NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Pangeran Jin

Terpaksa Menikah Pangeran Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / TKP / Mata Batin / Anak Yatim Piatu
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Anisa gadis yatim piatu bekerja sebagai pelayan. Demi keselamatan Sang Majikan dan di tengah rasa putus asa dengan hidupnya, dia terpaksa menikah dengan Pangeran Jin, yang tampan namun menyerupai monyet.

Akan tetapi siapa sangka setelah menikah dengan Pangeran Jin Monyet, dia justru bisa balas dendam pada orang orang yang telah menyengsarakan dirinya di masa lalu.

Bagaimana kisah Anisa yang menjadi istri jin dan ada misteri apa di masa lalu Anisa? Yukkk guys ikuti kisahnya...
ini lanjutan novel Digondol Jin ya guys ♥️♥️♥️♥️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 27.

Laki laki tua itu membersihkan tiga makam dengan gerakan perlahan namun penuh ketelitian. Jemari nya yang keriput menyapu dedaunan kering yang menempel di nisan, sementara suaranya terus bergetar menceritakan kisah lama. Tentang saudara Pak Bharata yang datang memperbaiki makam dan memberinya uang untuk merawat ketiganya. Dalam nada bicaranya, terselip duka yang dalam, kesedihan yang belum tuntas atas musibah yang menimpa keluarga Bharata.

Ketika Anisa kecil bersama pelayan yang dulu menyelamatkannya datang ke tempat itu, mereka tidak melihat sosok lelaki tua tersebut. Saat itu masih pagi buta, udara dingin menggigit tulang, kabut menggantung rendah di antara pohon kamboja yang kaku diam. Mungkin, lelaki tua itu masih terlelap di pos jaga kecilnya.

“Sudah bersih. Silakan berdoa,” ucapnya akhirnya, bangkit dengan gerak perlahan, lalu melangkah pergi menyisakan aroma tanah basah dan dupa yang baru padam.

“Terima kasih, Pak. Tunggu kami ya...” sahut Pak Hasto, suaranya lembut namun tergesa, sebab ia belum sempat memberi uang pada penjaga makam itu. Ia juga berniat menanyakan nomor telepon saudara Pak Bharata yang kini berada di luar negeri.

Mereka semua lalu duduk bersimpuh di depan makam, menunduk dalam doa. Angin berhembus pelan, menggerakkan ujung kerudung Anisa yang sudah basah oleh air mata. Isaknya pecah perlahan, menyayat keheningan tempat itu.

“Jangan sedih, Nis. Kami akan sering mengunjungi makam kedua orang tuamu,” ucap Bu Hasto dengan suara lembut setelah mereka selesai bersembahyang.

“Terima kasih, Bu... tapi saya ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi dulu. Seingat saya, orang tua Mas Hegar selalu minta uang pada Mama,” lirih Anisa, suaranya nyaris tenggelam di antara desir angin.

“Iya, Nis. Aku juga penasaran. Tapi kamu... kamu sudah akan dibawa ke kerajaan jin,” ucap Pak Hasto sambil mengusap wajahnya kasar, seolah ingin menghapus kebimbangan yang membebani pikirannya. Hatinya dilanda dilema besar: ia ingin membantu Anisa mengungkap misteri kematian orang tuanya dan kebakaran di rumah itu, tapi ia terikat perjanjian dengan Sang Ratu Jin.

“Iya, Pak. Saya sudah ikhlas kok... teruskan saja seperti rencana. Jangan sampai Sang Ratu marah lagi. Kasihan Mas Ndaru dan Mbak Fatima... Saya senang bisa membantu keluarga Bapak dan Ibu, juga bisa mengunjungi makam Papa dan Mama...” ucap Anisa, air mata jatuh lagi membasahi pipinya yang pucat.

“Saya dulu menunjukkan kertas rahasia itu pada Mas Han. Maksud saya, agar dia mengantar saya ke sini... tapi dia katanya masih sibuk.”

“Jadi, ini sudah takdir saya, Pak... Bu...” katanya lagi lirih, sambil mengusap air matanya dengan ujung jari.

“Ya sudah, Nis. Kalau kamu sudah selesai, sudah puas mengunjungi makam kedua orang tuamu, kita pulang ya. Aku takut kalau keluarga Waskita memasang mata-mata di daerah ini,” ucap Bu Hasto, mengelus pundak Anisa dengan lembut, seolah berusaha menenangkan badai kecil di hati gadis itu.

🏤🏤🏤🏤

Sementara itu, di kamar apartemen mewah di pusat kota, Hegar tampak murka. Suaranya meledak ledak memecah keheningan ruangan yang dipenuhi aroma parfum dan alkohol.

“Bodoh! Benar-benar bodoh! Mangsa sudah di depan mata malah dibiarkan! Pingsan katanya lihat hantu! Dasar konyol!” Hegar menghentakkan meja, matanya menyala penuh amarah. “Orang malas, tak mau kerja benar tapi minta bayaran mahal!”

Ia berjalan mondar mandir, napasnya memburu.

“Mereka ke luar kota, lewat hutan kota? Itu jalan ke makam keluarga Anisa... jadi benar, dia masih hidup,” gumamnya dengan nada campuran antara takjub, bingung, khawatir namun juga ada rasa senang, “Kenapa Papa dan Mama tidak tahu? Katanya Anisa sudah mati...”

Ia menatap jendela, menatap jauh ke bawah di mana lampu kota berkelap kelip bagai bintang jatuh.

“Oke, aku akan susul mereka. Aku akan temui Anisa dan ajak dia ke rumah Mama dan Papa. Bukankah kemarin dia berteriak memanggil namaku?” gumamnya lagi.

Tanpa pikir panjang, ia segera bersiap dan melajukan mobilnya keluar kota dengan kecepatan tinggi.

“Aku suruh saja orang-orang tadi menunggu di hutan kota. Aku ragu bisa menyusul mereka di makam, pasti mereka sudah pergi,” katanya, sambil mengetik pesan di ponselnya agar anak buahnya menunggu di perbatasan wilayah.

🌲🌲🌴🌴🌴

Sementara itu, orang-orang suruhan Hegar tampak kebingungan. Mereka kini nongkrong di warung kecil di pinggiran kota, ditemani kopi pahit dan asap rokok yang tebal.

“Sial... kita harus balik lagi ke hutan kota,” gumam pria yang tadi sempat pingsan. Wajahnya masih pucat, seolah belum sepenuhnya pulih dari ketakutan.

“Bilang saja ke Bos Hegar, kita tunggu di warung ini. Sama saja. Mobil itu juga pasti lewat jalan ini,” ucap si sopir sambil menyalakan rokok lagi.

“Memang kalau di sini susah untuk mengeksekusi, hutan kota yang sepi... ” bisiknya lagi dengan matanya melirik ke arah pepohonan gelap di kejauhan.

“Kamu aja yang ke sana! Aku masih takut lihat hantu tadi!” sahut temannya sambil mengusap tengkuk, meremang mengingat apa yang dilihat sebelumnya.

“Memang kamu lihat apa?” tanya si sopir, agak penasaran.

“Hiiii... monyet besar banget... atau jangan-jangan genderuwo? Tapi bulunya putih semua... matanya merah melotot ke arahku, mulutnya nyeringai... hiiii,” jawabnya gemetar, pundaknya naik-turun, tubuhnya menggigil ketakutan.

“Paling kamu halusinasi,” gumam si sopir sambil mematikan rokok di asbak logam. Ia berdiri, menghela napas panjang.

“Ya sudah, kamu tunggu di sini. Aku saja yang ke sana. Turuti saja perintah Bos Hegar, daripada nggak dapat bayaran,” katanya lalu keluar, menuju mobilnya di parkiran.

🌫️🌫️🌫️

Sementara itu, mobil Pak Hasto sudah meninggalkan area pemakaman. Anisa tampak lebih tenang; wajahnya lembut, namun matanya masih basah.

“Pak, cepat ya... jangan sampai terlalu gelap saat kita melewati hutan kota nanti. Takut kalau ada orang jahat,” ucap Bu Hasto dari kursi belakang, menatap sopir dengan cemas.

“Baik, Bu,” jawab sang sopir singkat, lalu menambah kecepatan. Namun jantungnya berdegup tak karuan, bayangan mobil yang sempat mengikuti mereka masih menghantui pikirannya. Suasana di dalam mobil mendadak hening; hanya suara mesin dan deru angin yang terdengar.

“Nis, kamu masih ingat saudara Papa kamu yang di luar negeri itu?” tanya Pak Hasto akhirnya, mencoba memecah kesunyian. Ia masih berusaha menghubungi nomor yang diberikan penjaga makam , katanya milik Pak Surya .. tapi sambungan telepon tak pernah tersambung.

Anisa termenung sesaat.

“Lupa lupa ingat, Pak... ingat dia pernah berkunjung ke rumah, tapi saya lupa wajahnya. Waktu itu saya masih kecil sekali, belum masuk TK, sepertinya...” jawabnya pelan, suaranya mengandung nada nostalgia samar.

Mobil terus melaju kencang, langit mulai gelap, dan pepohonan tinggi menjulang menyambut di depan sana. Hutan kota itu terlihat sunyi dan menyeramkan, seolah menelan cahaya senja yang tersisa.

Keringat dingin menetes di pelipis Pak Sopir.

“Bismillah...” gumamnya lirih, sebelum roda mobil benar-benar memasuki bayangan hitam hutan itu.

1
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Jangan mau Nis, semua lelaki sama aja. itu mah cuma modus/Chuckle/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Suamimu sangat meratukan mu Anisa, semoga saja ibu mertuamu bukan tipe ibu mertua di sinetron ikan tenggelam🤣🤣
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Nah kan, rombongan cacing di perut udah demo tuh minta di isi/Facepalm/
Ai Emy Ningrum
itu mah aryani lapar wind..lg ngidam makan nasi biryani 😙😽😋😋
neni nuraeni
aduuh psti windy comel deh,,, semoga aja ratu g mrh" lagi dan ga niat lagi buat windy jdikn abdinya
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
tp mlh ke temu sang ratub
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
beyuhhh sepiyek2 e gntek sak endok2 r /Facepalm/
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
dan wuss tiba2 sudah di kontrakna
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
meleduk bget ini si dasih
g di sana g di sini sama aja mbingumhi 🤣🤣🤣
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
gagal ora iki 🙈🙈
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
weleh guendut kyo gono sok2an deh ora ngoco nek wis kyo buntelan🤭
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ketahuan deh
tp nnti pennjelasan panheran yg masuk akal dpt meruntuhkan ego samg ibunda dan nnit mlh jd baik se lam jin jd muslim.🤣
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ini dasih dayang jin monyet klo di seah dsih gendeng sing mbingungi karep dewe gntek modyar ora iso2 🙈
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
dasar ini dayang suler kepo belum lernah kena damprat 🙈
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
dan akhirnya nnti windy lah yg oertama kali azdan di alam jin 👻👻👻
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ohh tentu tidak dong ada di selip anata bantal 🤣🤣
neni nuraeni
lnjut
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Haduuhhh cepetan kalian pulang!
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Tuan Vampir bener² bikin repot ya/Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ayo cepat.. Kalian harus segera melarikan diri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!