PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Sudah lebih dari 8 tahun Alika menunggu kesempatan untuk membalas kematian kedua orangtuanya yang dibunuh secara keji oleh Klan mafia Camorra dari Sisilia. Saat itu Alika masih berusia 12 tahun dan baru saja beberapa jam sebelumnya ia berulang tahun dan membuka hadiah dari kedua orangtuanya. Tiba-tiba rumah yang mereka tempati didatangi tamu yang tak diundang. Ayahnya ditembak di tempat dan ibunya pun tak luput dari tembakan. Sedangkan Alika saat itu pingsan setelah tertembak dibagian perut. Untung ia bisa diselamatkan oleh tetangganya seorang mantan agent CIA yaitu Mr. Hamilton yang tanpa sengaja melihat gerombolan Camorra mendatangi rumahnya. Dan Mr. Hamilton pun mengadopsi Alika karena ia dan istrinya tidak memiliki anak.
Sungguh tragis ... diusianya yang masih muda Alika harus menjadi yatim piatu. Dan ia sendiri hampir meregang nyawa. Sejak saat itu Alika dilatih oleh ayah angkatnya men
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERLAWANAN
Mereka juga meningkatkan sistem keamanan mereka dan memasang jebakan untuk mengantisipasi serangan Zero.
Suatu malam, Jodie sedang bekerja di komputernya di sebuah apartemen terpencil di pegunungan Alpen. Ia sedang mencoba untuk melacak keberadaan Zero dan mencari tahu apa rencananya.
Tiba-tiba, ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Lampu-lampu berkedip-kedip dan mati. Komputernya mati. Ia mendengar suara langkah kaki di luar pintu. Jodie tahu bahwa Zero telah menemukannya. Ia segera mematikan semua perangkat elektronik dan bersembunyi di balik lemari. Pintu apartemen didobrak dengan keras. Zero masuk ke dalam, memegang pistol dengan peredam suara. Ia menyisir ruangan dengan hati-hati, mencari Jodie.
Jodie menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Ketika Zero melewati lemari tempat ia bersembunyi, Jodie melompat keluar dan menendang Zero hingga terjatuh. Zero terkejut dan kehilangan pistolnya. Jodie meraih pistol itu dan mengarahkannya ke kepala Zero. "Jangan bergerak !" perintah Jodie dengan suara tegas.
Zero mengangkat tangannya. "Kau tidak akan menembak ku" katanya dengan nada tenang. "Kau bukan pembunuh". "Kau salah" jawab Jodie. "Aku akan melakukan apa pun untuk melindungi Alika dan menghancurkan Camorra". "Camorra tidak akan pernah bisa dihancurkan" kata Zero. "Mereka terlalu kuat. Kau hanya akan membuang-buang waktu". "Aku tidak peduli" kata Jodie. "Aku akan terus berjuang sampai Camorra hancur". Jodie menarik pelatuk pistol. Namun, sebelum ia bisa menembak, Zero bergerak cepat dan menendang pistol itu dari tangannya. Pistol itu terlempar ke lantai. Zero melompat dan meraih Jodie. Mereka bergulat di lantai. Jodie, meskipun lebih muda dan lebih kecil dari Zero, adalah seorang petarung yang tangguh. Ia menggunakan semua kemampuan bela diri yang ia pelajari selama di CIA untuk melawan Zero.
Mereka saling pukul, menendang, dan bergulat. Jodie berhasil menghindari serangan Zero dan melancarkan serangan balik yang efektif. Ia memukul wajah Zero dengan keras, membuatnya terhuyung mundur. Zero mencoba untuk membalas, tetapi Jodie lebih cepat. Ia menendang perut Zero, membuatnya jatuh ke lantai. Jodie melompat ke atas Zero dan mencekiknya dengan kedua tangannya. Zero meronta-ronta dan mencoba melepaskan diri, tetapi Jodie terlalu kuat. Setelah beberapa saat, Zero berhenti bergerak. Jodie melepaskan cekikannya dan berdiri. Ia melihat Zero tergeletak di lantai, tidak bernyawa.
Jodie merasa lega dan sedih pada saat yang sama. Ia telah membunuh seseorang, tetapi ia tahu bahwa ia telah melakukan apa yang harus ia lakukan untuk melindungi Alika dan menghancurkan Camorra. Jodie memeriksa tubuh Zero dan menemukan sebuah ponsel. Ia membuka ponsel itu dan melihat pesan yang baru saja diterima. Pesan itu berisi informasi tentang lokasi Alika dan Ethan. Pesan itu juga mengatakan bahwa ada sekelompok pembunuh bayaran yang sedang menuju ke sana untuk membunuh mereka.
Jodie terkejut dan khawatir. Ia segera menghubungi Alika dan Ethan untuk memperingatkan mereka. "Alika, Ethan, kalian dalam bahaya !" kata Jodie dengan suara panik. "Zero baru saja mengirim sekelompok pembunuh bayaran untuk membunuh kalian. Kalian harus segera pergi dari sana !". Alika dan Ethan terkejut mendengar berita itu. Mereka sedang berada di sebuah vila terpencil di tepi danau Zurich, merencanakan serangan berikutnya terhadap Camorra. "Di mana para pembunuh bayaran itu sekarang ?" tanya Ethan dengan nada serius. "Mereka sedang dalam perjalanan ke sana" jawab Jodie. "Mereka akan tiba dalam beberapa jam". "Baiklah" kata Ethan. "Kami akan bersiap-siap. Terima kasih, Jodie. Kau telah menyelamatkan hidup kami".
Ethan dan Alika segera mengemasi barang-barang mereka dan mempersiapkan senjata mereka. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi pertempuran yang sulit. Mereka harus bertahan sampai Jodie tiba untuk membantu mereka. Ethan menghubungi timnya dan memerintahkan mereka untuk datang ke vila secepat mungkin. Ia juga memerintahkan mereka untuk membawa semua senjata dan peralatan yang mereka miliki. Setelah beberapa jam, tim Ethan tiba di vila. Mereka segera memasang barikade dan menyiapkan pertahanan. Mereka tahu bahwa para pembunuh bayaran akan segera datang.
Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara mobil mendekat. Para pembunuh bayaran tiba di vila. Mereka keluar dari mobil dan mulai menembaki vila. Ethan, Alika, dan timnya membalas tembakan. Terjadi baku tembak yang sengit. Para pembunuh bayaran menyerbu vila dengan brutal, tetapi Ethan, Alika, dan timnya berhasil menahan mereka. Sementara itu, Jodie sedang dalam perjalanan menuju vila. Ia menggunakan helikopter berusaha untuk sampai ke sana secepat mungkin. Di tengah perjalanan, Jodie menerima telepon dari Ethan. "Jodie, kami membutuhkan bantuanmu !" kata Ethan dengan suara terengah-engah. "Para pembunuh bayaran sangat banyak dan kuat. Kami tidak tahu berapa lama kami bisa bertahan". "Aku akan menembak mereka dari udara tunggu aku segera datang" jawab Jodie. "Aku akan segera sampai di sana. Bertahanlah !".
Jodie memacu helikopternya lebih cepat lagi. Ia tahu bahwa nyawa Alika dan Ethan ada di tangannya. Akhirnya, Jodie tiba di vila. Ia menembaki para pembunuh bayaran dari atas. Dengan senjata otomatis dan roket, ia membombardir seluruh kendaraan tentara bayaran tersebut. Helikopter nya ditembaki oleh tentara bayaran tersebut, tapi karena helikopter nya anti peluru maka ia membalas menembaki satu persatu musuhnya. Ia juga melihat Ethan, Alika, dan timnya sedang bertempur dengan gagah berani. Tembakan Jodie sangat akurat, dan mampu membunuh separuh dari jumlah pembunuh bayaran yang datang.
Para pembunuh bayaran terkejut dengan kedatangan Jodie. Mereka mengalihkan perhatian mereka ke Jodie. Ethan, Alika, dan timnya memanfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan serangan balik. Mereka berhasil mengalahkan para pembunuh bayaran dan mereka pastikan tidak ada satupun yang selamat.
Mereka berhasil mengalahkan para pembunuh bayaran dan menyelamatkan diri. Namun, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal lebih lama lagi di vila. Don Alessandro akan terus mengirim orang untuk membunuh mereka. "Kita harus pergi dari sini" kata Ethan dengan nada serius. "Kita tidak aman di sini". "Ke mana kita akan pergi ?" tanya Alika. "Kita akan pergi ke tempat yang aman" jawab Ethan. "Kita akan pergi ke landasan pacu pesawat jet milikku".
Ethan, Alika, Jodie, dan timnya segera menuju ke landasan pacu pesawat jet milik Ethan. Sedangkan helikopter Jodie sudah diterbangkan oleh tim Ethan. Mereka mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, berusaha untuk menghindari kejaran para pembunuh bayaran. Setelah 1 jam, mereka tiba di landasan pacu. Mereka melihat pesawat jet Ethan sudah siap untuk lepas landas. Ethan memerintahkan timnya untuk menaiki pesawat jet. Ia, Alika, dan Jodie tetap di luar untuk memastikan bahwa tidak ada pembunuh bayaran yang mengikuti mereka.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara tembakan. Para pembunuh bayaran tiba di landasan pacu. Mereka mulai menembaki pesawat jet. Ethan, Alika, dan Jodie membalas tembakan. Terjadi baku tembak yang sengit. Mereka bertempur dengan gagah berani, melindungi pesawat jet dan tim mereka. Di tengah baku tembak, Ethan melihat seorang pembunuh bayaran mengarahkan senapan ke arah Alika. Ethan dengan cepat mendorong Alika ke samping dan melindungi tubuhnya dengan tubuhnya sendiri.
***