Tidak perlu sampai memarahi mereka berdua," Nyonya Jung mencoba memberi pengertian pada Lucas supaya tidak memarahi adik-adiknya.
"Supaya mereka tau etika dan sopan santun, Ma!!" Sahut Lucas menimpali.
"Sudah-sudah, tidak perlu berdebat lagi. Ayo, sebaiknya kita makan sekarang. Pasti Serra sudah lapar." Ucap Tuan Jung seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya itu.
Serra tersenyum lebar. "Papa memang yang paling memahamiku." Ucap Serra dengan senyum yang sama.
Tuan Jung mengusap kepala putrinya itu penuh sayang. Betapa Tuan Jung sangat bahagia karena akhirnya Serra kembali ke dalam pelukannya. Meskipun mereka tak tinggal serumah, tapi itu tidaklah masalah karena yang paling penting putrinya masih hidup dan baik-baik saja.
"Bukan hanya Serra saha yang lapar, Pa. Tapi aku juga!!" Ucap Johan tak mau kalah. Padahal dia juga lapar.
Tuan Jung menjitak kepala putra sulungnya itu dengan keras. Kenapa dia bisa iri pada adiknya sendiri?! Sedangkan Nyonya Jung hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah suami dan putranya. Sedangkan Lucas hanya tersenyum tipis.
Dan sementara itu...
Nasib siap justru menimpa kakek Xiao, Anita, Andien dan Axel. Bagaimana tidak, disaat orang lain sedang menikmati makan malamnya di restoran mewah. Mereka berempat hanya bisa makan sepotong roti dan segelas susu, itupun roti sortiran dari para tamu VIP.
Prang...
"Aku tidak mau makan, makanan menjijikkan ini!!" Andien membanting roti itu dan mengejutkan semua orang yang sedang menikmati makan malamnya juga.
"Andien, apa-apaan kau ini?! Jaga sikapmu, suka tidak suka kau harus tetap memakannya jika tidak ingin mati kelaparan!!" Ucap Nyonya Anita setengah berbisik.
Andien menatap ibunya itu dengan tajam. "Itu bukan makanan yang berkelas, Ma. Dan aku tidak Sudi memakan, makanan sortiran dari orang-orang itu. Aku mau makanan utama, bukan makanan sisa!!" Teriak Andien emosi.
"Benar yang Andien katakan. Ini bukan makanan bagi kita yang berkelas. Makanan seperti ini lebih pantas diberikan pada Anjing!!" Sahut Kakek Xiao menimpali.
Seketika pandangan orang-orang itu tertuju pada mereka berempat. Seorang pria bangkit dari duduknya lalu menghampiri keempatnya. Amarah terlihat di raut wajahnya. "Jika kalian memang tidak suka makanan-makanan ini, sebaiknya tidak perlu dimakan. Tidak usah mengatakan hal-hal yang menyakiti perasaan orang lain!!" Ucap orang itu memperingatkan.
Axel bangkit dari duduknya lalu berdiri di depan pria tersebut. "Jangan sok disini, orang miskin dan rendahan sepertimu memangnya tau apa?! Jika bukan karena mereka merampas uangku, aku dan keluargaku tidak akan terjebak disini!!" Bentaknya emosi.
"Sudah, sebaiknya usir saja mereka dari tempat ini. Bukankah mereka bilang orang kaya dan tidak selevel dengan kita." Seru seorang wanita.
"Benar, benar. Usir saja mereka dari ruangan ini!!"
Seketika kakek Xiao dan yang lain seketika menjadi panik mendengar teriakan-teriakan itu. Jika ia dan ketiga orang bodoh itu sampai terusir dari ruangan ini, maka mereka akan tidur di luar karena tidak ada tempat yang bisa dituju. Jangankan untuk menyewa kamar, untuk makan pun mereka tidak ada uang.
Kakek Xiao pun segera mengambil tindakan. Ia meminta maaf pada semua orang agar dirinya tidak terusir keluar. Lebih baik merendah daripada hidupnya lebih sengsara.
-
-
Bersambung.