Anastasya yang sering di sapa Ana selalu mendapatkan siksaan dari ibu kandungnya akibat kecemburuan saudara tirinya. Elen selalu merasa tersaingi dengan kecerdasan dan kecantikan Ana hingga di sekolah laki-laki yang Elen sukai ternyata menyukai Ana.
Hingga suatu hari Ana di paksa menikah dengan laki-laki yang Ana tidak kenal yang tak lain adalah kekasih Elen, Elen sengaja menyuruh kekasihnya menikahi adik tirinya untuk memajukan perusahaan sang kekasih karena dengan kecerdasan Ana perusahaan kekasih Elen akan maju dan melambung tinggi.
Namun penderitaan Ana bermula saat dirinya menikah dengan Kevin kekasih Elen, selama menikah Kevin selalu bersikap dingin ke Ana dan Kevin tidak segan untuk menunjukkan keromantisan nya terhadap Elen bahkan Kevin sampai berhubungan badan di depan Ana.
Ana yang sakit hati dan tidak terima dia langsung menampar Elen dan itu membuat Kevin murka dan dari situlah Ana di sekap hingga akhirnya meninggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xaviera Valcon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Pada malam harinya Ana keluar dari kontrakannya dan hanya membawa tas selempang yang biasa dia bawa. Ana tidak membawa baju dia hanya membawa beberapa alat penyadap, cctv dan GPS hanya itu barang yang dia bawa.
Di ujung jalan anak buah Revan sudah menunggunya dan sebagian ada di sekitar anak buah Kevin. Kemudian Ana masuk ke dalam mobil anak buah Revan dan menuju ke sekitar rumah yang tak jauh dari rumah Hutama.
Ana sengaja memilih tempat itu karena di tempat itu anak buah Kevin dan Hendra sering berkeliaran mencari keberadaan Ana.
"Apa semuanya sudah siap?" Tanya Ana.
"Sudah Nona dan Dokter yang di sewa Tuan Revan juga sudah stand by di rumah sakit." Jawab Anak buah Revan.
"Bagus! Aku mau terlihat natural, jadi kalian harus pintar membuat luka yang bagus." Ucap Ana.
"Baik Nona! Saya dan Tim sudah menyiapkan alat dan satu kantong darah untuk di lumuri ke wajah dan tangan dan juga kaki Nona." Jawab anak buah Revan.
"Good! Sekarang kita ke gudang kosong yang ada di sekitar sana dan pastikan anak buah Kevin yang terlebih dulu menemukanku. Pastikan mereka juga yang membawaku ke rumah sakit yang sudah Revan tentukan." Jelas Ana.
"Baik Nona!" Jawab Anak buah Revan.
Setelah itu tidak ada obrolan dan anak buah Revan fokus menyetir mobil. Tak lama mereka sampai di gudang kosong terbengkalai, Ana turun dari mobil dan sudah di sambut oleh anak buah Revan.
Anak buah Revan langsung membuat luka di wajah, tangan dan juga kaki Ana. Mereka membuat luka seperti luka yang sesungguhnya, anak buah Revan sangat hati-hati dan teliti. Ana tak lupa merobek sebagian baju dan juga celananya, Setelah selesai membuat luka Ana segera berjalan ke arah yang sudah di arahkan anak buah Revan.
Sebagian anak buah Revan menyamar menjadi preman yang sedang mengejar Ana. Sedangkan anak buah Kevin yang sedang berada di sekitar memperhatikan setiap arah. Ana terus berteriak meminta tolong dan berlari ke arah anak buah Kevin.
Sesampainya Ana pura-pura pingsan dan anak buah Kevin menghajar preman gadungan itu. Salah satu dari mereka memeriksa keadaan Ana yang sudah tergelak lemah.
"Astaga! Cepat telpon ambil mobil." Teriak anak buah Kevin.
"Ada apa?" Tanya rekannya.
"Ini Nona Ana yang di cari sama Tuan Kevin. Cepat ambil mobil dan bawa ke rumah sakit terdekat." Jawab rekannya.
"Kamu jangan lupa telpon Tuan Kevin kalau Nona Ana sudah di temukan." Ucap Rekannya.
Kemudian mereka membawa Ana ke rumah sakit terdekat di mana anak buah Revan yang berjaga dan juga dokter yang di sewa Revan. Ana di bawa ke ruang perawatan di mana Revan juga sudah ada di dalam sana sedang menunggu kedatangan Ana.
"Bagaimana? Apa mereka sudah pergi?" Tanya Ana saat berada dalam ruang perawatan.
"Belum! Mereka masih di depan." Jawab sang Dokter.
"Apa mereka tidak memeriksa luka buatanmu?" Lanjut sang Dokter.
"Tidak dia hanya memeriksa keadaanku saja." Jawab Ana santai.
"Sudahi akting mu Nona!" Ucap Revan mengagetkan Ana.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya Ana heran.
"Aku sedang memastikan keadaanmu saja! Dan apa yang kamu bawa itu, bukannya aku sudah melarang mu membawa barang." Jawab Revan.
"Ini hanya alat penyadap dan cctv saja." Ucap Ana.
"Cepat berikan padaku." Pinta Revan.
"Tidak! Biar aku bawa sendiri saja." Tolak Ana.
"Ckckck! Kalau kamu yang bawa mereka akan curiga bodoh! Cepat berikan padaku biar anak buahku yang urus." Paksa Revan.
"Ckckck! Tidak bisa kah kau sabar sebentar? Apa kau tidak lihat Dokter sedang membersihkan noda darah di wajahku." Ketus Ana.
"Baiklah! kali ini kamu menang." Jawab Revan.
Kemudian keduanya terdiam, sedangkan Dokter yang membersihkan wajah Ana sudah selesai dan segera memasangkan perban untuk menyempurnakan akting Ana.
"Sudah selesai Nona dan maaf saya harus memakaikan arm sling untuk tangan Anda." Ucap sang Dokter.
"Terserah kau saja yang jelas mereka harus yakin kalau aku terluka parah." Jawab Ana.
"Karena kau sudah selesai cepat berikan barang-barang mu biar anak buahku yang urus. Dan satu lagi orangku sudah ada di rumah Kevin mereka menyamar menjadi pembantu dan juga tukang kebun. Kamu harus ingat nama mereka yang wanita namanya Ririn sedangkan yang laki-laki namanya ujang, mereka menggunakan nama samaran." Jelas Revan.
"Baiklah! Hati-hati jangan sampai barang-barang ku rusak oleh mu. Pastikan dia menyimpannya di tempat yang aman, aku akan mengambilnya setelah masuk ke dalam rumah itu." Jawab Ana.
Tak lama ponsel Revan berdering, Revan hanya melihat siapa yang menelpon dan setelah itu mengangkat nya.
"Ada apa?" Tanya Revan.
"Tuan Kevin dan orang tuanya sudah sampai di parkiran, Tuan." Jawan anak buah Revan.
"Baiklah aku akan segera keluar dan siapkan mobil." Ucap Revan.
Sambungan telpon terputus dan Revan segera pamit kepada Ana untuk pulang karena Kevin dan orang tuanya sudah sampai.
"Aku pulang dulu! Pecundang itu sudah datang bersama keluarganya." Ucap Revan.
"Sebaiknya kau pura-pura pingsan dulu sebelum mereka mendekat ke sini." Lanjut Revan.
Ana kembali merebahkan dirinya di tempat tidur dan tidak terasa Ana malah terlelap. Sang Dokter pun keluar dari ruang perawatan di mana Kevin dan orang tuanya sudah menunggu.
"Bagaimana keadaan tunangan saya Dokter?" Tanya Kevin.
"Pasien baik-baik saja hanya ada beberapa luka di wajah dan kakinya. Sedangkan tangannya patah tulang, pasien masih belum sadar dari pingsannya." Jelas Dokter.
"Syukurlah! Apa boleh kami menjenguknya Dokter?" Tanya Airin.
"Boleh tapi jangan lama-lama." Jawab sang Dokter.
Kemudian Dokter pergi dari ruangan Ana dan kembali ke ruangannya. Sedangkan Kevin dan keluarganya masuk dan melihat keadaan Ana.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ana bisa luka-luka seperti ini." Tanya Bayu heran.
"Entahlah Pa! Tadi orangku bilang kalau dia sedang di kejar-kejar oleh preman." Jawab Kevin.
"Sudahlah Pa! Yang penting sekarang Ana sudah di temukan. Cepat kalian kasih kabar ke Hendra atau Lastri kalau anaknya sudah di temukan." Ucap Airin.
"Kamu benar sayang! Cepat Vin kabarin ibu Ana." Titah Bayu.
Kevin langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Elen untuk memberitahu kalau Ana sudah di temukan.
Sedangkan di rumah Hutama terjadi kehebohan karena Elen memberi tahu kalau Ana sudah di temukan oleh anak buah Kevin dan sekarang Ana sedang ada di rumah sakit.
"Pa, Ma Ana sudah di temukan." Teriak Elen.
"APA?" Teriak Hendra dan Lastri barengan.
"Ia Pa, sekarang kita ke rumah sakit karena Ana sedang di rawat." Ucap Elen.
Hendra dan Lastri pergi ke kamarnya mengambil tas dan kunci mobil. Mereka semua pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Ana.
crazy uup dong thoor 😢