Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu mertua lagi di apartemen
Baru saja Bianca dan Kaivan tiba di dalam apartemennya, mereka sudah dihadapkan dengan keberadaan kedua orang tua Kaivan dan Nancy di sofa ruang tengah.
Bianca mengabaikan keberadaan mereka bertiga, bukannya dia tidak sopan, hanya saja, pasti jika dirinya menyapa pun, kedua mertuanya tidak akan mengindahkan dirinya dan mungkin malah akan mendapatkan ucapan tidak mengenakan.
"Jadi begitu caramu bersikap kepada mertuamu, Bianca?"
Bianca menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Kaivan, "mama tidak perlu mengatakan diri mama sebagai mertua Bianca, jika sikap mama saja tidak mencerminkan layaknya seorang mertua," ujar Kaivan.
Rosie langsung berdiri, melangkah mendekati Kaivan dan Bianca, dengan mudahnya ia menampar pipi Bianca, membuat Kaivan mengepalkan tangannya erat.
"Apa yang kau lakukan pada putraku?" tanya Rosie menatap Bianca dengan tatapan yang sangat tajam.
Bianca mendongak, menatap mata tajam mertuanya, ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan mama mertuanya atau mungkin ia akan semakin mudah diinjak-injak, Bianca juga masih memiliki harga diri, jadi ia merasa dirinya tidak pantas diinjak-injak oleh siapapun termasuk oleh mama mertuanya.
"Kaivan sudah memilihku, jadi kalian tidak punya hak untuk mengatur-ngatur rumah tangga kami," balas Bianca semakin membuat Rosie emosi.
Bahkan Ettan dan Nancy ikut berdiri di sisi Rosie, ada tatapan tidak suka yang Ettan tunjukkan kepada Kaivan juga Bianca.
"Kau lupa ancaman papa, Kaivan?" tanya Ettan dengan suara datarnya, tidak terlihat sedikitpun Ettan yang sedang emosi, wajahnya sangat tenang tapi tatapan tajamnya sangat menusuk.
"Kaivan tidak butuh perusahaan papa, papa bisa memberikan penerus papa kepada simpanan papa mungkin," balas Kaivan berusaha untuk fokus menatap papanya, karena penglihatannya belum benar-benar pulih.
'plak'
Serentak semua orang di dalam ruangan itu menahan napas karena suara tamparan yang begitu nyaring, Bianca menoleh, betapa terkejutnya ia karena mendapati bekas tangan Ettan di pipi Kaivan, sekuat itu kah papanya menampar putranya sendiri, bahkan Bianca melihat darah dari sudut bibir Kaivan.
"Jangan kita Kaivan tidak tahu alasan kalian memaksa Kaivan untuk menikah dengan Della, jelas-jelas wanita itu yang lebih dulu meninggalkan Kaivan, tapi Kalian memaksakan kehendak agar Kaivan menikah dengan wanita itu sampai mengerahkan semua bawahan kalian untuk mencarikan kornea mata untuk Kaivan," ujar Kaivan tersenyum miring, karena mungkin ini waktu yang pas untuk membongkar kebusukan orang tuanya.
"Jaga bicaramu Kaivan, kami masih orang tua di sini," bentak Rosie, suara sedikit bergetar karena ia takut jika Kaivan memang benar-benar mengetahui alasan di balik ia kukuh agar Kaivan menikah dengan Della.
"Kalian tidak ingin saling terbuka? Kalian sapasang suami istri tapi masih sempat untuk saling menyembuhkan rahasia," kekeh Kaivan semakin membuat Rosie panas dingin di tempatnya.
"Apa maksudmu Kaivan?" tanya Rosie pura-pura tidak mengerti maksud dari ucapan putranya.
"Papa tidak peduli, besok papa akan membawa Della untuk menikah denganmu," final Ettan berbalik hendak keluar dari dalam apartemen Kaivan.
"Bagaimana papa masih bisa bertemu dengan Della, sedangkan wanita itu sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Kaivan membuat langkah Ettan terhenti.
"Apa sudah sejauh itu hubungan kalian sampai mengorbankan putranya yang tidak salah?" tanya Kaivan semakin membuat Ettan terdiam di tempatnya.
"Apa maksudmu Kaivan? Jangan berbicara sembarangan kepada papamu!" peringat Rosie mulai merasakan ada hal tidak baik yang akan ia ketahui.
"Tidak ada yang berbicara sembarangan di sini, mama bisa tanyakan langsung kepada papa, jangan bertingkah seolah kalian itu polos, karena kalian berdua sama saja,"
Setelah mengatakan itu, Kaivan langsung memberi kode kepada Bianca untuk masuk ke dalam kamar, Bianca yang paham langsung membantu Kaivan berjalan ke arah kamar mereka tanpa mengatakan apapun, biarlah Bianca tanya setelah keadaannya membaik, untuk sekarang ini, Bianca harus membawa Kaivan istirahat.
Keduanya meninggalkan ketiga orang yang sibuk memikirkan maksud dari perkataan Kaivan, Kaivan tidak akan memberitahunya langsung, biarlah mereka saling menemukan kebusukan dari pasangan mereka.
"Mau ke kamar mandi dulu?" tanya Bianca.
Kaivan menggeleng, "kita istirahat saja langsung,".
Bianca mengangguk lalu membawa Kaivan ke arah kasur, membantunya merebahkannya dan tidak lupa memberikan obat tetes mata yang diresepkan khusus untuk Kaivan pasca operasi.
"Sini, istirahat bareng aku!" Kaivan menepuk-nepuk kasur di sebelahnya yang kosong.
Bianca langsung memutari ranjang ke sisi yang kosong dan menaikinya.
"Mama sama papa kamu gak apa-apa di luar?" tanya Bianca.
"Tidak perlu memikirkan mereka, mereka sudah besar, seharusnya sudah tahu apa yang harus mereka lakukan," balas Kaivan membawa Bianca ke dalam pelukannya.
"Tapi kenapa sampai membawa Nancy?" tanya Bianca penasaran, pasalnya Bianca selalu saja menemukan Nancy dimana-dimana, apakah orang tua Kaivan sepercaya itu kepada Nancy?
"Mereka masih menginginkan Nancy yang bekerja untukku, berapa kali pun aku memecat Nancy, Nancy pasti akan tetap datang karena perintah dari mama dan papa," jawab Kaivan mulai merasakan berat di matanya.
"Aku boleh nanya serius gak?" tanya Bianca meminta izin ingin menanyakan hal yang serius atau mungkin juga sensitif secara bersamaan.
"Apa?" tanya Kaivan.
"Sebenarnya apa yang membuat mama dan papamu itu memaksamu untuk menikah dengan kak Della?"
Kaivan diam, mungkinkah ia harus menceritakannya kepada Bianca hari ini? Rasanya ia tidak akan sanggup menceritakan lukanya kembali, itu bukan kah sama saja membuka luka lama yang berusaha untuk ia tutup? Mengingat bagaimana sakitnya Kaivan waktu ia mengetahui semuanya, bahkan karena perasannya yang terlalu besar dan tulus untuk wanita itu sampai membuat Kaivan mengajaknya menikah.
"Ada apa?" tanya Bianca melihat raut wajah Kaivan yang berubah jadi sendu? Apakah ini menyangkut luka-lukanya saat bersama Della dulu? Bianca ingin tahu tapi juga tidak ingin membuat Kaivan kembali larut dengan masa lalunya, mungkin saja ia bisa tersingkirkan pelan-pelan jika Kaivan terlarut dengan masa lalunya.
"Kamu tidak perlu menjawab pertanyaanku," ucap Bianca cepat-cepat sebelum Kaivan membuka mulutnya bersiap untuk bercerita kepadanya.
"Apa yang ingin kamu dengar, aku bisa menceritakan semuanya untukmu?" tanya Kaivan, mungkin ia akan sedikit membagi dukanya kepada Bianca agar Bianca merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai.
"Aku gak mau liat kamu sedih karena teringat dengan masa lalumu," ucap Bianca memberitahukan isi hatinya.
"Tidak apa-apa, mungkin aku bisa sedikit menceritakannya kepadamu,"
Bianca diam, menimang-nimang isi pikirannya, ia tidak tega jika harus menanyakan mengapa Della sampai kabur saat hari pernikahan dengan Kaivan, tapi ia juga tidak kuat menahan rasa penasaran itu.
"Apa tidak apa-apa?" Bianca ingin memastikan jika Kaivan memang sudah siap kembali membuka lukanya.
Kaivan mengangguk,"aku tidak masalah, itu hanya mas.."
'brak'