Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 34
Selepas bicara dengan Hendrik, Aiden semakin bertekad untuk pergi menyusul Grays ke Indonesia. Dan itu membuatnya semakin gila lagi dalam bekerja. Lagi-lagi dia tidak tidur, malahan dia menyuruh mahasiswa nya datang saat hari minggu sore.
"Prof, yang benar saja. Kenapa harus hari minggu sih. Besok kan kita juga bertemu."
"Terserah, bagi yang ingin ikut materiku silakan datang dan bagi yang tidak mau, ya tidak perlu datang. Itu malah memudahkan aku untuk memberi nilai pada kalian."
Tentu saja tidak ada yang tidak datang sore itu. Walau kesa, mereka mau tidak mau harus datang.
Wajah para mahasiswa itu tampak buruk tidak ada yang senang barang seorang pun. Bagaimana tidak, ini hari dimana mereka bisa beristirahat setelah satu minggu berkutat dengan kegiatan kampus. Tapi sekarang mereka harus datang kembali ke kampus untuk belajar bersama profesor gila.
"Terimakasih kalian sudah datang. Hari ini kita tidak akan menghabiskan waktu di kelas. Setelah seminggu full dengan materi, maka mulai hari ini hingga seminggu kedepan kita akan melakukan praktikum secara penuh."
Tidak ada yang berani menjawab apa yang diutarakan oleh Aiden. Tepatnya mereka sudah lelah sehingga enggan. Materi yang sebegitu banyaknya mereka selesaikan dalam waktu satu minggu saja, apakah ini tidak gila namanya.
Akan tetapi setelah mulai melakukan praktik, mereka ternyata larut dalam keseriusan. Bahkan tidak ada yang sadar bahwa jam bergulir dengan cepat, dari sore menjadi malam.
Plok!
Aiden menangkupkan kedua tangannya dengan sedikit lebih keras. Karena di ruangan itu begitu sunyi, suara tangkupan dua tangan Aiden itu cukup menggema sehingga membuat para mahasiswa terkejut.
"Sampai di sini saja. Sekarang simpan apa yang sudah kalian buat. Kalian boleh pulang."
"Yah Prof, nanggung sekali ini. Sebentar lagi."
"Tidak, ini sudah pukul 22.00 malam. Kalian harus kembali ke rumah karena besok kalian juga harus masuk di mata kuliah lain. Dan lagi pula besok pagi adalah jatah kelas lain. Kita akan bertemu di jam siang dilanjut dengan sore dan malam."
Mereka pun menurut dengan apa yang dikatakan Aiden. Ini agak memalukan memang. Awalnya mereka bersungut-sungut karena kesal tapi pada akhirnya mereka juga yang enggan pulang.
Selama satu minggu itu, pembelajaran praktik yang dilakukan oleh Aiden akhirnya selesai juga. Tak ada yang mengeluh lagi terkait jam tambahan dan mereka sangat bangga dengan diri mereka masing-masing yang bisa menyelesaikan ketertinggalan.
"Mulai besok, kalian tidak akan bertemu denganku. Soal ujian sudah selesai dibuat dan kalian akan bertemu dengan soal ku di ujian semester nanti. Selama jam mata kuliahku, lakukan pengulangan materi saja. Selamat malam."
"Selamat malam Profesor. Terimakasih banyak untuk kerja keras Anda."
Jika biasanya Aiden yang tertinggal paling belakang di kelas, kini ia jadi yang paling pertama meninggalkan kelasnya. Pria itu bahkan terlihat sangat terburu-buru sekali. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani bertanya tentang apa yang akan dilakukan oleh orang tersebut.
"Apa dia memiliki masalah?"
"Entahlah, itu tidak ada hubungannya dengan kita. Yang pasti kita sudah menyelesaikan ketertinggalan kita."
Bagi mereka itu lah yang utama. Meskipun pada prosesnya mereka sedikit kuwalahan mengikuti kinerja Aiden yang sangat gila.
Di sisi lain, Aiden sangat lega. Dia sudah menyelesaikan tanggungjawab pekerjaannya, kini dirinya sudah bisa mulai untuk melakukan tanggungjawab terhadap anak dan wanita yang telah melahirkan anaknya.
"Setelah ketemu dengan Gryas, aku akan memintanya menikah. Ya, itu adalah tujuan akhirnya tapi sekarang yang perlu kulakukan adalah meminta maaf dulu pastinya. Jadi mari kita istirahat agar besok bisa berangkat sesuai dengan jamnya. Ah tidak, aku tidak bisa. Lebih baik aku berangkat ke bandara malam ini juga agar tidak terlambat."
Aiden yang sudah menyiapkan tas ranselnya jauh-jauh hari itu langsung menyandang tasnya dan segera pergi dari rumah menuju ke bandara.
Dengan tekad yang sepenuh hati, Aiden tidak lagi ragu untuk menemui Gryas dan Arlo. Ia sungguh-sungguh ingin meminta maaf dengan tulus kepada mereka berdua.
"Semoga aku tidak terlambat, semoga kamu masih memberiku kesempatan. Aku mohon Gryas, maafkan aku. Aku sungguh minta maaf."
Sesampainya di bandara, Aiden mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk sekedar beristirahat. Dia memutuskan untuk tidak tidur, mungkin nanti saja jika sudah berada di pesawat.
Sepanjang menunggu jam keberangkatan, Aiden terus memikirkan Arlo dan juga Gryas. Dia bahkan membuka ponselnya dan memandangi foto Arlo yang waktu itu Hendrik kirimkan.
"Maafkan Ayah, Nak. Maafkan ayahmu ini yang begitu tega tidak mengakui dan bahkan tidak ingin menolong mu. Kamu pasti sangat ketakutan dan kesakitan. Aku, aku sungguh minta maaf, Nak. Entah kamu mau memaafkan aku atau tidak. Tapi, aku sungguh ingin meminta maaf padamu. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan mu."
Aiden mengusap lembut foto Arlo. Dia bahkan mencium ponselnya tersebut. Kini dia merasakan bahwa dirinya yang dahulu itu sangat buruk.
Bagaimana bisa dia menolak membantu Gryas untuk menjadi donor bagi Arlo. seandainya pun Arlo bukan anaknya, seharusnya dia bisa berpikir lebih bijak lagi.
Dia pernah menjadi relawan. Jiwa kemanusiaannya seharusnya lebih tinggi ketimbang orang awam pada umumnya.
"Maafkan Ayah ya, Nak. Terserah kamu mau menghukum Ayah seperti apa. Tapi Ayah harap kamu memaafkan Ayahmu ini."
TBC
knp suda tamat aja si..
😭😭😭
keturunan india belom ada nongol lagi nih kak, boleh lah di ceritain.