NovelToon NovelToon
Perjuangan Gadis SMA

Perjuangan Gadis SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Anak Genius / Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hanafi Diningrat

Najwa, siswi baru SMA 1 Tangerang, menghadapi hari pertamanya dengan penuh tekanan. Dari masalah keluarga yang keras hingga bullying di sekolah, dia harus bertahan di tengah hinaan teman-temannya. Meski hidupnya serba kekurangan, Najwa menemukan pelarian dan rasa percaya diri lewat pelajaran favoritnya, matematika. Dengan tekad kuat untuk meraih nilai bagus demi masa depan, dia menapaki hari-hari sulit dengan semangat pantang menyerah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanafi Diningrat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tawaran yang mengerikan

Bos Heri berjalan mengelilingi kursi tempat Najwa dan Sinta duduk sambil mengisap cerutunya. Asap yang mengepul membuat atmosfer gudang semakin mencekam. Kedua gadis itu masih terdiam dengan mulut yang dilakban, mata mereka mengikuti setiap gerakan pria mengerikan itu.

"Kalian tau kenapa kalian ada di sini?" Bos Heri berhenti di depan mereka sambil menyeringai.

Najwa dan Sinta hanya bisa menatapnya dengan mata penuh ketakutan.

"Karena anak manis kita yang satu ini," Bos Heri mengelus rambut Najwa dengan kasar, "memutuskan untuk mengkhianati keluarga."

Najwa menjauhkan kepalanya dari sentuhan menjijikkan itu.

"Tapi sebelum kita lanjut obrolan kita, mungkin kalian butuh sedikit kebebasan untuk bicara." Bos Heri memberikan isyarat ke anak buahnya.

Lakban di mulut mereka berdua dilepas. Sinta langsung batuk-batuk karena mulutnya kering, sementara Najwa menggerakkan rahangnya yang kaku.

"KENAPA LU BAWA DIA?" Najwa langsung berteriak sambil menoleh ke Sinta. "GUE YANG BERMASALAH SAMA LU, BUKAN DIA!"

"Wow, langsung emosional." Bos Heri tertawa sambil duduk di kursi yang sudah disiapkan anak buahnya. "Tenang, Najwa. Kita bicara baik-baik."

"BAIK-BAIK APAAN? LU UDAH NCULIK KITA!"

"Mengundang, bukan menculik." Bos Heri mengoreksi dengan nada santai. "Kita cuma butuh tempat yang tenang buat ngobrol."

"Najwa, ini siapa?" Sinta berbisik dengan suara bergetar.

"Dia Bos Heri. Yang dulu nyoba jual gue ke Malaysia."

Mata Sinta melotot mendengar penjelasan Najwa.

"Oh, jadi ini sahabat yang sudah meracuni pikiran anak manis kita?" Bos Heri menatap Sinta dengan tatapan menilai. "Cantik juga. Pasti laku mahal di pasar internasional."

"JANGAN LU SENTUH DIA!" Najwa berteriak sambil berusaha berdiri, tapi tangannya yang terikat membuat dia kehilangan keseimbangan.

"Santai, Najwa. Aku tidak akan menyentuh sahabat cantik kamu... asalkan kamu mau dengar tawaran aku dengan baik-baik."

Najwa menatap Bos Heri dengan mata menyala. "Tawaran apa?"

"Sebelumnya, aku mau kasih tau sesuatu yang menarik." Bos Heri berdiri sambil berjalan ke arah jendela gudang yang kotor. "Kamu tau organisasi aku sebesar apa?"

"Gue gak peduli organisasi lu sebesar apa."

"Oh, kamu harus peduli." Bos Heri menoleh dengan senyum mengerikan. "Organisasi trafficking yang aku pimpin ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara."

Najwa terdiam mendengar klaim itu.

"Kita punya operasi di Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Philippines, bahkan sampai ke Jepang dan Korea." Bos Heri kembali ke kursinya sambil menghitung dengan jarinya. "Setiap bulan, ratusan 'produk' berhasil kita distribusikan ke berbagai negara."

"Produk?" Sinta bergetar mendengar kata itu.

"Iya sayang, produk. Manusia memang komoditas yang paling menguntungkan di era modern ini." Bos Heri tertawa dingin. "Dan bisnis kita berkembang sangat pesat."

"Lu menjijikkan." Najwa meludah ke arah Bos Heri.

"Menjijikkan? Ini bisnis, Najwa. Bisnis yang memberikan kehidupan mewah untuk semua anggota keluarga besar kita." Bos Heri mengusap ludah di bajunya dengan santai. "Dan kamu, dengan bakat alami yang kamu punya, bisa jadi aset yang sangat berharga."

"Bakat apa? Gue gak punya bakat apa-apa!"

"Jangan merendah. Kemampuan observasi kamu, skill mengumpulkan informasi, dan yang paling penting..." Bos Heri mendekat ke Najwa, "kemampuan kamu untuk melakukan kekerasan tanpa rasa bersalah."

"Gue gak seperti itu!"

"Benarkah? Lalu siapa yang membunuh ayahnya sendiri dengan begitu... kreatif?"

Najwa merasakan dadanya sesak mendengar masa lalunya diungkit lagi.

"Siapa yang dengan sempurna menghancurkan reputasi tiga orang temannya di sekolah? Kevin dengan narkobanya, Indah dengan sugar daddy-nya, Rizki dengan judi onlinenya."

"Itu... itu beda..."

"Beda bagaimana? Kamu sudah membuktikan bahwa kamu bisa kejam kalau diperlukan. Dan kami butuh orang-orang seperti itu."

Sinta menatap Najwa dengan mata shock. "Najwa, apa yang dia bicarakan?"

"Sin, aku bisa jelasin..."

"Tidak perlu dijelaskan sekarang." Bos Heri memotong pembicaraan mereka. "Yang penting adalah tawaran aku."

"Tawaran apa?" Najwa bertanya dengan suara serak.

"Bergabunglah kembali dengan keluarga besar kami. Jadilah bagian dari organisasi trafficking terbesar di Asia Tenggara."

"Gue udah bilang, gue mau keluar!"

"Dan aku sudah bilang, sekali masuk keluarga, tidak ada yang namanya keluar." Bos Heri berdiri sambil menunjuk ke arah Sinta. "Tapi kali ini ada yang membuat situasi menjadi lebih... kompleks."

Najwa mengikuti arah telunjuk Bos Heri dan merasakan jantungnya berhenti berdetak.

"Sahabat cantik kamu ini sekarang tahu terlalu banyak tentang operasi kami. Dan kamu tahu apa yang kami lakukan dengan orang yang tahu terlalu banyak."

"Jangan... jangan sakiti dia."

"Itu tergantung pada pilihan kamu, Najwa."

Bos Heri berjalan ke belakang kursi Sinta dan meletakkan tangannya di pundak gadis itu. Sinta langsung bergetar ketakutan.

"Pilihan pertama," Bos Heri mengangkat satu jarinya, "kamu bergabung kembali dengan kami. Bekerja sebagai recruiter dan intel gatherer. Sahabat kamu akan kami lepas dan dijamin keamanannya."

"Bohong. Lu pasti tetep nyakitin dia."

"Aku tidak pernah bohong dalam urusan bisnis. Kalau kamu bergabung, dia aman."

"Terus pilihan kedua?"

Bos Heri tersenyum mengerikan. "Pilihan kedua... well, sahabat cantik kamu akan menjadi 'produk' terbaru kami. Dan kamu akan menyaksikan prosesnya dari awal sampai dia dikirim ke pembeli tertinggi."

"LU BRENGSEK!" Najwa berteriak sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya.

"Jangan marah-marah. Ini cuma business proposal."

"Najwa, jangan dengarkan dia!" Sinta berteriak sambil air mata mengalir di pipinya. "Jangan korbanin diri kamu untuk aku!"

"Sin..."

"Aku tidak apa-apa! Yang penting kamu jangan sampai jadi seperti mereka!"

Bos Heri tertawa mendengar kata-kata Sinta. "Polos sekali gadis ini. Dia tidak tahu bahwa sahabatnya sudah separuh jalan menjadi seperti kami."

"Najwa belum seperti kalian! Dia masih bisa berubah!"

"Berubah?" Bos Heri berjongkok di depan Sinta. "Sahabat kamu sudah membunuh ayahnya sendiri. Sudah menghancurkan hidup tiga orang tanpa rasa bersalah. Dia sudah seperti kami."

"Itu karena dia terpaksa! Itu karena dia sakit hati!"

"Dan sekarang dia akan bergabung dengan kami karena dia sayang kamu. Motivasinya berbeda, tapi hasilnya sama."

Najwa menatap dua orang yang paling penting dalam hidupnya saat ini. Bos Heri yang menunggu jawaban dengan senyum mengerikan, dan Sinta yang menatapnya dengan mata penuh air mata tapi tetap penuh kepercayaan.

"Berapa lama waktu yang lu kasih buat gue mikir?"

"Seminggu. Tujuh hari penuh." Bos Heri berdiri sambil mengecek jam tangannya yang mewah. "Dan selama seminggu itu, kalian berdua akan tinggal di sini sebagai tamu istimewa kami."

"Maksud lu, lu mau kurung kami di sini seminggu?"

"Tidak dikurung. Ditemani. Kalian akan mendapat makanan yang baik, tempat tidur yang lumayan nyaman, bahkan buku-buku untuk mengisi waktu."

Bos Heri memberikan isyarat kepada anak buahnya. "Pindahkan mereka ke ruang VIP di lantai dua. Dan pastikan mereka mendapat fasilitas yang layak."

"Tapi ingat," Bos Heri mendekat ke Najwa dengan mata yang dingin, "jangan coba-coba kabur. Gedung ini dijaga ketat. Dan kalau kalian nekat kabur, konsekuensinya akan jauh lebih buruk dari pilihan kedua yang aku tawarkan tadi."

Najwa dan Sinta digiring naik ke lantai dua gudang. Ternyata di atas ada ruangan yang lebih layak dengan dua kasur, meja kecil, dan bahkan kamar mandi sederhana.

"Ini akan jadi rumah kalian untuk seminggu ke depan." Salah satu anak buah Bos Heri membuka pintu ruangan. "Makanan akan diantar tiga kali sehari. Kalau butuh apa-apa, ketuk pintu."

Setelah anak buah itu pergi dan pintu dikunci dari luar, Najwa dan Sinta akhirnya sendirian. Ikatan di tangan mereka sudah dilepas, tapi kebebasan ini terasa hampa.

"Sin, maafin aku." Najwa langsung memeluk Sinta sambil menangis. "Ini semua salah aku."

"Tidak apa-apa. Kita hadapi bersama-sama."

"Kamu seharusnya nggak terlibat dalam masalah aku. Seharusnya kamu aman di panti."

"Najwa, dengarin aku." Sinta memegang wajah sahabatnya. "Apapun yang terjadi, jangan pernah bergabung sama mereka. Aku lebih baik mati daripada kamu jadi monster."

"Tapi kalau aku nggak bergabung, mereka akan..."

"Akan apa? Membunuh aku? Menjual aku?" Sinta tersenyum meski air mata mengalir. "Setidaknya aku mati dengan hati nurani yang bersih. Kalau kamu bergabung sama mereka, kamu akan hidup dengan penyesalan selamanya."

Najwa memeluk Sinta lebih erat. "Aku nggak mau kehilangan kamu."

"Dan aku nggak mau kehilangan sahabat baik aku. Sahabat yang baik hati, bukan sahabat yang jadi penjahat."

Mereka berpelukan sambil menangis di ruangan yang menjadi penjara mereka untuk seminggu ke depan. Di luar jendela, matahari mulai tenggelam, menandai dimulainya tujuh hari yang akan menentukan masa depan mereka berdua.

"Seminggu," Najwa bergumam sambil menatap langit yang mulai gelap. "Seminggu untuk memutuskan apakah aku akan menyelamatkan sahabat terbaik aku, atau menyelamatkan jiwa aku sendiri."

Sinta memegang tangan Najwa dengan erat. "Apapun yang kamu putuskan, aku akan selalu sayang sama kamu. Tapi ingat, keputusan yang benar bukan selalu keputusan yang mudah."

Malam pertama di gudang itu terasa sangat panjang. Najwa terbaring di kasur sambil menatap langit-langit, memikirkan tawaran mengerikan yang harus dia jawab dalam enam hari lagi.

1
kalea rizuky
Sinta ne sok tau
kalea rizuky
Sinta ne g tau ya di posisi nazwa
kalea rizuky
nah gt donk bales pake otak jangan teriak teriak
kalea rizuky
pantes like dikit MC terlalu goblok. Thor lain kali. bkin cerita yg valid donk
kalea rizuky
tolol mending gk usah sekolah
kalea rizuky
bisanya nangis mending g usa sekolah pergi dr situ jual rmh trs krja
kalea rizuky
ne cwek oon mending penjarain bapak lu yg durhala
kalea rizuky
bodoh mending pergi lahh atau racun aja bapak loe biar mampus
parti camb
saran aja kata gue diganti dgn kata "saya/aku
😘Rahma_wjy😉 IG @rwati964021
saran aja nih untuk author, harus nya klo sma polisi, atau sma orng lain yg gk d knal or orng yg lbih tua bilang nya saya, jngn gue. klo gue itu untuk k sesama teman... ttp smangat ya💪💪
Rarara: iya kak,lupa ganti itu
total 1 replies
😘Rahma_wjy😉 IG @rwati964021
devinisi bpk nyusahin anak... bkn nya anak d nafkahin mlh ank d sruh krja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!