Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang Tahun
Ayyara berdiri menatap cermin di kamarnya. Ia sudah mengenakan dress yang dipilih Deon Gian. Sebenarnya, ada dua dress yang dia dapatkan. Dari Mala dan dari kedua abangnya. Ia lebih tertarik dengan pilihan kedua cowok itu. Jadi dia mengenakannya.
"Anak Mama cantik sekali." Suara Mala dari ambang pintu membuatnya menoleh.
"Mama..."
"Kenapa sayang?" Tanyanya, berjalan dan merangkul pundak Ayyara.
"Maafin Ayya, ya? Ayya suka sama baju yang dipilih abang. Jadi, Ayya ga pake yang dipilih Mama."
Mendengarnya Mala tersenyum senang. Keinginannya menyatukan kembali putra putrinya perlahan-lahan berhasil.
"Ngga papa, sayang. Mama ga papa. Justru Mama senang Ayya mau pake yang dipilih abang."
"Makasih ya, Ma."
"Sama-sama, sayang. Udah selesaikan? Ayo, turun!"
"Ayo, Ma!"
Ibu dan anak itu segera turun dan menuju halaman belakang rumah Ayyara. Sudah banyak teman-teman Ayyara yang datang. Semuanya menatap gadis itu dengan tatapan memuji. Ayyara benar-benar cantik.
Deon dan Gian yang sedang bergabung bersama teman-temannya ikut menatap ke arah Ayyara. Senyum tipis muncul di bibir kedua cowok itu. Ada perasaan bahagia saat gadis itu memakai apa yang mereka pilihkan.
"Cantik." Gumaman Kenzo yang berada di samping mereka berhasil mengalihkan perhatian keduanya.
"Lo bilang Ayya cantik?" Tanya Gian dengan alis yang terangkat sebelah.
"Kenapa? Salah gue bilang cantik?" Pertanyaan Kenzo mendapatkan gelengan dari Gian.
"Lo suka sama Ayya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Deon.
"Iya. Kenapa?" Kenzo menjawab dengan yakin. Ia sudah paham dengan perasaannya pada Ayyara.
"Huh, gue hanya mau kasi tau ke lo! Ayya sekarang bukan yang dulu lagi. Dia pandai membalas orang sekarang. Gue yakin, perlakuan lo masih membekas di otaknya. Jadi, jangan terlalu berharap!" Ujar Deon.
"Gue setuju apa kata Deon. Sekarang Ayya juga punya Alden. Cowok yang lebih segalanya dari lo, dari gue juga Deon. Gue yakin, Ayya ga akan mudah lepasin Alden. Begitu juga dengan Alden. Dia ga akan dengan mudah biarin Ayya sama orang lain. Jangankan buat Ayya suka sama lo. Buat lo dekat Ayya aja, kemungkinannya kecil. Jadi, jangan sampai lo terlalu berharap!"
Kenzo hanya menatap dingin kedua sahabatnya itu. Ia jadi merasa jika mereka tidak setuju jika dirinya bersama Ayyara.
"Gue kesana dulu." Ujarnya langsung pergi menjauh dari Deon dan Gian.
Ayyara tersenyum pada teman-temannya. Ia menyapa mereka dengan baik. Abima dan Mala juga sudah ada disana. Namun, masih belum lengkap. Alden belum juga tiba.
Ayyara celingak-celinguk mencari sosok Alden dalam kerumunan anak-anak SMA seusianya dan kedua abangnya. Namun dia tidak menemukannya.
"Cari siapa?" Suara dari belakangnya membuatnya menoleh. Ayyara berbalik dan langsung memeluk Alden.
"Aku pikir kamu ga akan datang karena lupa."
"Bagaimana aku bisa lupa? Ini hari spesial buat kamu. Aku tidak ingin melewatkannya."
"Makasih." Ujar Ayyara yang dibalas anggukkan Alden. Cowok itu mengusap lembut rambut Ayyara.
Teman-teman Ayyara yang hadir dan menyaksikan adegan itu hanya bisa memekik tertahan. Bukan hanya karena perlakuan Alden pada Ayyara. Tapi, juga karena wajah tampan Alden yang memikat.
"Ayya, bukannya dia wali lo pas masalah fitnah di sekolah waktu itu?" Tanya seorang cewek. Siswi mana yang tidak kenal cowok itu waktu datang ke sekolah? Walaupun tidak tahu namanya, tapi wajahnya terus membekas di otak.
"Iya, dia wali gue sekaligus pacar gue. Dia Alden, ditunjuk papa sebagai wali saat ada urusan sekolah. Dan pacar gue di waktu apapun. Jadi, kalian yang udah jatuh hati sama pacar gue, tolong! Jangan terlalu dalam. Entar sakit." Ujarnya sembari tersenyum.
Bagi sebagian siswi yang mendengarnya, akan merasa sebagai candaan. Tapi bagi Ayyara, itu adalah peringatan saat tak sengaja matanya menangkap Vanya menatap Alden dengan penuh keinginan untuk memiliki.
Vanya yang mendengarnya mendengus kesal. Sedangkan Kenzo, dia menggertakkan giginya dan mengepal kedua tangannya.
Acara ulang tahun terus berlanjut. Tiba saatnya acara tiup lilin dan potong kue. Ayyara dengan begitu tenang menutup matanya dan membuat harapan sebelum meniup lilinya. Seulas senyum kembali muncul saat semua lilin ditiup olehnya.
Ia memotong kuenya dan memberikan potongan pertama pada Mala. "Buat Mama. Ayya sayang Mama." Ujarnya menyuapi Mamanya kemudian memeluknya erat.
"Mama juga sayang Ayya."
"Ini buat Papa. Ayya juga sayang Papa." Ujaranya memeluk Papanya.
"Papa juga sayang Ayya. Sehat-sehat selalu, nak. Panjang umur dan semoga menjadi perempuan sukses."
"Amiin. Makasih, Pa."
Setelah menyuapi Papa dan Mamanya Ayyara berbalik pada Alden. Ia mengganti sendok, lalu menyuapi potongan kue ketiga pada Alden.
"Aku berdo'a di ulang tahunku yang ini, semoga kita ditakdirkan bersama hingga akhir hayat nanti." Ujar Ayyara setelah menyuapi Alden.
"Dan aku berdoa, somoga do'amu dikabulkan Tuhan." Balas Alden lalu memeluknya. Ia mengecup puncak kepala Ayya berkali-kali. Membuat yang hadir terbawa suasana dan ikut merasakannya. Tapi tidak dengan Kenzo dan Vanya. Kenzo yang kembali cemburu melihat Alden memeluk Ayyara, dan Vanya yang tidak terima melihat Ayyara bahagia.
Ayyara kembali meletakkan piring berisi kuenya dan mempersilahkan teman-tamannya menikmati pesta. Hal itu membuat wajah Deon dan Gian berubah kecewa.
Mereka berharap Ayyara akan memberikan suapan keempat dan kelima pada mereka. Tapi sayang, mereka tak mendapatkannya. Dengan Ayyara mengenakan baju yang mereka pilihkan, mereka pikir Ayyara sudah menerima dan memaafkan semua perbuatan mereka. Ternyata mereka salah. Mengenakan baju itu tidak ada hubungannya dengan kata memaafkan.
"Gue lupa. Kita baru aja ngomong sama Kenzo, agar tidak berharap lebih. Dan sekarang, kita sendiri yang melakukannya." Ujar Gian, lalu bergerak menjauh dari hadapan Ayyara dan yang lainnya. Deon yang melihatnya pun menyusul Gian.
Alden dan Ayyara duduk bersama sembari menikmati potongan kue. Tak lama, Alden bangun dan bergegas mengambil minum untuk Ayyara.
"Ayya!" Panggilan itu membuat Ayyara menoleh. Didepannya, berdiri Kenzo yang tak berkedip menatapnya.
"Ikut gue!" Kenzo langsung menarik Ayyara. Membuat kursi yang di dudukinya terjatuh ke lantai. Alden yang sedang mengambil minum langsung menoleh mendengar suara kursi terjatuh. Ia segera berlari mendekati Ayyara, mengabaikan minuman yang dipegangnya tadi.
"Lepasin!" Ujar Alden, menarik tangan Ayyara dan menepis kasar tangan Kenzo.
"Apaan lo? Gue mau ngomong sama Ayya!"
"Lo boleh ngomong! Tapi ga kayak gini caranya!"
"Bilang aja lo ga mau Ayya dekat gue kan? Lo masih jadi pacar udah sok ngatur lo!"
"Bukan sok ngatur. Tapi jagain Ayya dari cowok-cowok brengsek!"
Perkataan Alden membuat kenzo tidak bisa menahan emosinya. Ia mengepalkan tangannya dan langsung memukul wajah Alden. Namun, pukulannya meleset. Ia malah mendapatkan satu pukulan dari Alden.
Bugh...
Tubuh Alden terhuyung. Suasana menjadi kacau karena perkelahian itu. Mala dan Abima mendekat. Wanita itu segera memeluk putrinya. Deon dan Gian berlari dan berusaha memisahkan Kenzo dan Alden.
"Zo! Udah Zo!" Ujar Deon menahan tubuh Kenzo.
"Alden!" Suara Ayyara membuat cowok itu berhenti dan langsung menarik Ayyara dalam pelukannya.
"Jangan takut, aku disini." Ujarnya.
/Rose//Rose//Rose/