NovelToon NovelToon
Anak Kembar Sang Penguasa

Anak Kembar Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Anak Genius
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Amanda Daniella, gadis manis berusia 23 tahun, karena pengaruh obat yang dimasukkan ke dalam gelas minumnya, dia salah masuk kamar. Dia masuk ke dalam kamar yang diisi seorang pemuda berusia 28 tahun, yang merupakan CEO dari perusahaan besar dan sangat berpengaruh. Karena sudah tidak bisa menahan kabut gairah yang sudah menguasainya, akhirnya malam itu dia menyerahkan pada pemuda yang tidak dia kenal sama sekali itu.

Akibat dari kejadian itu, Amanda akhirnya hamil anak kembar. Tapi, dia tidak tahu pada siapa dia mau menuntut tanggung jawab, karena dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, bahkan wajahnya saja dia tidak ingat sama sekali.

Bagaimana nasib Amanda setelah itu? apakah dia akan bertemu dengan laki-laki ayah dari anak-anaknya yang kebetulan terlahir genius itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah kamu menyukai Amanda?

Amanda kini sudah berada di ruang PICU lengkap menggunakan pakaian protektif berwarna hijau yang sudah dijamin 'sterilisasinya'.

Manik mata Amanda kembali berembun, dan tanpa terasa cairan bening kembali menetes di pipinya, melihat Anin yang tertidur lelap, dengan Selang-selang yang tertancap di tubuh kecil itu.

"Mama," suara Anin terdengar lirih, dan Amanda buru-buru menyeka air matanya karena dia tidak ingin Anin melihat kalau dirinya menangis.

"Iya, Sayang. Kamu kenapa bangun? ayo tidur lagi, biar Anin cepat sembuh." Amanda membenarkan selimut yang menutup tubuh kecil Anin.

"Apa, Mama menangis?" tanya Anin, melihat mata Amanda yang masih meninggalkan bekas air mata.

"Tidak ... siapa bilang mama menangis?" sangkal Amanda dengan menerbitkan seulas senyuman di bibirnya.

"Tapi, mata mama bengkak, dan merah. Bukannya itu menandakan kalau mama habis menangis?" Anin masih belum melepaskan tatapannya dari Amanda.

Amanda kembali berusaha untuk tersenyum di depan Anin. "Mama tidak habis menangis Sayang. Mata mata tadi kelilipin makanya merah dan keluar air mata."

"Oh, begitu! Mama jangan menangis ya. Mama harus tetap tersenyum. Aku gak mau melihat mama menangis. Mama tenang aja, Anin kuat kok. Dan mama harus yakin, kalau semua penyakit itu pasti ada obatnya." ucap Anin dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Anin, senang lihat mama tersenyum?" Anin menganggukkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu, mama akan tersenyum terus, biar Anin senang. Lihat, sekarang mama tersenyum kan?" Amanda kembali, mengembangkan senyumannya berusaha menahan rasa 'getir' yang dia rasa.

"Mama cantik kalau tersenyum. Jadi tersenyum lah selalu ya, Ma!" Anin mengangkat tangannya menyentuh wajah Amanda."

"Mmm" Amanda menganggukkan kepalanya.

" Mama akan selalu tersenyum biar anak mama yang cantik ini senang dan mama juga selalu terlihat cantik."

"Ma, apa papa Ardan sudah datang lagi? papa Ardan janji akan bawa buku gambar dan biola buat Anin, biar Anin nanti ada temannya di sini."

"Kenapa Anin selalu memanggil Om Ardan, Papa? Apa Omnya nggak keberatan?"

Anin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak! kata papa Ardan, dia sangat senang, kalau Anin panggil dia papa." sahut Anin dengan wajah yang polos.

Amanda menghela napasnya dengan cukup panjang. Ingin dia melarang Anin, memanggil Ardan papa,karena takut kalau panggilan itu, memberatkan Ardan.Akan tetapi, melihat senyum di wajah Anin, Amanda tidak tega untuk melarangnya.

"Sekarang Anin tidur lagi ya, Sayang! biar Anin cepat sembuh!" Ucap Amanda, dengan senyuman yang tidak pernah tanggal dari bibirnya.

Anin menganggukkan kepalanya. "Ma, ingat pesan Anin, mama harus selalu tersenyum." Anin mulai kembali memejamkan matanya dan Amanda beranjak keluar setelah Anin benar-benar sudah terlelap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ardan bangkit berdiri ketika melihat Amanda yang baru saja keluar dari ruangan Anin.

"Apa Anin sedang tidur?" tanya Ardan dan Amanda hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Amanda mengayunkan langkah menuju kursi besi lalu mendaratkan tubuhnya duduk di atas kursi itu. Kemudian Ardan pun menyusulnya.

"Kamu pulanglah dulu, biar aku yang memantau kondisi Anin di sini." Ardan yang biasanya bersikap dingin, kali ini menampakkan sisi hangatnya.

"Tidak usah,Pak! Pak Ardan yang seharusnya pulang, karena bapak mungkin sangat lelah. Maaf, kalau kehadiran kami bertiga sudah merepotkan keluarga Pak Ardan." lirih Amanda dengan mata sendu.

"Tidak ada yang merasa disusahkan di sini." sahut Ardan tegas. Keheningan terjeda untuk sepersekian detik di antara mereka berdua, sibuk dengan pikiran masing-masing. Detik berikutnya terdengar hembusan napas dari Ardan. Kemudian dia mengalihkan tatapan ke arah Amanda, yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Baiklah, kalau kamu tidak mau pulang, kamu bisa menginap di rumah sakit ini. Aku akan mengurus seseorang untuk menyiapkan satu ruangan khusus untukmu. Mengenai keperluanku, aku akan suruh bibi mengantarnya ke sini." ucap Ardan memecah kesunyian yang tercipta di antara mereka.

"Terima kasih ,Pak Ardan!" diam kembali.

"Pak, atas nama Anin, aku minta maaf, karena dia selalu memanggil kamu 'papa'. Aku tahu itu pasti sangat mengganggu, dan ___"

"Aku tidak keberatan dan sama sekali tidak merasa terganggu. Jadi kamu tidak usah memikirkan hal itu. Sekarang yang perlu kamu fokuskan itu, bagaimana mempercepat kesembuhan Anin.Dan itu kuncinya semuanya ada padamu. Kamu secepatnya kasih tahu, siapa papa mereka, biar aku dan Rio mencarinya." suara Ardan, terdengar lembut, tapi terselip ketegasan dan nada menuntut di dalam ucapannya.

"Hmm, a-aku tidak tahu dimana keberadaannya, karena sudah sangat lama." sahut Amanda dengan gugup.

"Kamu tinggal kasih tahu saja siapa namanya, biar aku dan Rio ___"

"Pak, bisakah, bapak kasih aku cuti untuk seminggu ini? aku ingin menemani Anin selama seminggu ini."

"Kenapa harus seminggu? selama Anin belum sembuh, aku juga tidak mengizinkan kamu untuk masuk kerja!"

Amanda terkesiap kaget dengan wajah yang panik. "Apa, Ardan memecatku? please, Pak, jangan pecat aku! kalau aku dipecat, aku tidak bisa membiayai pengobatan Anin." mohon Amanda dengan wajah yang memelas.

"Astaga!" Tanpa sadar Ardan menyentil kening Amanda, karena menganggap ucapan Amanda tidak masuk akal. "Ternyata selama ini, kamu masih menganggap keluargaku seperti orang asing, setelah semua perhatian yang diberikan oleh papa dan mama. Apa kamu lupa, kalau rumah sakit ini milik keluarga kami? jadi semua pengobatan Anin sampai sembuh, biar kami sendiri yang menanggungnya. Jadi kamu jangan terlalu jauh berpikir, kamu paham!"

"Tapi, Pak, aku___"

"Tidak ada tapi-tapi.Yang jelas sekarang kamu cukup fokus saja buat kesembuhan Anin. __ Mm, dan satu lagi, berhenti memanggilku, Pak! Apalagi, kalau diluar pekerjaan.Kamu tahu gak, aku jengah, bila kamu terus-terusan memanggilku Pak." tegas Ardan dengan sorot mata yang kembali tajam.

"Jadi aku harus panggil, Apa?" Amanda menautkan kedua alisnya.

"Terserah! yang penting jangan Pak, Setan atau Om.

"Kalau Tuan Ardan bagaimana?" usul Amanda

"Itu juga tidak boleh!"

Amanda terdiam, dengan kening yang terangkat ke atas, dan mata yang menerawang, memikirkan panggilan apa yang sekiranya cocok.

"Kamu panggil aku, Mas Ardan!" celetuk Ardan, karena tidak sabar melihat Amanda yang terlalu lama berpikir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Waktu berlalu begitu cepat , tidak terasa, Anin sudah hampir sebulan berada di rumah sakit. Jasmine sudah berkali-kali datang ke hotel untuk mencari tahu siapa laki-laki yang menjadi ayah biologis dari Aby dan Anin. Akan tetapi, para resepsionis itu tidak ada yang mau memberikan informasi. Di samping karena tidak kenal dengan Jasmine, data yang diminta oleh Jasmine pun sudah sangat lama.

Di sebuah ruangan kantor di hotel itu, tampak Ardan dan Rio sedang duduk dan sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang serius.

"Dan, ulang tahunmu tinggal seminggu lagi, tapi yang kita cari belum ketemu juga. Bagaimana itu?" tanya Rio dengan raut wajah yang sangat serius.

Terdengar helaan napas yang cukup panjang dari Ardan. Raut wajahnya juga terlihat sangat kusut ketika mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Rio.

" Aku sudah pasrah, Yo. Sepertinya aku memang harus menuruti kemauan orangtuaku. Bagaimanapun aku sudah berjanji, jadi aku harus menepatinya.

"Lagian, belakangan ini, kamu pun sepertinya sudah melupakan pencarianmu. Kamu sudah jarang menanyakanku bagaimana perkembangan dari pencarianku. Aku kira ada sesuatu yang sudah membuatmu lupa." Rio menatap Ardan dengan tatapan menyelidik, seraya tersenyum samar, hingga hampir tidak terlihat.

"Maksudmu?" ekor mata Ardan tertarik ke atas, merasa ucapan Rio, ambigu.

"Apa kamu menyukai Amanda?"

Tbc

Mohon untuk tetap meninggalkan jejak ya gais. Please Like, vote dan komen.🙏

Baiklah, aku akan menjawab, beberapa komentar di sini.

Ada yang komen, bagus ceritanya, tapi kenpa hanya up satu dalam sehari?

" Maaf ya kaka2. aku juga mempunyai tanggung jawab,di kehidupan nyata. Aku seorang ibu rumah tangga, yang mempunyai, dua orang anak, yang masih butuh perhatian. Satu usia 7 tahun, yang sedang sekolah dari rumah. Tahu sendiri, bagaimana ribetnya. Anak yang kedua, masih berusia 3 tahun, yang sedang aktif-aktifnya, belum lagi, aku harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak tahu kapan selesainya.Aku bisa konsentrasi dalam menulis, ketika anak tidur siang, dan malam ketika anak sudah tidur juga. Terima kasih kalau mau mengerti.

Ada juga yang komen. "Thor,jangan bertele-tele dong. Masa sudah serumah, bisa tidak tahu, padahal mirip?"

Ok, aku mau menjawab yang ini. Cerita ini, masuk kategori anak Genius, dan sedang diperlombakan. Cerita ini aku sudah susun alurnya dengan baik, dan sudah diserahkan ke pihak editor Noveltoon/ Mangatoon. Nanti Ardan akan tahu juga, tapi dengan cara yang tidak terduga.Kalau masalah kemiripan tidak menjadi suatu jaminan kalau sesorang itu, mempunyai hubungan darah dengan kita. Seandainya, aku buat cepat-cepat terbongkar, ceritanya akan tidak menimbulkan 'gregetnya sendiri bukan? dan ujung-ujungnya pasti akan membosankan. Hanya jalanan yang datar yang terasa enak untuk dilalui, kalau kehidupan yang datar-datar saja, pasti akan terasa sangat membosankan.Demikian juga dengan sebuah cerita. Jadi, sabar ya, readersku tercinta. Sebentar lagi juga Ardan akan tahu. Jadi stay tuned.Terima kasih! love you all.😁😍🤗

Oh ya, jangan lupa doanya, biar Anak kembar sang penguasa ini bisa menang.🙏😍

1
Mazree Gati
masa bocah di suruh nungguin orang sakit biasanya jengguk aja ga boleh,,,pingin ngakak takut keselek
Anonymous
ok
Ahsin
suka iri kebahagian orang dasar ulat bulu
Ahsin
dasar 😅😅😅🤣
IndraAsya
👣👣👣
Ahsin
🤣🤣🤣🤣
Ahsin
🤣🤣🤣
Ahsin
mampus sahabat bangke... Krn sft irimu yg akan menjatuhknmu
Indah Setyorini
Luar biasa
nnk pw
pernah kyk cantika. bangun2 langsung mukul 🤣
Jasmine Dwielfiza
asem lagi makan smbil baca ini biat ngakak smpe keselel tulang ceker ayam 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭
Kecombrang
🤦‍♂️😂
Jasmine Dwielfiza
aku jg suka pusing Thor .anakku klo liat fto mama nya nikah ,bilang kenapa aku gak ada di fto kenapa aku gak diajak nikahan mama ,
dan satu lagi dia suka bilang kok mama selalu pergi sama aa aku nya mana gak diajak ,aku jawab aja Msih di perut,🤣🤣kan ikut jg..pusing makin panjang klo gak di jawab makin pusing
Mia Amilia
seru dech lanjut Thor /Shhh/
Kecombrang
😱
Khoerun Nisa
lagian kmn aja situ yg tau duluan tp ngasih kbr nya belakangan hah syg bgt kmu tor pake visual Rio dgn idola ku GK cocok bgt oon
Khoerun Nisa
kurang greget cara menyampaikan nya JD kedengaran nya biasa aja GK deg degan klu mereka ayah anak
Khoerun Nisa
novel nya trlalu santai..trbukti udh tau kbnrannya bknnya lngsung kasih tau eh malah leha2 GK tau klu nyawa anak itu kritis itulah aku kurang suka novel mu intinya kurang tegas dlm setiap masalah JD kesan nya TDK serius
Agustin Br
Kecewa
Agustin Br
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!