NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Cinta Pada Pria yang Sama

Hari-hari perkuliahan berjalan seperti biasa, namun bagi Nando, setiap langkah terasa berat.

Kepalanya sering berdenyut, terutama saat ia melewati tempat-tempat yang pernah berkaitan dengan masa lalu.

Di kelas, ia sering kehilangan fokus. Saat dosen menjelaskan materi, matanya kosong, pikirannya justru dipenuhi potongan-potongan ingatan yang muncul acak: suara tawa Aura, genggaman tangan di bangku taman SMA, bahkan tatapan mata penuh cinta yang dulu pernah ia kenal.

Suatu siang, Rafa menepuk pundaknya.

“Do, lo kenapa? Dari tadi lo diem aja. Nggak biasanya lo sepi gini.”

Nando berusaha tersenyum.

“Aku cuma kurang tidur, Raf.”

Tapi sebenarnya, semalam ia tidak tidur sama sekali. Kepalanya sakit setiap kali mencoba mengingat detail masa lalu.

Sore itu, saat keluar kelas, Nando mendadak berhenti di koridor. Tangannya refleks memegang dinding. Matanya berkunang-kunang.

“Nando!” Bella yang berjalan di belakangnya cepat-cepat menahan tubuhnya yang hampir jatuh.

Napas Nando memburu, keringat dingin membasahi pelipis.

“Kepalaku… sakit banget, Bel…”

Mahasiswa lain mulai menoleh. Bella panik, memanggil Rafa dan Ale. Bersama-sama mereka membawa Nando ke ruang UKS kampus.

Di ranjang kecil UKS, Nando terbaring lemah. Bella duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat.

“Kamu harus ke dokter. Ini udah bukan sakit kepala biasa, Do.”

Nando menutup mata, suaranya lirih.

“Aku nggak bisa, Bel… kalau aku ke dokter, mungkin aku akan bener-bener ingat segalanya… dan aku takut.”

Bella tercekat. Ia ingin bertanya lebih jauh, tapi menahan diri. Ia tahu ada sesuatu yang besar yang disembunyikan Nando, sesuatu yang pasti berkaitan dengan Aura.

Tak lama, Aura datang tergesa. Nafasnya masih tersengal karena berlari.

“Nando! Kamu kenapa?!”

Begitu melihat Aura, tubuh Nando refleks menegang. Ia berpaling, berusaha tidak menatapnya.

“Aku cuma kecapekan, Kak…”

Aura menatapnya penuh cemas, lalu melirik Bella yang masih menggenggam tangan Nando. Ada rasa sesak menyelinap di dadanya. Namun kali ini, rasa khawatir lebih besar daripada cemburu.

“Besok aku temenin ke dokter, ya? Jangan bandel.”

Nando hanya diam. Ia tak sanggup menolak, tapi juga tak berani menyetujui.

Malam itu, di kamar, Nando kembali diganggu mimpi-mimpi buruk.

Ia bermimpi melihat dirinya sendiri menatap Aura muda dengan mata penuh cinta, lalu seketika berubah menjadi dirinya sekarang, yang hanya bisa melihat dari jauh.

Begitu terbangun, tubuhnya basah oleh keringat. Ia menunduk, kedua tangannya menutupi wajah.

“Kenapa semua ini harus balik lagi? Kenapa aku nggak bisa lupain dia…”

Air mata kembali mengalir. Luka itu terus menggerogoti, dan ia tahu, suatu saat ia tidak akan bisa menyembunyikannya lagi.

Di sisi lain, Bella yang gelisah akhirnya membuat keputusan.

Kalau Nando nggak mau cerita ke Aura… maka aku yang harus jaga dia. Aku nggak bisa biarin dia hancur pelan-pelan.

Dan di saat yang sama, Aura menatap foto lama di tangannya.

Do, aku tahu kamu menderita. Aku nggak peduli kalau kamu menolak. Aku akan bikin kamu kembali padaku, apapun caranya.

---

Sejak beberapa hari terakhir, kondisi Nando makin terlihat buruk. Wajahnya pucat, lingkar hitam di bawah matanya semakin kentara. Setiap kali mencoba memaksa mengikuti kuliah, ia tampak kehilangan tenaga.

Rafa dan Ale sempat membujuknya untuk izin, tapi Nando keras kepala.

“Aku nggak bisa berhenti. Kalau aku berhenti, aku nggak akan bisa ngejar beasiswaku.”

Namun, sore itu segalanya pecah.

Di kelas metodologi riset, saat dosen baru menjelaskan materi, Nando mendadak menunduk sambil menekan pelipisnya. Tubuhnya bergoyang, lalu terjatuh menghantam meja.

“Do! Hei, Do!” teriak Kenzi yang duduk di sebelahnya.

Mahasiswa lain panik. Bella yang kebetulan ada di luar kelas langsung berlari masuk, menyingkirkan orang-orang, lalu meraih tubuh Nando yang limbung.

“Nando! Dengar aku! Kamu sadar nggak?” Suaranya gemetar, hampir menangis.

Rafa dan Egi segera membantu mengangkat Nando keluar kelas.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di ruang UKS kampus. Nando terbaring lemah, matanya setengah terbuka, bibirnya kering.

Bella duduk di sisinya, wajahnya tegang. Rafa memberi air putih, tapi Nando hanya menelan sedikit.

Tak lama, Aura datang tergesa dengan napas memburu. Begitu melihat keadaan Nando, ia menjerit lirih.

“Nando… Ya Tuhan…”

Ia langsung berlari, menggenggam tangan Nando erat-erat.

“Kenapa kamu maksa kuliah kalau sakit?! Kamu itu keras kepala banget!”

Namun Bella segera menegakkan tubuh, suaranya tajam meski berusaha menahan emosi.

“Kak, tolong jangan marahin dia sekarang. Dia butuh tenang, bukan tekanan.”

Aura menoleh, matanya berkilat.

“Aku kakak iparnya, aku punya hak khawatir sama dia.”

Bella balas menatap tak kalah sengit.

“Dan aku teman dekatnya, orang yang tiap hari lihat dia paksain diri sampai begini. Kalau Kak Aura benar-benar peduli, seharusnya Kakak nggak cuma datang setelah semua terlambat.”

Ruangan mendadak senyap. Rafa, Kenzi, dan Ale saling pandang, tak berani ikut campur. Aura terdiam, dadanya naik-turun menahan gejolak. Ia tahu kata-kata Bella menusuk, tapi tak bisa dibantah.

Aura akhirnya hanya meremas tangan Nando lebih kuat, suaranya lirih penuh perasaan.

“Aku cuma nggak mau kehilangan dia lagi…”

Bella menunduk, matanya ikut berkaca. Namun genggamannya di tangan Nando tak dilepaskan.

Untuk pertama kalinya, mereka berdua duduk di sisi yang sama, namun dipisahkan oleh dinding tak terlihat: cinta mereka pada pria yang sama.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!