Saqueena Khanza Humaira, dokter obgyn berusia 27 tahun ... berparas cantik dan memiliki kepribadian unik, terpaksa menikah dengan seorang driver ojek online karena nazar atau janji yang terlanjur diucapkan oleh ayahnya.
Pernikahan tanpa didasari oleh rasa cinta, akankah memberi kebahagiaan? Ikuti kisahnya .... 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Narsis
Happy reading 😘😘😘
"Issshhh, Rangga. Modus."
"Nggak ada larangan 'kan kalau yang dimodusin itu kamu, Za? Wanita yang halal aku tanami benih."
Ucapan Rangga membuat Khanza tertunduk malu. Terbayang apa yang akan terjadi selanjutnya. Penyatuan raga bernilai ibadah ....
...
Jam di dinding sudah menunjuk pukul sembilan pagi. Itu artinya, sudah tiga jam Rangga dan Khanza memadu kasih. Tubuh keduanya bermandikan peluh. Hawa panas yang mereka rasa mengalahkan dinginnya AC di dalam kamar.
"Ngga, sudah jam 9 ... aku harus berangkat ke rumah sakit sekarang," rengek Khanza yang masih dalam dekapan Rangga.
"Nggak usah berangkat sayang! Aku ingin terus seperti ini." Bukannya melepas tubuh Khanza, Rangga malah semakin mengeratkan dekapannya dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang menjadi candu.
"Tapi Ngga, aku nggak enak sama bunda Nabila. Sudah beberapa hari ini aku nggak berangkat ke rumah sakit lho."
"Khanza sayang, bunda pasti sangat memahami kita. Bahkan, mungkin beliau malah akan memintamu untuk cuti lebih lama supaya kita bisa lebih rajin membuat adonan cucu," sahut Rangga disertai seutas senyum yang menghiasi wajah tampannya.
"Ishhh Rangga. Rajin sich rajin, tapi dijeda donk! Badanku bisa remuk kalau terus-terusan bikin adonan cucu."
"Ya 'kan memang dijeda sayang. Sehari cuma tiga kali lho," ucap Rangga dengan entengnya.
"Tiga kali kamu bilang 'cuma'? Seharusnya satu hari sekali udah cukup, Ngga --"
"Khanza sayang, tidak ada aturannya sepasang suami istri ... harus melakukan ritual penyatuan raga berapa kali. Kamu tau 'kan, anjuran makan itu tiga kali sehari? Nah, seperti itulah penyatuan raga mesti kita lakukan, minimal Tiga Kali Sehari." Rangga menekankan kata 'Tiga Kali Sehari' kemudian menjeda sejenak ucapannya.
"Jika seseorang hanya makan satu kali sehari, pasti masih laper donk, ya 'kan? Sama seperti kita, jika hanya melakukan penyatuan raga sehari satu kali, pastinya akan kurang --," imbuhnya beragument.
Khanza mencubit perut Rangga karena gemas dengan argument yang dilisankan oleh suaminya itu.
"Awwww, nggak sakit sayang," rintih Rangga sambil meringis.
"Beneran nggak sakit? Atau ... mau lagi?"
"Eitzzz, jangan donk! Sakit sich, tapi lebih sakit ketika ditolak dan diusir oleh wanita yang sangat aku cintai." Rangga melepas dekapannya lalu ia tatap manik mata Khanza dengan intens.
"Za, bagaimana jika aku saja yang mencari nafkah, supaya ikhtiyar kita untuk mempunyai dedek bayi segera memperoleh hasil?"
Khanza menghela nafas panjang kemudian menghembuskan perlahan. Ia membalas tatapan Rangga lalu menjawab tanya yang terlisan dari bibir suaminya itu.
"Rangga, ini bukan soal nafkah. Tapi tugasku sebagai seorang dokter obgyn. Aku bahkan rela nggak mendapat gaji asal bisa membantu proses persalinan dan menyelamatkan nyawa para ibu beserta bayi mereka. Jadi, please ... tolong mengerti aku!" tutur Khanza dengan sedikit meninggikan intonasi suara.
Rangga menghembus nafas kasar. Ia berusaha melawan ego sebagai seorang suami yang menginginkan istrinya selalu berada di rumah, menyambutnya ketika ia pulang bekerja. Rangga harus mampu menepis keinginannya itu, sebab ia sadar yang dinikahinya bukan seorang wanita biasa melainkan Saqueena Khanza Humaira, seorang dokter obgyn yang memiliki impian seperti sang bunda, Ayunda Kirana.
"Baiklah Za. Aku mengerti tugasmu sebagai seorang dokter obgyn. Tapi, jangan terlalu memforsir pikiran dan ragamu! Aku nggak ingin kamu sakit Za," tutur Rangga dengan melembutkan suara.
Senyum terbit membingkai wajah cantik Khanza. Ia teramat senang sebab Rangga bisa mengerti dirinya.
"Trimakasih, Ngga --" ucapnya sembari menghadiahi pipi Rangga dengan kecupan.
"Iya sayang."
Sebelum beranjak dari ranjang untuk memungut pakaian Khanza yang terserak di lantai, Rangga mencium lama punggung kekasih halalnya yang masih terbuka.
"Aku bantu mengenakannya, Za?"
"Heem, Ngga."
Dengan telaten, Rangga membantu istrinya mengenakan pakaian.
GREPP
Rangga meraih tubuh Khanza lalu menggendongnya ala bridal style.
"Eitttzzzz, mau ngapain lagi Ngga?" tanya yang terlisan disertai raut wajah penuh curiga.
"Mau mandiin kamu."
"Nggak. Aku nggak mau dimandiin. Aku bisa mandi sendiri, Rangga."
"Heemm, baiklah. Aku gendong sampai di depan pintu kamar mandi ya?"
"Ngga, turunin donk! Aku bisa jalan sendiri tau' --"
Rangga tak acuh. Ia tetap menggendong istrinya hingga di depan pintu kamar mandi.
"Silahkan mandi Nyonya Rangga! Aku racikkan wedang secang ya?" ucap Rangga setelah ia menurunkan tubuh istrinya tepat di depan pintu kamar mandi.
"Memangnya, kamu bisa meracik wedang secang, Ngga?"
"Bisa lah. 'Kan sudah belajar dari kakak ipar."
"Hebat kamu, Ngga. Suami serba bisa," puji Khanza sambil menoel hidung mancung suaminya.
"Iya donk. Makanya kamu harus pinter-pinter bersyukur punya suami handsome dan multitalent, Dokter Saqueena Khanza Humaira!" sahut Rangga berbangga diri.
Khanza memutar bola mata jenggah karena kenarsisan suami o-mesnya. Lantas ia masuk ke dalam kamar mandi dan bergumam, "hmmm, kambuh lagi 'kan narsisnya." 🙄
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like 👍
Klik ❤ untuk fav karya
Tinggalkan komentar penyemangat 😘
Berikan gift atau vote bila berkenan mendukung karya author 😉
Trimakasih dan banyak cinta ❤😘