Pernikahan Tanpa Cinta,, bukankah itu terdengar menyedihkan,,???
Bagaimana bisa dua insan memutuskan untuk menikah tanpa memiliki perasaan apapun, bahkan mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
Ya,, itu terjadi karena sebuah perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.
Persahabatan mereka sejak di bangku SMA dan sampai akhirnya mereka terpisah karena menikah dan ikut dengan suami mereka masing masing, membuat mereka jarang bertemu.
pertemuan terakhir mereka terjadi 10 tahun yang lalu sebelum salah satu dari mereka memilih untuk tinggal di luar negeri karna suaminya di tugaskan disana. Sebelum perpisahan itu, mereka sudah berjanji akan menjodohkan anak mereka..
Keinarra Chan Hei dan Elvano Mahendra menikah atas dasar perjodohan.
Tapi siapa sangka, Keinarra atau yang biasa di nanggil berusaha menggambil hati Elvano atau Vano..
Meskipun awalnya dia tidak menyukai Vano, namun dia berfikir jika pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang bisa di akhiri begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Wullandarrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Itu Keina,," Rena mengarahkan jari telunjuk pada seorang wanita cantik yang tengah duduk sendirian di salah satu meja kantin.
"Ya ampun, aku sudah tidak sabar dengar cerita mengenaskan dari Keina." Ujar Adel seraya menatap iba pada sahabatnya yang satu itu.
"Ayo kesana,," Adel dengan tidak sabaran menarik tangan Rena, dia buru-buru menghampiri Keina untuk mendengarkan apa yang terjadi pada Keina selama bekerja di ruangan sang bos.
"Kein,, kamu baik-baik aja kan.?" Rena langsung memperhatikan Keina dari ujung kaki sampai kepala, seolah ingin memastikan tak ada luka satupun di tubuh wanita itu.
Mengingat bagaimana kejamnya Vano pada siapapun termasuk kepada wanita, tak menutup kemungkinan Keina bisa menjadi korban kekejaman Vano. Apalagi dia tau hubungan Keina dan Vano tidak baik meski berstatus sebagai suami istri.
"Kamu di suruh ngapain aja di ruangan si bos.?" Belum sempat menjawab pertanyaan Rena, Adel sudah menodong pertanyaan lain dengan ekspresi wajah penasaran.
Dia awalnya kaget saat mendapatkan balasan pesan dari Keina yang mengatakan kalau dia di tempatkan bekerja di ruangan Vano.
Mereka kemudian duduk bersebelahan di depan Keina. Keduanya tampak menunggu Keina menjawab pertanyaannya.
"Kalian bisa lihat sendiri aku baik-baik saja." Dengan pembawaan yang tenang, Keina seperti ingin menunjukkan pada kedua sahabatnya kalau dia baik-baik saja. Ya meskipun dia baru saja mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan dan kasar dari Vano.
"Dia hanya menyuruhku membersihkan buku-bukunya." Jawab Keina.
"Kalian tidak perlu khawatir, aku pastikan CEO kejam itu tidak akan berani macam-macam padaku."
"Kalian lupa kalau aku ini istrinya. Aku sudah tau bagaimana caranya membuat dia tak berkutik."
Keina mengembangkan senyum kemenangan.
Peperangan memang baru akan di mulai, tapi dia yakin akan menjadi pemenangnya karna sudah tau kelemahan Vano.
"What.?!!!" Adel membulatkan matanya, dia tampak syok dengan penuturan Keina.
"Jangan bilang cara yang kamu maksud itu dengan tidur sama Vano." Tebaknya.
"Beneran Kein.?? Jadi kamu udah uhuk-uhuk sama Vano.?" Rena mencondongkan badan, dia tampak lebih antusias di banding Adel.
Tatapan mata keduanya juga tampak berubah, mungkin karna di pikiran mereka sedang membayangkan bagaimana Vano dan Keina melakukan pergulatan panas.
Sekalipun wajah Vano sangat tampan, postur tubuhnya juga tinggi dan kekar, tapi tetap saja Adel dan Rena tidak bisa membayangkan bagaimana Keina bisa melakukan hal itu bersama Vano.
"Iiiuuhh,, uhuk-uhuk apaan.?" Keina bergidik ngeri sekaligus jijik.
Rena tidak tau saja kalau Keina pernah melihat Vano sedang bercinta dengan Sindy, dan kejadian menggelikan itu membuat Keina semakin muak pada Vano.
"Denger yah,, aku nggak bakal mau di uhuk-uhuk sama dia.!" Tegas Keina.
Meski salah satu cara untuk menarik perhatian Vano dengan menunjukkan lekuk tubuhnya, tapi Keina bertekad untuk tidak melakukan hal di luar batas. Mungkin jika sekedar meraba atau dicium dia masih bisa menerimanya, tapi akan menolak seandainya Vano mulai melewati batas nantinya.
"Sekarang aja kamu bilang nggak mau. Siapa tau nanti berubah pikiran kalau kamu sudah lihat senjata Vano." Celetuk Rena.
Dia bisa berbicara seperti itu karna terkadang ucapan tak sejalan dengan keinginan.
"Betul tuh kata Rena."
"Apalagi punya Vano seperti big size. Apa nggak ngiler kamu,," Celetuk Adel yang kemudian di iringi dengan tawanya yang meledek.
Keina hanya bisa geleng-geleng kepala. Sahabatnya itu memang suka asal bicara.
...*****...
Keina kembali ke ruangan Vano sebelum jam istirahat usai. Dia ingin buru-buru menyelesaikan pekerjaannya yang sudah di tambah lagi oleh Vano.
Dari yang awalnya membersihkan buku 1 rak, kini di tambah 1 rak lagi.
Keina terperanjat kaget begitu membuka pintu.
Dia berusaha mengukir senyum pada Vano yang berdiri tepat di depannya. Ternyata laki-laki itu sudah berada di dalam ruangan.
"Kamu sudah makan.?" Tanya Keina basa-basi.
Dia melangkah maju, kemudian menutup pintu ruangan.
Vano masih diam di tempat, masih dengan tatapan tajam seperti biasa. Dia menatap Keina seolah sedang menatap musuh.
Kebenciannya pada Keina memang tidak berdasarkan alasan yang kuat, karna perjodohan itu bukan keinginan Keina.
Tapi belum hilang kebenciannya terhadap Keina, wanita itu malah berani berulah dengan menciptakan masalah besar di antara dia dan Sindy.
"Bicara yang benar.! Kau lupa aku ini bos mu.!" Sinis Vano setelah beberapa saat tak bicara.
"Aku tidak lupa Vano, hanya saja sekarang masih jam istirahat."
"Apa tidak bisa bicara santai, bukan sebagai bawahan dan atasan, tapi sebagai suami istri." Keina memaksakan senyum. Entah sampai kapan dia harus bersandiwara. Harus bersikap normal di depan Vano sembari menahan perasaan marah sekaligus jijik.
"Jangan mimpi.!" Ketus Vano sinis.
"Kamu akan tetap menjadi pelayan ku selama berada di kantor. Jadi tetap panggil aku Tuan.!!" Ucapnya penuh penekanan.
Keina menghela nafas kasar. Tangannya sudah tidak sabar untuk menampar wajah tampan Vano.
Entah kapan dia bisa menampar Vano. Jika kesempatan itu tiba, Keina tentu tidak akan menyia-nyiakannya. Dia akan menampar Vano sepuasnya untuk membalas rasa sakit yang pernah di berikan oleh Vano di hari pertama pernikahan mereka.
"Baiklah Tuan Vano yang terhormat, maafkan pelayanmu ini." Balas Keina acuh.
Dia kemudian berlalu dari hadapan Vano, berjalan santai ke tempat dimana pekerjaannya menunggu untuk di selesaikan.
"Siapa yang mengijinkan kamu pergi.?! Aku belum selesai bicara.!" Suara tegas Vano menggema di ruangan itu.
Langkah Keina terhenti, dia berbalik badan menatap Vano.
"Aku tidak pergi, aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaanku."
"Bukankah Tuan sendiri yang memintaku untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.?" Jawab Keina.
"Kamu berani membantah ucapanku.?!" Tatapan mata Vano seolah ingin memakan Keina hidup-hidup. Wanita itu berani membantahnya padahal belum genap 1 hari bekerja.
"Kamu lupa dengan poin-poin yang aku sebutkan di awal.?!" Seru Vano mengingatkan.
Saat itu juga Keina tersenyum kaku. Dia terlalu meremehkan kemarahan Vano sampai lupa dengan peraturan yang di buat oleh Vano.
"Maaf, aku benar-benar lupa." Keina lalu kembali mendekat pada Vano.
"Bersihkan toilet sekarang juga.! Pastikan benar-benar bersih dan wangi.!" Titah Vano.
"Apa.?!!" Pekik Keina kaget.
"Kamu melanggar peraturan. Itu hukuman karna kamu sudah membantah ucapanku.!" Vano menjawab sinis.
Keina tampak menarik nafas dalam, kali ini dia tak berani bersuara lagi. Bukan karna takut, tapi karna tidak mau hukumannya di tambah oleh Vano.
"Baiklah, aku akan membersihkannya." Ujar Keina seraya mengukir senyum tipis.
Untuk saat ini mungkin Vano bisa berbuat seenaknya pada Keina. Tpi setelah hari itu tiba, jangankan berbuat seenaknya, berbicara dengan Keina pun mungkin tidak akan bisa di lakukan oleh Vano.
-
𝘌𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘯𝘯..