NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

Seorang penjaga lain yang bertugas ketika Jeane dan Antonio tiba kembali di rumah gubuk itu. Bukan Jerome. Ada perubahan. Pria berwajah lebar itu menganggukkan kepala dengan hormat ketika Jeane lewat di depannya. Itu adalah tanda kesopanan pertama yang diterima Jeane sejak ia tiba di tempat persembunyian ini.

    Keheranan yang tampak di wajah Jeane ketika ia masuk ke dalam rumah itu meyebabkan suatu komentar dari Baltasar. Merasa tersinggung, Jeane berpaling kepada Antonio.

    "Apa katanya tentang aku?" tanya Jeane.

    "Ia cuma bilang bahwa kau kelihatan lebih segar setelah jalan jalan," jawab Antonio.

    "Katakanlah kepadanya, bahwa semua orang tahanan juga memerlukan gerak badan," kata Jeane dengan ketus. "Katakanlah juga kepadanya bahwa aku ingin mandi sore ini selagi matahari masih tinggi hingga air di kolam itu tidak terlalu dingin. Sebentar, aku akan mengambil sabun dan handuk dan kau akan mengantarku ke sana. Aku yakin boss mu itu tidak akan membiarkan, tidak akan percaya kalau aku pergi sendiri."

    Jeane melangkah ke arah kamarnya. Ketenangannya lenyap seketika ia berada di suatu tempat dengan Baltasar. Ketika Jeane menutup lacinya kembali, ia mendengar suara ke dua pria itu di kamar sebelah. Dan suara suara itu berhenti seketika ia kembali ke ruangan tempat ke dua pria itu.

    "Aku sudah siap," Jeane berkata

    "Aku masih ada pekerjaan yang harus kubereskan," Antonio mengenakan topinya. "Baltasar akan menemanimu."

    Kemarahan Jeane langsung menyala. "Siapakah yang tidak dipercayainya? Aku atau kau?"

    "Barangkali kita berdua," Antonio menjawab sambil tersenyum menyeringai. "Ia tahu betul bahwa sudah sangat lama aku tidak bersama dengan seorang wanita berambut pirang."

    "Belum cukupkah dia menghinaku dengan tidak bisa mandi tanpa diawasi orang? Tidak bolehkah aku memilih siapa yang harus mengawasiku?"

    Antonio melempar pandang sekilas pada Baltasar, kemudian mengangkat bahu. "Itu perintah," katanya, seakan dengan kalimat itu sudah selesailah semuanya.

    Antonio mengangguk, berpamitan dan meninggalkan ke dua orang itu dalam gubuk. Jeane memandang dengan mata melotot kepada Baltasar yang air mukanya tidak berubah sama sekali. "Nah, tukang intip, apakah kau sudah siap?" tantang Jeane dengan penuh cemooh. Dengan bibir terkatup rapat, ia keluar lewat pintu gubuk yang dibiarkan terbuka oleh Antonio. Baltasar mengikutinya tiga empat langkah di belakangnya.

    Ketika mereka tiba di kolam sumber air itu, pria itu kembali ke pohon yang sama dan bersandar di situ. Napas Jeane memburu, dengan susah payah ditahan tahannya kemarahannya. Jeane tidak berniat mengenakan pakaian basah lagi kalau ia sudah selesai mandi. Karena itu, dengan berputar membelakangi pria itu, Jeane mulai membuka simpul di bagian depan blusnya.

    "Apakah kau memang mempunyai jenis libido yang muncul kalau melihat seorang perempuan melepaskan pakaian dan mandi?" Jeane menggugat dengan suara serak karena frustrasi. "Atau kau cuma senang menghina dan mempermalukan aku?"

    Jeane telah melepaskan blus nya. Ia melemparkan blus itu ke atas tanah. Tulang tulang selangkanya merasakan pandangan mata pria itu, ketika pandangan pria itu merambati punggung Jeane yang telanjang hingga ke pinggangnya yang ramping. Jari jari tangan Jeane gemetar pada kunci ritsleting celananya.

    "Bajingan! Kau memang bajingan keparat yang suka menyiksa orang," suara Jeane menjadi bergetar karena kemarahannya. "Mestinya kau dicincang dan tubuhmu dilempar kepada binatang binatang buas. Ah, mengapa kau tidak mengerti semua yang kukatakan ini, supaya kau bisa mengerti bagaimana anggapanku tentang dirimu..... orang biadab tidak berperi kemanusiaan.... mesum, menjijikkan dan.... dan...." Jeane kehabisan kata kata untuk melanjutkan ungkapan kebenciannya.

    Ritsleting celananya sudah terlepas dan celana panjang itu pun jatuh ke tanah. Pipi Jeane tampak merah membara karena ketelanjangannya. Dua detik kemudian, ia terjun dan berendam dalam air kolam itu. Setelah merasa aman di dalam air, Jeane melempar pandang sekilas ke arah pohon, tempat Baltasar bersandar tadi. Kini pria itu duduk di kaki pohon, Jeane dapat merasakan bahwa mata pria itu mengikuti gerak dirinya ke tepian untuk mengambil sabun di atas rumput itu.

    Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Jeane dengan tabah keluar dari air itu, tanpa berusaha menutupi tubuh dengan ke dua tangannya. Setelah memungut handuknya, Jeane mengeringkan dirinya dengan cepat, merasa dirinya hangat karena darah yang mengalir lebih cepat, tetapi ia tidak mau menyerah.

    "Kau lihatlah sepuas puasnya," katanya. Betapa ingin ia melemparkan handuk itu ke wajah pria itu. "Mungkin itu akan membantu merangsang dirimu bagi kunjungan Estela di malam hari."

    Mendengar nama wanita kekasihnya itu disebut sebut, Baltasar bangkit berdiri, rasa geli tampak di matanya, tetapi lelaki itu tidak mendekati Jeane. Mendadak suatu serangan kegelisahan menerpa Jeane, cepat cepat dipakainya celana panjangnya dengan setengah membelakangi pria itu.

    Ketika hendak memakai kembali blus nya, bahan yang selembut sutera itu melekat pada kulitnya yang lembab. Jeane makin tergoncang ketika pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Jari jari tangannya mulai berkelahi merapatkan kain blus itu, membuat simpul pada ujung ujungnya.

    Sebelum ia berhasil mengikat sayap sayap blus itu, tangan Baltasar dengan seenaknya menepikan tangan Jeane dan dengan tangannya sendiri pria itu merapatkan ujung ujung blus itu. Ketika mengikatkan ujung ujung blus itu menjadi satu, tangan pria itu menyentuh lengkungan bulat buah dada Jeane. Darah Jeane berdesir pada sentuhan itu. Dan tampaklah garis garis olok olok pada ke dua sisi mulut pria itu.

    "Apakah salahku," Jeane berkata perlahan, keberaniannya buyar karena dekatnya pria itu, ".........kalau tanganmu itu membuatku seperti ingin mencuci badanku lagi?"

    Jeane merasa  dagingnya menggerinyang karena sentuhan sentuhan pria itu. Tapi tanpa menghiraukan nada dingin dalam suara Jeane, Baltasar memandang ke dalam lidah lidah api yang membara di mata Jeane.

    Demikianlah mereka berdiri, berhadap hadapan, tanpa bergerak. Udara yang ada di antara mereka seakan akan gemeratak karena ketegangan. Sikap Jeane seolah olah menantang pria itu untuk menyentuhnya lagi.

    Jeane ingin sekali mendorong pria itu dan menceburkannya ke dalam kolam air dingin itu. Tetapi pria itu seakan dapat membaca pikiran Jeane, karena saat itu juga ia melempar sekilas pandang pada permukaan air itu lalu kembali memandang Jeane. Dan rasa geli kembali berkilat kilat dalam sepasang matanya yang hitam kelam itu.

    Kejengkelan naik dalam dada Jeane ketika mereka mulai berjalan kembali ke arah rumah gubuk yang terletak agak terpisah dari gubuk gubuk lainnya. Jeane berjalan di depan, dan menyadari bahwa Baltasar berada tidak jauh di belakangnya. Ia berusaha menindas kemarahannya. Jeane menyadari benar betapa berbahayanya lelaki pemimpin para bandit itu.......

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!