Novel keenam❤️
Tanpa kabar dan berpamitan, Lyra, tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tua angkatnya yang membuatnya tak memiliki tempat tinggal dan sepeserpun uang untuk melanjutkan hidupnya di kota besar. Akibatnya ia juga terancam tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Saat pikirannya buntu tak tahu harus bagaimana, sebuah solusi datang kepadanya. Karena tak punya pilihan lain, Lyra terpaksa mengambil jalan pintas itu. Jalan pintas yang mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya bernama Zach.
Setelah menghabiskan satu malam yang panas bersama Lyra, Zach seakan tak bisa lepas dari pesona seorang Lyra. Sang konglomerat yang masih memiliki istri dan juga seorang anak perempuan itu pun menjadikan Lyra sebagai wanita rahasianya.
Bagaimana kisahnya? Apakah Zach hanya menjadikan Lyra gadis pemuas untuknya, ataukah pada akhirnya Lyra akan menjadi istri sah dari Zachery Khaled Ivander?
Unofficial Sound Track: Usher-Daddy's Home
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Pria yang Pantang Menyerah
Dengan wajah terkejut Lyra berkata. "Ibu ini ada-ada aja."
Aneh. Melihat nama Dino dan Mia tertera pada surat undangan itu, tak membuat Lyra merasakan sesuatu. Bukankah seharusnya ia merasakan perasaan seperti cemburu, sakit hati, atau semacamnya? Bagaimana pun pria itu pernah Lyra cintai sepenuh hatinya bahkan Lyra pernah berangan-angan duduk di pelaminan bersama dengan Dino. Tapi kini Lyra malah merasa biasa saja. Sepertinya Lyra memang sudah melupakan mantan kekasihnya itu.
Kemudian Lyra pamit pada Dewi dan membawa dokumen yang sudah ia print ke ruangan rapat. Setelah itu Lyra kembali ke mejanya dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang memang harus ia selesaikan hari itu. Tiba-tiba pesan muncul dari resepsionis yang mengatakan seseorang menunggu Lyra di lobi.
Lyra bertanya-tanya, seseorang? Siapa?
Lalu resepsionis mengirim pesan lagi bahwa seseorang yang sedang menunggunya ini sangat penting dan Lyra diminta untuk segera datang ke lobi. Mendengar itu Lyra pun meninggalkan mejanya dan segera berjalan menuju lift.
Sambil menunggu lift membawanya ke lantai paling bawah, Lyra kembali bertanya-tanya. Siapa orang penting yang sedang menunggunya?
Lift pun tiba di lobi, lalu Lyra berjalan menuju resepsionis dan ia tidak melihat seseorang yang penting baginya. Ia mengira mungkin sekretaris dari para direktur ataupun sekretaris dari kolega Zachery yang harus ia temui. Namun ia tak melihat siapa pun. Yang berada di sana justru... Jason.
"Anda masih berada di sini, Pak?" sapa Lyra pada pria yang mudah sekali tersenyum itu.
Ia mengangguk. "Setidaknya saya harus berpamitan padamu."
Lyra hanya bisa kembali tersenyum canggung. Laki-laki ini sungguh tak memiliki sesuatu untuk dikerjakan kah? Mengapa ia begitu senggang?
"Sebentar ya, Pak." Lyra mohon izin. Lalu ia berbicara pada resepsionis. "Mana orang yang mencari saya?"
"Ini orang yang menunggu anda, Mbak Lyra," sahut resepsionis itu seraya menatap ke arah Jason. Lyra pun mengikuti tatapan resepsionis itu, Jason pun melambaikan tangannya dan kembali menampilkan senyum cerianya.
"Orang penting yang mencari saya itu... anda?" tanya Lyra tak yakin.
"Iya. Saya cucu Emran Hartono, jadi bisa dikatakan kalau saya adalah orang penting," terang Jason sedikit menyombongkan diri.
Lyra tak tahu harus mengatakan apa. Yang dikatakan Jason memang betul, cucu seorang Emran Hartono bisa dikatakan orang penting, tapi apa yang dilakukannya ini benar-benar bisa membuat Lyra dalam masalah jika Zachery sampai tahu.
"Maafkan saya, Pak. Tapi saya sedang bekerja, saya..."
"Iya, saya tahu. Makanya saya tak akan menahan kamu lama-lama." Jason merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya, lalu menyodorkannya pada Lyra. "Saya minta nomor kamu, boleh?"
"Tapi, Pak..."
"Kamu bilang gosip itu tidak benar, 'kan?" desak Jason. "Jadi tak apa-apa 'kan aku meminta nomormu."
Lyra sangat bingung. Apa yang harus dilakukannya kini? Zachery tak akan menyukai tindakannya ini, tapi di sisi lain ia juga tak bisa menolak permintaan Jason. Namun kemudian Lyra berpikir, bertukar nomor ponsel bukanlah hal yang besar. Siapa tahu ia membutuhkan nomor Jason untuk sesuatu yang berhubungan dengan Vander Group, meskipun nomor Jason pasti ada di data nomor penting yang ada di database perusahaan.
Akhirnya Lyra memberikan nomornya pada Jason dengan pembenaran tersebut. Diserahkan kembali ponsel itu pada Jason, dan seketika Jason tersenyum senang. "Terima kasih ya." Ia pun mengotak-atik ponselnya sebelum ia menatap kembali pada Lyra. "Kamu pulang jam berapa? Nanti boleh tidak saya jemput kamu?"
Pria ini benar-benar pantang menyerah. Mendapatkan nomor Lyra membuatnya menjadi semakin berani.
"Saya tidak bisa memberitahukannya, Pak," tolak Lyra. Tidak mungkin ia akan mendapatkan izin dari Zachery untuk menemui Jason, yang ada pria itu akan sangat murka.
"Kenapa?" tanya Jason tak berniat untuk mundur meskipun Zachery sudah memperingatkannya.
"Saya..." Tiba-tiba ponselnya bergetar, dari Zachery. Lyra pun segera pamit. "Maaf, Pak. Saya harus kembali bekerja. Permisi." Tanpa menunggu jawaban dari Jason, Lyra pun berjalan menuju lift dan kembali ke lantai paling atas.
Saat pintu lift terbuka, Lyra segera berjalan cepat menuju mejanya. Dilihatnya Zachery sedang berada di depan mejanya dan memegang kartu undangan pernikahan Dino.
"Pak, maafkan saya pergi tanpa izin." Nafas Lyra agak tersengal.
"Dari mana kamu? Kenapa meninggalkan meja saat bertugas?" tanya Zachery dingin. "Lalu apa ini?"
"Saya dari lobi, ada seseorang yang harus saya temui," terang Lyra. "Lalu kartu itu saya dapatkan dari Bu Dewi, Pak."
Zachery menyimpan kartu itu kembali ke meja Lyra. "Kalau begitu kamu harus hadir, berikan selamat kepada mantan kekasihmu itu. Selamat atas pernikahannya, dan selamat karena ia akan segera menjadi ayah."
Sontak Lyra terkejut bukan main. "Apa?!"
Zachery tersenyum puas melihat reaksi Lyra yang membulatkan matanya saking syoknya. "Kembalilah bekerja," titahnya, lalu masuk kembali ke ruangannya.
Lyra masih berdiri mematung. Ia masih berusaha mencerna kata-kata Zachery. Apa maksudnya? Apakah Mia sedang mengandung sekarang?
"Darimana saja kamu?" Tiba-tiba Felix sudah berada di sana.
Lyra pun kembali ke tempat duduknya. "Saya dari..."
"Beri kabar jika kamu pergi ke mana pun. Jangan meninggalkan tugas seenaknya," tegur Felix.
"Baik, Pak. Saya mohon maaf," ujar Lyra penuh sesal. Kemudian ia bertanya pada Felix saking penasarannya. "Pak, apa anda tahu mengenai kabar pernikahan Dino? Mantan pacar saya?"
"Iya," sahut Felix singkat, kedua matanya sibuk menatap layar komputer, dan tangannya sibuk menari di atas keyboard.
"Apa calon istri Dino sedang mengandung, Pak?" tanya Lyra.
"Iya. Kamu tidak tahu soal itu?" Felix menoleh pada Lyra, ia menelisik wajah Lyra yang begitu syok.
Lyra menggeleng pelan.
"Baguslah, berarti kamu memang tidak pernah berhubungan dengan pria itu lagi." Felix melihat Lyra tidak berbohong, wajah Lyra sangat menggambarkan betapa terkejutnya ia dengan kabar pernikahan itu, terlebih kabar bahwa calon istri mantan kekasihnya itu tengah mengandung.
"Kamu menemui Pak Jason barusan?" tanya Felix tiba-tiba.
Felix pasti mengakses CCTV di lobi melalui komputernya, pikir Lyra. Pasti Zachery yang meminta Felix mencari tahu siapa orang yang Lyra temui barusan. "Iya, Pak. Beliau meminta saya menemuinya."
Felix menatap dingin kepada Lyra. "Jangan dekat-dekat dengannya. Pak Zach tak akan menyukainya."
"Sebenarnya ada apa antara Pak Zach dan Pak Jason? Kenapa mereka tidak bersahabat lagi seperti dulu, Pak?" tanya Lyra penasaran.
"Kamu tidak perlu tahu," ujarnya singkat, membuat wajah Lyra cemberut karena tak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. "Daripada menanyakan itu, kamu sebaiknya atur jadwal Pak Zach untuk minggu depan. Aku akan cuti selama seminggu untuk menemui istriku. Jadi kamu yang akan mendampingi beliau, termasuk dinas beliau ke Eropa."
"Minggu depan anda akan ke Singapura, Pak?" Lyra mengetahui Felix memang menjalin hubungan jarak jauh dengan sang istri.
"Saya mengajukan cuti ini sejak tahun lalu, tapi Pak Zach baru mengabulkannya sekarang. Jadi aku tidak mungkin melewatkannya."
"Tapi kontrak saya selesai besok lusa," cicit Lyra. "Bukankah saya akan diberhentikan sebagai sekretaris beliau setelah kontraknya berakhir?"
Lyra merasa lega dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Lega karena akhirnya ia bisa mendapatkan kebebasannya lagi. Sebenarnya Lyra bukan tipe orang yang suka dikekang. Maka tiga bulan berada di bawah kendali Zachery sangat membuatnya sesak.
Namun ia juga sedih karena sedikitnya Lyra sudah merasa sangat terbiasa dengan kehadiran Zachery dalam hidupnya, sekalipun hubungan mereka hanyalah hubungan timbal balik.
"Tenang saja, kamu tak akan berhenti. Pak Zach tidak akan memecatmu. Beliau ingin kamu tetap menjadi sekretarisnya."
Benarkah? Tapi kenapa? Bukankah ia tak pernah mau mantan wanita penghiburnya bekerja di perusahaannya?
"Tunggu apa lagi? Kerjakan pekerjaanmu," tegur Felix saat Lyra malah melamun.
"Baik, Pak." Segera Lyra mengerjakan apa yang Felix perintahkan padanya. Ia mengecek draft kegiatan yang akan Zachery lakukan di minggu depan. Tiba-tiba Lyra bertanya lagi pada Felix. "Pak, benarkah Pak Zach akan melakukan konferensi pers? Beliau akhirnya akan mengklarifikasi semua gosip itu? Pak Zach sendiri yang akan tampil di depan media?"
"Iya," jawab Felix singkat.
Seketika Lyra berdebar. Apa yang akan Zachery katakan pada awak media nanti?
Sore pun menjelang, Lyra pun selesai tepat waktu dan membereskan mejanya dan bersiap untuk pulang. Kemudian terdengar bunyi bising dari atap gedung. Zachery keluar dari ruangannya. "Ayo kita pulang," ajak Zachery pada Lyra.
Lyra pun mengekor Zachery dan memasuki lift. Zachery pun menekan tombol atas.
"Pak, tumben sekali anda menggunakan helikopter untuk pulang," ucap Lyra.
Zachery meraih tangan Lyra dan menggenggamnya. "Aku sedang ingin segera sampai di rumah."
...----------------...
Visual Jason Hartono
terima kasih thor..