Dibalik sikap ceroboh dan somplak di antara ketiga sahabatnya, Zahra menyimpan kisah hidup yang cukup memilukan. Masa kecil bersama Yudha di sebuah Panti Asuhan, membuat Zahra menganggap Yudha sebagai kakak bahkan Zahra sangat mengagumi lelaki itu dan berharap bisa menjadi pendamping hidup Yudha selamanya—kelak.
Di satu sisi, Zahra berusaha menghindar dari Arga karena tidak ingin 'sial' jika berada di dekat lelaki itu. Setelah sebuah penolakan terlontar dari mulut Zahra, Arga memilih untuk pergi.
Namun, bagaimana jika sebuah rahasia tentang Yudha terkuak dan hal itu membuat Zahra kecewa? Akankah Zahra bisa memaafkan Yudha, atau mengejar cinta Arga yang pernah dia tolak sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Sedang apa kamu di sini, Ra?" tanya Yudha berusaha mencairkan suasana.
"Harusnya aku yang tanya, Mas. Sedang apa kamu di sini? Di dalam mobil cuma berdua di tempat sepi seperti ini." Zahra menimpali dengan ketus.
Merasakan suasana yang memanas, Sonia justru mendekat dan berdiri di samping Yudha. Sonia sengaja menyibakkan rambut hingga terlihatlah dengan jelas tiga tanda cinta di leher Sonia yang putih mulus. Tangan Zahra terkepal erat saat melihatnya bahkan tatapan ke arah Yudha menjadi penuh benci.
"Bukannya kamu dulu hanya OG di ADS Group," ledek Sonia.
"Memangnya kalau dia OG kenapa?" Zety justru yang melontarkan pertanyaan karena tidak rela sahabatnya dihina.
"OG itu kaum rendahan, jadi jangan—"
"Sonia! Lebih baik kamu pergi dari sini!" sela Yudha mengusir. Sonia tampak geram dan menatap Yudha tajam.
"Kamu mengusirku setelah apa yang kamu lakukan padaku? Bahkan cairan kentalmu masih tersisa di rahimku!" bentak Sonia, sengaja ingin membuat Zahra makin panas.
Yudha meradang. Dia tidak menyangka kalau Sonia akan membuka semuanya seperti itu. Zahra pun tak kuasa menahan rasa sakit saat mendengar semuanya. "Tutup mulutmu!"
"Jangan bilang kalau kamu akan lari dari tanggung jawab! Kamu harus ingat kalau saat ini aku sedang hamil anak kita!"
Duarr!!
Bak sambaran petir yang teramat dasyat, tubuh Zahra lemah tidak berdaya saat mendengar itu.
"Tidak mungkin! Kita baru saja melakukan itu belum ada dua Minggu yang lalu. Mana mungkin kamu sudah hamil!" Ucapan Yudha yang merupakan sebuah pengakuan justru membuat hati Zahra makin sakit rasanya.
"Ma-Mas ...." Lidah Zahra mendadak kelu. Bahkan, bibirnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Masih terkejut dengan kenyataan yang baru diketahuinya.
"Kita pulang, Zae." Zahra hanya menurut saat Zety mengajaknya pulang. Awalnya Yudha hanya diam, tetapi ketika bayangan mereka tidak lagi terlihat, Yudha menatap marah kepada Sonia.
"Apa maksud ucapanmu? Kamu sengaja melakukannya?" bentak Yudha. Bukannya takut, Sonia justru menarik sebelah bibirnya, tersenyum sinis.
"Dengan siapa kamu hamil! Aku tidak mau bertanggung jawab dengan anak yang bukan darah dagingku!" Yudha tampak frustrasi.
"Mau menghindar seperti apa pun, aku tetap akan memintamu bertanggung jawab." Sonia kembali masuk ke mobil dan berlalu begitu saja.
"Brengs*k!" umpat Yudha. Menendang udara untuk meluapkan kekesalan.
Setelahnya, Yudha naik ke motor dan melajukan menuju ke rumah kontrakan. Dia harus menjelaskan semuanya kepada Zahra saat ini juga. Yudha mengetuk pintu berkali-kali, tetapi tidak sahutan sama sekali. Yudha tak gentar dan terus mengetuk pintu tersebut.
"Ada apa, Mas?" tanya Zety yang baru membuka pintu. Tatapan Zety kepada Yudha terlihat penuh kecewa. Zety tidak rela kalau sahabatnya harus terluka seperti itu.
"Di mana Zahra?" Yudha tidak sabar.
"Mas, lebih baik sekarang kamu pulang dan biarkan Zahra menenangkan diri," usir Zety.
"Tidak. Aku harus menjelaskan semuanya pada Zahra saat ini juga." Yudha bersikukuh.
"Aku minta ya, Mas. Zahra butuh waktu untuk—
"Apa yang mau kamu jelaskan?" tanya Zahra dari arah belakang, menghentikan ucapan Zety.
"Ra, kamu harus tahu kalau aku sengaja melakukan itu untuk melindungimu. Sonia akan mencelakaimu karena Arga mencintaimu. Jadi, aku menghancurkan wanita itu terlebih dahulu sebelum kamu terluka," papar Yudha. Sebuah kenyataan yang membuat Zahra tercengang. Namun, Zahra kembali menatap Yudha penuh kecewa.
"Jangan membuat alasan di luar akal, Mas! Bilang saja itu untuk menutupi perlakuan burukmu! Aku kecewa, Mas. Kecewa sama kamu!" Air mata Zahra tidak mampu lagi dibendung. Mengalir deras membasahi pipinya.