Evelyn, melihat kekasihnya, Jack, tengah bercumbu dengan wanita lain, saat ia ingin menunjukkan gaun pengantin yang ia pakai. Namun, Evelyn mengabaikannya, karena ia begitu mencintai kekasihnya. Tapi, bukan berarti tidak muncul keraguan di hatinya.
Sampai, hari itu tiba, saat mereka berdiri di altar pernikahan dan siap mengucapkan janji suci, tiba-tiba tempat mereka di serang oleh orang yang dulu pernah menjadi target mereka. Dia adalah Jacob.
Dia datang untuk balas dendam atas apa yang sudah Jack lakukan padanya. Namun, Jacob justru mencari sosok berinisial L.V, sosok yang sudah mengalahkan nya beberapa tahun yang lalu.
Dan, di sinilah Evelyn menyadari, jika Jack tidak pernah mencintainya dan muncul dendam di hatinya.
Bijaklah dalam berkomentar.
Happy Reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Suara tajam dari gesekan logam, memecah keheningan. Benda itu mendesis nyaring, membuat Jack membuka matanya perlahan. Ia berusaha memfokuskan pandangannya, lalu melihat Evelyn sedang mengasah belatinya dengan tenang.
"Kau sudah sadar?" Evelyn bertanya tanpa menoleh, matanya tetap tertuju pada bilah yang semakin tajam. Sesekali ia mengetes ujungnya, lalu kembali mengasahnya.
Jack menelan ludah dengan susah payah. Ia menggerakkan tubuhnya, berusaha pergi dari sana, namun, ia segera sadar jika kedua tangannya dirantai dengan posisi merentang, dan kakinya pun juga di ikat, membuat jantungnya berdebar kencang.
"S-sayang, aku mohon, lepaskan aku! Aku ... " Suaranya terputus ketika belati di tangan Evelyn melesat cepat dan menancap sempurna ke dinding di belakang kepalanya.
"Ck, meleset," gerutu Evelyn.
Jack menelan ludahnya kasar. "Aku mohon, lepaskan aku, Lyn!"
"Melepaskan mu?" Evelyn mengangkat sudut bibir, dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Mimpi." Ia mengambil bilah lain dan mulai mengasahnya lagi.
"Kau pasti tidak pernah menyangka hari ini akan tiba, bukan? Hari di mana kau mati di tangan mantan kekasihmu sendiri," ucapnya datar, lalu berdiri mendekat sambil menyentuh bilah yang mengkilap, memantulkan garis-garis tipis yang tajam
"Kau seharusnya tidak melakukan hal bodoh, Jack. Kau menipuku, kau mengkhianati ku, bahkan, mencoba membunuhku. Tapi, kebodohan terbesarmu adalah ... " Evelyn berhenti, kemudian mengeluarkan sebuah flashdisk dan memperlihatkan nya di depan wajah Jack. "Semua uangmu ada padaku."
"E-Evelyn!"Jack teriak, suaranya nyaris putus asa.
Evelyn tertawa, suara itu dingin dan berderak. "Kau benar-benar bodoh, Jack. Tapi, aku bersyukur. Meskipun, aku tidak bisa mengembalikan barang berharga mereka, aku masih bisa mengembalikan uangnya.”
"Tidak! Jangan lakukan itu! Semua usaha kita selama ini akan sia-sia!" Jack meronta, mencoba melepaskan diri dan merebut flashdisk tersebut dari tangan Evelyn. Namun, usahanya sia-sia.
"Apa kau pikir, aku peduli?" potong Evelyn cepat dengan nada suara yang penuh kebencian. "Kau bilang, mereka kaya dan tidak mempunyai hati nurani. Karena itu, aku mau membantumu mencuri barang mereka, lalu memberikan hasilnya kepada yang membutuhkan. Tetapi, setelah aku periksa ... " Ia menggenggam flashdisk itu lebih erat, dengan mata yang membara. "Semua masih utuh, tersimpan rapi."
Jack menggeram putus asa. Di dalam flashdisk itu tersimpan semua, daftar hasil penjualan benda-benda berharga yang ia rampas, sekaligus data dan kode penting dari beberapa bank yang menjadi kunci untuk menarik uang tersebut. Tanpa file-file itu, ia tidak bisa mengambil sepeser pun.
Ia menyadari betapa bodohnya ia karena telah mempercayakan segala sesuatu pada Evelyn. Andai saja ia tidak membuat semuanya rumit, andai tidak membuat perjanjian rumit dengan bank, dan menyimpan hasilnya seperti biasa, semua ini tidak akan terjadi. Namun, rasa takut selalu menghantuinya. Ia takut ada orang yang merebut uangnya. Karena itu, ia menyusun data dan kode penarikan di satu flashdisk itu, sebagai jaminan.
"Kau tenang saja. Setelah kau mati, aku akan menarik semua uangmu dan mengembalikannya pada orang-orang itu," ujar Evelyn dingin.
"T-tunggu, aku mohon jangan!" pinta Jack, suaranya terguncang.
Evelyn tersenyum miring. Dengan ujung bilah, ia menyentuh dagu Jack, memaksa wajah pria itu menengadah. "Di sini bukan tempatmu memerintah ku." Sebuah goresan pendek muncul di kulit, membuat darah menetes pelan.
"Argh!".Jack menjerit, merasa sakit yang membakar.
"Malam ini, aku akan membalas semua rasa sakit yang pernah kau beri," bisik Evelyn sebelum mengangkat belatinya tinggi dan ...
"Hah, hah, hah, Jacob terbangun, nafasnya tersengal, dan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menatap sekeliling ruangan, merasakan berat di dada, lalu menarik napas panjang.
"Ternyata semua itu hanya mimpi," gumamnya sembari menyandarkan punggung ke sofa dan menutup mata sesaat. Namun bayangan wajah Evelyn yang berlumuran darah dan tawa yang mengerikan, membuat Jacob segera membuka mata lagi.
"Kenapa Evelyn terlihat berbeda dari saat pertama aku bertemu dengannya? Sekarang dia seperti haus akan darah. Siapa dia sebenarnya?" pikirnya, gelisah.
Sekilas, ia teringat ucapan Rose. "Kau mungkin sudah mencari informasi tentang Evelyn. Tapi, aku yakin, kau tidak menemukan latar belakangnya. Siapa dia sebelum bersama Jack."
Tanpa ragu, Jacob bangkit dan menuju ruang kerjanya.
Ia duduk di kursinya dengan laptop yang ada di depannya. Lalu, ia mulai menggali, memasukkan kode-kode rahasia, menembus tembok keamanan para bawah tanah untuk mencari jejak Evelyn sebelum ia bergabung dengan Jack.
Dan, tidak lama kemudian, ia menemukan sesuatu. Ia membaca setiap baris dengan teliti, tak berkedip.
"Tidak mungkin," gumamnya tidak percaya.
...****************...
Jacob melangkah cepat di lorong rumah sakit. Ia berhenti di depan pintu ruangan, tempat Dean di. Rawat. Tanpa ragu, Jacob memutar gagang pintu dan melangkah masuk.
Dean, yang tengah duduk di ranjang dengan perban di bahunya, sontak terkejut. Ia berusaha bangkit dan memberi hormat.
"Tuan!" serunya dengan nada penuh hormat.
Jacob segera mengangkat tangan. "Sudahlah, jangan banyak bergerak. Kau masih terluka."
Dean menunduk dalam. "Maafkan saya, Tuan. Saya gagal menjalankan tugas."
"Tidak perlu meminta maaf. Bagaimanapun juga, kau bukan tandingannya." Ia meletakkan sebuah map di meja kecil di samping ranjang Dean.
"Ini." ucapnya pelan.
Dean menatapnya ragu. "Apa ini, Tuan?"
"Informasi tentang Evelyn. Aku sudah menyelidiki siapa wanita itu sebenarnya."
Dean terkejut, perlahan, ia membuka map tersebut, dimana di dalamnya terdapat beberapa lembar foto, dokumen, dan laporan rahasia dengan cap 'CONFIDENTIAL'.
"Lythra Veyne? Tidak mungkin," gumam Dean, matanya membesar tidak percaya.
"Ya, Awalnya aku juga tidak percaya. Tapi, itu fakta. Evelyn adalah mantan anggota organisasi Avernos. Mereka memberinya julukan Lythra Veyne yang artinya si Cantik Berdarah Dingin. Ia pernah mengalahkan beberapa anggota terkuat Avernos hanya untuk bisa keluar dari organisasi itu."
Dean masih terdiam. Bayangan tentang Evelyn yang begitu lembut, yang dulu tampak membutuhkan perlindungan, perlahan berganti menjadi sosok berbahaya dengan mata tajam dan tatapan dingin.
"Jika informasi ini benar, berarti data yang saya cari selama ini ... "
"Kau tidak salah, Dean," potong Jacob cepat. "Sejak awal, Evelyn memang menyembunyikan semuanya. Kita hanya fokus pada hubungannya dengan Jack, bukan pada masa lalunya."
Dean mengepalkan tangan. "Tuan, tenang saja. Saya akan mencari Nona Evelyn dan ... "
"Tidak perlu." lirih Jacob. Tatapannya menerawang, teringat kata-kata terakhir yang Evelyn ucapkan padanya. Namun, ia menggeleng cepat, menepis ingatan itu.
"Fokus pada pemulihan mu dulu," ujar Jacob datar. " "Setelah itu, aku ingin kau mencari tahu, siapa yang masuk ke rumahku dan menyamar sebagai LV," seru Jacob.
Dean menatap Jacob, lalu menunduk hormat. "Baik, Tuan."
Jacob berbalik meninggalkan ruangan. Suara langkahnya perlahan menghilang di lorong panjang, sementara Dean masih menatap map di tangannya, nama Lythra Veyne kini terasa seperti kutukan yang baru saja terbuka.
Eh kok pede ya mereka bakal anaknya kembar 😄