Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Bersama
Di dalam mobil sangat hening sekarang, tidak ada yang mulai pembicaraan baik itu Reyhan maupun Catherine.
"Kak Reyhan kok cuma diem."
"Dia gak nanya alamat rumah? Masa aku harus ngomong sih."
"Duh kok gak enak gini."
Reyhan sadar sedari tadi ditatap Catherine, entah apa yang ada dipikiran gadis itu.
Catherine memang diam, tapi raut wajahnya sangat ketara jika dia gelisah. Reyhan menghela nafasnya.
"Ada yang mau Lo omongin?" Tanya Reyhan.
Catherine gelapan, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sepertinya dia ketahuan telah memperhatikan Reyhan sejak tadi.
Catherine berdehem, ia menoleh pada Reyhan. "Kak Reyhan gak tanya alamat rumahku?" Ucapnya pelan. Setelah mengatakan itu, ia mengalihkan tatapannya ke depan.
Reyhan mengangguk paham, jadi sejak tadi Catherine gelisah karena dia kira ia tidak tau alamat rumahnya. "Gue tahu." Jawabnya.
"Hah?"
Reyhan menatap Catherine yang kebingungan. "Gue tahu rumah Lo."
Catherine mengernyitkan dahinya. "Kok bisa tahu?" Gumamnya pelan tapi masih terdengar ditelinga Reyhan.
"Lo The Wilson's kalo Lo lupa." Ucapnya.
"Ah benar." Sadar Catherine.
Bagaimana bisa Catherine melupakan hal ini, siapapun pasti tahu alamat rumahnya. Ia bergidik ngeri, kenapa jadi menyeramkan gini ketika semua orang tau alamat rumahnya. Ia jadi merasa tidak aman. Pantas saja rumahnya dikelilingi banyak penjaga, cctv bertebaran dimana-mana.
Reyhan menaikkan sebelah alisnya saat mendengar jawaban Catherine. Apa dia benar-benar lupa dengan status keluarganya itu? "Gadis aneh." Batinnya.
Mereka kembali diam, perjalanan ke rumah Catherine membutuhkan waktu tiga puluh menit. Lumayan lama, dan ia merasa bosan karena sangat hening.
Tidak mungkin bukan Catherine mengajak Reyhan ngobrol, mereka tidak saling kenal. Ah bukan, mereka saling kenal hanya saja tidak akrab.
Catherine mendesah pelan, ia menyandarkan punggungnya dan memandang kesamping.
Reyhan menoleh ketika mendengar desahan Catherine. "Dia bosan?" Batinnya.
Reyhan berpikir sejenak, ia bingung harus melakukan apa. Mengajak Catherine bicara juga tidak ada topik, ia takut nanti akan dianggap sok dekat.
"Catherine."
Catherine menoleh ketika namanya dipanggil, "Iya Kak?"
"Musik." Ucap Reyhan singkat.
Catherine mengerjap, ia tak paham dengan ucapan Reyhan. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ada apa dengan musik? Pikirnya.
Reyhan menatap Catherine yang hanya diam saja. "Nyalain musik Cath." Ucapnya menyadarkan.
"Aaa.. Nyalain musik ternyata." Gumamnya.
Catherine langsung saja mengulurkan tangannya memutar musik. Setidaknya didalam mobil tidak hening lagi.
Musik mulai terdengar, lagu 2002 - Anne Marie sedang diputar sekarang. Catherine berbinar ini lagu yang sering ia nyanyikan bersama Rania dulu.
Catherine menganggukkan kepalanya mengikuti ketukan nada. Bibirnya mulai ikut bernyanyi dengan lirih.
Reyhan menoleh pada Catherine yang terlihat sangat menikmati lagu, setidaknya dia tidak merasa gelisah.
Reyhan tersenyum tipis mendengar suara Catherine yang bernyanyi. Meskipun di bernyanyi pelan, ia masih bisa mendengarnya.
"Suaranya merdu." Batin Reyhan.
Tanpa sadar Reyhan ikut menikmati lagu yang diputar, Ah bukan. Yang tepat dia menikmati nyanyian merdu Catherine. Ia menganggukkan kepalanya pelan, terkadang jarinya mengetuk-ngetuk setir mobil.
I'm taken back to 2002 (ooh)...
Catherine membuka sedikit kaca mobilnya, ia membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia memejamkan matanya, dengan bibir yang tersenyum.
Reyhan menoleh, ia terpaku sejenak melihat wajah cantik Catherine yang tersenyum manis, apalagi rambutnya yang melambai terkena angin.
"Cantik." Gumam Reyhan.
Catherine membuka matanya, ia seperti mendengar suara Reyhan berbicara.
Catherine menoleh ke samping. Kebetulan saat itu mereka saling tatap. Reyhan mengerjapkan matanya beberapa kali, ia berdehem pelan, rasanya seperti kepergok.
"Kenapa Kak?" Tanya Catherine.
Reyhan melihat sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. "Engga."
Catherine mengangguk acuh, mungkin ia salah dengar tadi. Apalagi jalanan sekarang ramai.
"Tutup kacanya." Ucap Reyhan.
Catherine menoleh. "Ahh iya Kak." Ia jadi tidak enak, ia merasa tidak sopan. Padahal ini mobil Reyhan.
"Lo bisa masuk angin." Ucap Reyhan lagi.
Catherine pun akhirnya paham. Jadi gara-gara itu Reyhan memintanya menutup kaca mobil. Padahal dia tidak apa-apa, terkena angin sebentar tidak akan membuat dirinya masuk angin. Sekarang ia hanya diam dan menurut, dia hanya penumpang di sini.
Mobil Reyhan berhenti di lampu merah, Catherine melihat ke sekitar. Matanya melebar saat melihat ada yang berjualan Arum manis, ia ingin mencobanya.
"Wah Arum manis." Gumamnya.
Catherine melihat lampu merah yang masih menyala lama, kalau dia turun sebentar tidak masalah bukan? Oke dia akan turun.
Ketika Catherine akan membuka pintu mobil, ia tersadar ini bukan mobilnya. Ia menoleh pada Reyhan yang menatap ke depan.
Catherine melihat Arum manis sekali lagi lalu melihat Reyhan. Ia menghela nafasnya secara perlahan. "Kak Rey." Panggilnya.
Reyhan menoleh ke arah Catherine. "Hm?"
"Mmm Catherine turun sebentar boleh?" Ucapnya pelan.
Reyhan menaikkan sebelah alisnya, "Ngapain?" Tanyanya bingung. Apa dia tidak mau diantarnya? Pikir Reyhan.
Catherine menggaruk kepalanya pelan, ia menatap Reyhan. "Mau beli Arum manis." Ucapnya pelan.
Reyhan mengerutkan keningnya, ia menatap keluar. Ia melihat ada stand penjual Arum Manis tidak jauh dari lampu merah, tepatnya ada di seberang jalan raya.
Catherine menatap Reyhan lagi, karena tidak mendapatkan jawaban. Sedetik kemudian dia mengalihkan tatapannya. "Enggak." Jawabnya.
Mata Catherine membulat sempurna. "Tapi kan aku yang beli Kak." Ucapnya.
Reyhan menggeleng pelan. "Gerimis." Ucapnya.
Catherine tertunduk dengan bibir mengerucut sedih, ia bersandar di kursi dengan lemas. "Good bye Arum Manis." Lirihnya tak bersemangat.
Reyhan menggelengkan kepalanya tidak menyangka, ia baru tau ternyata Catherine bisa bersikap seperti anak kecil.
"Dia menggemaskan." Batin Reyhan
Reyhan berdehem. "Gak baik buat kesehatan. Gigimu bisa sakit." Ucapnya memberitahu.
Catherine menegakkan tubuhnya, "Aku sudah mendengar kata-kata itu ribuan kali."
"Keluargaku sering mengatakannya saat aku ingin makan Arum Manis. Aku sampai hafal."
"Apalagi Bang Deon, dia suka menakuti ku. Katanya nanti gigi Catherine bisa bolong."
"Padahal kan aku cuma mau makan sedikit, gak banyak."
"Aku juga pernah lihat Abang diam-diam makan Arum Manis, tapi aku dilarang makan. Tidak adil kan." Gerutu Catherine.
Reyhan melongo mendengar ucapan Catherine, kenapa dia bisa menggemaskan begini?
Dimana Catherine yang terlihat pendiam, dingin, tegas, dan keren ketika bermain drum tadi?
Reyhan menahan kekehan nya mendengar keluh kesah Catherine. "Iya tidak adil." Responnya seadanya.
Catherine tersenyum puas, ia merasa ada yang membelanya sekarang. "Benar kan.. Jadi aku boleh turun beli Arum Manis kan?" Ucapnya pada Reyhan dengan penuh harap.
Reyhan menggelengkan kepalanya lagi dengan cepat, "Gak boleh."
Catherine melotot tak terima, ia kira Reyhan akan menyetujuinya setelah mendengar kisah ketidakadilan yang dialaminya dulu. "Kenapa??" Tanyanya.
Reyhan menunjuk lampu merah yang sudah berubah menjadi hijau dengan dagunya.
Catherine menoleh. "Yahh telat." Ucapnya dengan lesu.
Reyhan tersenyum geli, ia langsung melajukan kembali mobilnya. Tak lama kemudian mobilnya telah sampai di kawasan elit The Wilson's. Dari kejauhan sudah terlihat Mansion mewah milik The Wilson's. Mobil Reyhan berhenti di gerbang utama Mansion.
"Terimakasih tumpangannya Kak." Ucapnya dengan sedikit lesu. Ia masih tidak bersemangat karena tidak bisa membeli Arum Manis.
Reyhan yang mendengar suara Catherine pun mengulum bibirnya menahan kekehannya. Ia tau dia tidak bersemangat karena Arum Manis tadi.
Saat Catherine hendak membuka pintu mobil, ia tersentak melihat tangan Reyhan yang terulur membuka laci mobil. Ia mengambil coklat di sana.
Reyhan menatap Catherine, lalu menyerahkan coklat itu padanya.
"Buat Catherine?" Ucapnya tak yakin.
"Sebagai ganti Arum Manis." Ujar Reyhan.
Catherine menerima coklat itu dengan senang hati. "Terimakasih Kak." Ucapnya dengan senyuman manis yang tercetak jelas dibibirnya.
Reyhan mengangguk, ia tersenyum tipis. Akhirnya ia bisa melihat senyuman Catherine lagi.
"Aku pulang dulu Kak." Catherine keluar dari mobil Reyhan, ia melambaikan tangannya dengan senyum yang masih awet dibibirnya.
Setelah itu Catherine masuk ke dalam dengan langkah kaki riang.
Reyhan tertawa melihat Catherine yang begitu senangnya mendapat coklat. "Dia sesenang itu mendapat coklat?"
...****************...