Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menahan Amarah
Pak Tan yang sedang menunggu di mobil ikutan panik saat melihat Nona Mudanya di bopong seperti itu.
Kemarin siang Nona Erina sempat demam, bahkan Tuan Besar memanggil Dokter Reza ke rumah. Jangan-jangan Nona Muda pingsan. Eh! Tapi bukannya tadi pagi Nona tidak ikut bersama kami. Kenapa sekarang tiba-tiba muncul di sini.
Pak Tan berusaha mengacuhkan semua pertanyaan yang muncul di benaknya, dia kemudian bergegas membuka kursi penumpang dan membantu Arga memasukkan Erina ke dalam.
“Apa yang terjadi Tuan?” Pak Tan yang menangkap raut muka kesal di wajah Arga seketika tahu diri. Dia hanya menunduk sebentar kemudian berlari membuka pintu mobil yang ada di sisi yang lain.
Erina tidak berani menatap Arga yang terlihat sangat marah. Dia mengkerut ketakutan, dan memilih diam menunduk. Dia bahkan menahan tangisnya saat merasakan perih di bagian lututnya. Sepertinya terluka saat dia tersungkur tadi.
Arga yang sudah masuk kedalam mobil juga tidak berkata sepatah katapun. Dia lebih terlihat seperti orang frustasi, meraup mukanya berkali-kali sambil menyandarkan kepalanya di kursi mobil.
Pak Tan yang duduk di depan apalagi, dia bahkan berusaha mengatur nafasnya agar suaranya tidak terdengar dari kursi belakang. Sudah sangat lama dia tidak melihat Arga semarah ini. Pak Tan bahkan merinding saat melihat wajah Arga tadi.
“Maaf” Erina berucap lirih. Dia tahu ini salahnya, karena sudah lancang datang ke acara di mana Arga tidak mengijinkannya untuk pergi.
“Ada hubungan apa sebenarnya antara kau dan Noah?”
“Kami tidak ada hubungan apa-apa,” Arga menoleh, menatap nanar wajah Erina yang memelas. Arga menghela nafas berat.
Kenapa kau tidak juga mengerti, aku benci melihatmu bersama laki-laki lain. Aku marah jika orang lain menyentuhmu sembarangan. Aku tidak membuangmu! Aku menjagamu!
“Kau menyukainya?” Arga menatap Erina tajam.
“Tid, hhmm...”
Erina belum sempat menyelesaikan ucapannya, Arga tiba-tiba menabrakkan bibirnya di bibir Erina, membuat nafas gadis itu tersengal. Dia mencium Erina cukup lama, mel umat bibirnya dalam. Erina sampai mencengkram bahu Arga, dia kehabisan nafas.
Arga yang mengerti langsung menghentikan ciumannya sejenak memberi luang untuk Erina bernafas, kemudian menciumnya lagi, kali ini lebih dalam dan lebih lama.
Erina memilih pasrah, toh ini bukan pertama kalinya Arga memperlakukannya seperti ini. Dia sama sekali tidak menolak apa lagi berontak. Dia tahu kemarahan Arga masih belum reda sepenuhnya.
Pak Tan yang duduk di kursi kemudi berusaha tidak menunjukkan ekspresinya, dia bahkan tidak berani melirik spion tengah. Dia berusaha tetap fokus dengan laju kendaraan dan mengacuhkan semua yang terjadi di kursi belakang.
Selama dia mengabdi di rumah Arga, baru kali ini Pak Tan mendapati Tuannya bersikap terang-terangan seperti itu. Bahkan dulu saat dia masih berpacaran dengan Clara, Arga tidak pernah bersikap sembrono.
Apa yang aku pikirkan, jelas saja berbeda, dulu kan Tuan Muda statusnya masih berpacaran. Kalau sekarang jelas-jelas Tuan sudah menikah. Jadi wajar saja kalau mereka berciuman. Ah, aku jadi merindukan istriku dirumah. Pak Tan.
Erina memekik tertahan saat Arga tak sengaja menekan lututnya. Laki-laki itu menghentikan ciumannya, menatap Erina yang masih meringis kesakitan. Tangannya sigap menyingkap gaun panjang Erina.
Eh! Kenapa dia membuka gaunku? Dia mau apa?
Erina berusaha menahan tangan Arga. Namun tetap saja, tenaganya jelas kalah jauh. Laki-laki itu menghela nafas melihat luka yang ada di lutut istrinya.
Sialan! Kenapa aku sampai tidak tahu kalau dia sedang terluka.
Ada sedikit penyesalan yang menyeruak dari dalam diri Arga. Tiba-tiba saja dia merasa bersalah sudah bersikap kasar pada istrinya. Arga mengambil salep dingin yang ada di dalam kopernya, kemudian mengoleskannya perlahan di lutut Erina.
“Kenapa tidak bilang kalau lututmu terluka?” Arga mengusap rambut Erina, sikapnya sudah mulai melunak.
Mana berani aku bilang begitu, melihatmu marah saja rasanya sudah seperti mau mati.
“Apa kau tadi melihatnya?”
“Melihat apa?” Erina mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
“Melihatku di lift.”
Hei, berhentilah berputar-putar, maksudmu apa aku melihat kalian berpelukan tadi. Begitukan yang mau kau tanyakan?
Ya jelas saja aku melihatnya, memangnya aku buta apa! Dia bahkan memelukmu sangat erat sudah seperti perangko saja.
Tapi siapa sangka kalau orang sepertimu bisa dicampakkan begitu saja oleh seorang wanita. Rasanya aku ingin menertawakanmu sekarang.
Tapi mana aku berani melakukannya saat ini, suasana hatimu baru saja membaik. Kalau aku cari gara-gara lagi, bisa-bisa aku di lempar dari mobil.
Arga masih terdiam menatap Erina, menunggu jawaban yang keluar dari mulut gadis itu.
“Iya, saya melihatnya.”
“Apa yang kau lihat?”
Apa yang ku lihat? Tentu saja aku melihat kalian berpelukan!
“Saya melihat anda dan Nona Clara di dalam lift.”
“Lalu?”
“Lalu apa?”
Erina sengaja memutar-muta jawabannya. Jujur saja dia sendiri merasa agak kesal. Arga akan marah besar saat dia di sentuh laki-laki lain, tapi dia sendiri seenaknya saja berpelukan dengan wanita lain di depan matanya.
“Apa kau melihat dia memelukku?”
Erina mengangguk pelan, “Iya, saya melihat kalian berpelukan.”
Arga menatap Erina dengan tatapan heran.
Sial! Dia bahkan bersikap biasa saja setelah melihatku berpelukan dengan wanita lain. Jangankan cemburu, dia bahkan bersikap acuh tak acuh. Ahhrg! Kenapa aku jadi kesal begini.
“Kalau begitu hapus?”
Erina mengerutkan keningnya, hapus? Apanya yang perlu di hapus?
“Hapus jejaknya.”
“Aaaa... jejak dari pelukan Nona Clara? Begitukan maksudnya”
Arga mengangguk, menyenderkan kepalanya sambil menutup matanya, tangannya telentang bersiap menerima pelukan dari istrinya.
Erina masih tidak bergeming dari tempatnya, dia hanya menatap aneh, kenapa Erina harus melakukan hal itu? Erina bahkan tidak peduli dengan apa yang di lakukan Arga. Meski dia merasa kesal, tapi dia cukup tahu diri. Dia tidak berhak cemburu.
“Tidak mau?” Arga membuka matanya, mukanya terlihat masam.
“Hehe... iya, mau, mau kok.”
Akhirnya Erina menyerah, dia beringsut mendekati suaminya. Melingkarkan tangannya di pinggang Arga dan membenamkan wajahnya di dada bidang Laki-laki itu.
Arga membekap tubuh mungil Erina, mengecup rambut gadis itu berulang-ulang. Aroma tubuhnya membuat Arga kecanduan.
“Jangan lepas sampai kita tiba di rumah.” Perintahnya lagi.
Erina hanya menganguk pelan. Entah kenapa, Dia pun merasa sangat nyaman berada dalam dekapan Arga. Sampai dia tak sadar dia mulai terlelap dalam pelukan suaminya.
Arga ikut memejamkan matanya, senyumannya seketika mengembang. Hilang sudah amarahnya menguap entah kemana.
Kalau Pak Tan bagaimana? Sudah jangan tanyakan apa yang ada dipikirannya saat ini. Biarkan dia fokus mengemudi saja. Hehehe...
.
.
(BERSAMBUNG)
jujurlah sama erina tentang apa yg kamu rasakan dan kejadian dikantor tadi
erina harus tegas, hempaskan clara walau belum ada cinta ke arga setidaknya pertahankan rumahtangga
perjuangkan nasib sendiri, sedikit egois boleh ya erina
buat erina hamil ya kak dan arga bucin
lanjut kak/Coffee//Rose//Drool/