Musim 1 (1-103) Musim 2 (104-226) Musim 3 (227-310)
Kisah cinta yang telah terjalin sekian lama, tiba-tiba harus kandas di tengah jalan, setelah seorang lelaki lain merenggut kehormatan sang kekasih dan membuatnya mengandung benih dari lelaki tersebut.
Rencana pernikahan mereka terpaksa pupus begitu saja karena sang kekasih mau tidak mau harus dinikahi dan menjadi istri dari lelaki yang telah menodainya, demi masa depan anak dalam kandungannya.
Bagaimanakah akhir kisah mereka? Akankah takdir berpihak pada cinta keduanya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisha Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 BERSAMA YANG LAIN
Siang harinya, Yoga dari kantornya kembali ke rumah orangtua Nara untuk menjemput istrinya makan siang bersama.
Dia sudah memesan satu tempat khusus di sebuah restoran yang terletak di lantai atas pusat perbelanjaan di pusat kota.
Mobil berhenti di lobby depan. Yoga segera membuka pintu dan keluar lebih dulu. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan membantu Nara turun dari mobil.
"Hati-hati. Pelan-pelan saja, Ra. Ingat perutmu."
Nara sudah berdiri sempurna di samping Yoga. Mereka saling menatap sekilas sebelum Nara mengalihkan pandangannya. Dia tak kuasa menahan getaran yang hadir di hatinya saat ini.
Yoga memahami kegugupan Nara. Bukan hanya karena dirinya, tetapi juga karena apa yang mereka lakukan hari ini.
Pergi bersama untuk pertama kalinya, di tempat umum yang sudah pasti akan menjadi pusat perhatian khalayak ramai, mengingat banyak yang mengenal sosok Yoga sebagai salah satu pengusaha muda yang disegani di seantero kota.
Yoga meraih tangan kanan Nara dan menggenggamnya dengan erat.
"Ada aku bersamamu, Ra. Aku akan menjagamu dengan baik!" Ucap Yoga dengan yakin dan pasti.
Nara mengangguk dan mencoba membalas lelaki itu dengan senyuman tipis di bibirnya.
Mereka mulai melangkah memasuki gedung. Berjalan dengan tangan yang saling menggenggam. Tanpa sadar Nara sudah merapatkan genggamannya, membalas genggaman Yoga. Hatinya mulai risau, memikirkan sesuatu yang entah mengapa seperti akan terjadi pada dirinya.
Pandangan para pengunjung mulai terarah pada mereka, terutama pada Yoga. Lelaki itu mengenakan celana kain berwarna hitam serta kemeja polos berwarna abu tua dengan lengan yang dilipat hingga di bawah siku. Rasanya tidak ada yang tidak mengagumi pesona Yoga yang sangat menawan tersebut, meskipun penampilannya cukup sederhana layaknya kebanyakan orang.
Namun sayangnya, Yoga tidak menghiraukan tatapan semua orang yang tertuju padanya, juga pada Nara di sampingnya. Dia terus memasang wajah dingin dan datar dengan pandangan lurus ke depan. Sesekali dia menatap Nara untuk memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja.
Nara yang mengenakan dress berwarna silver bermotif bunga-bunga kecil dengan panjang menutupi bagian lutut, terlihat sangat cantik dan memikat. Dia tampak sangat serasi bersanding dengan Yoga yang terus mengenggam tangannya dengan penuh percaya diri.
Nara adalah wanita pertama yang terlihat bersama Yoga, setelah sekian lama lelaki itu tidak pernah diketahui menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Tak pelak, keberadaan Nara dengan perut besarnya membuat semua orang terkejut dan menyimpan banyak pertanyaan di benak mereka.
Nara mulai merasa risih dan tidak nyaman dengan perhatian yang tertuju padanya. Apalagi jika membayangkan berbagai berita yang akan segera beredar dan tersebar luas setelah ini, dia merasa semakin tidak tenang.
Yoga bisa merasakan kegelisahan Nara. Dan saat mereka hendak menaiki eskalator, Yoga melepaskan genggaman tangan mereka dan dengan sigap langsung merengkuh bahu Nara untuk membantunya melangkah dengan lebih hati-hati.
Di atas eskslator yang berjalan naik, Yoga merapatkan pelukannya dan mencium kepala Nara dengan lembut.
"Jangan takut, Ra. Ada aku di sini yang akan menjagamu."
Yoga berucap pelan dengan tatapan mata yang hangat dan teduh, membuat Nara merasa lebih tenang dan menampakkan senyumannya.
Wajah Yoga yang semula dingin dan terlihat angkuh langsung berubah cerah dan penuh senyuman, yang tertuju lurus hanya untuk istri tercintanya.
Sampai di lantai atas, tangan Yoga turun ke pinggang Nara dan menuntun langkah wanita itu menuju salah satu restoran yang sudah siap untuk menyambut kedatangan mereka.
"Selamat siang, Pak Yoga dan Ibu. Mari silakan masuk, mejanya ada di sebelah sana."
Oleh seorang pramusaji, mereka diantarkan menuju ke satu meja di bagian ujung yang menyatu dengan tembok pembatas yang terbuat dari kaca.
Yoga menarik kursi dan membantu Nara duduk, baru kemudian dia duduk di hadapan wanita cantik itu. Mereka bisa langsung menikmati panorama suasana kota dari tempat mereka duduk.
Tanpa harus menunggu, hidangan segera tersaji lengkap dan tertata rapi di atas meja. Yoga memesan semua menu sehat yang sesuai untuk ibu hamil seperti Nara, tak lupa buah segar beraneka macam juga disediakan untuk sang istri tercinta.
Mereka menyantap makan siang dalam hening. Hanya sesekali saling mencuri pandangan dan melemparkan senyuman satu sama lain. Yoga tampak siaga dan membantu Nara untuk menambahkan sayuran dan lauknya, juga menyiapkan potongan buah segar di satu piring kecil dan diletakkannya di depan Nara.
Beberapa pengunjung yang ada di restoran tersebut memperhatikan Yoga dan Nara dengan tatapan penuh kekaguman. Mereka memuji keserasian pasangan tersebut dan turut bahagia melihat perhatian Yoga yang penuh cinta kepada pasangannya.
Setengah jam kemudian mereka telah menyelesaikan makan siang mereka. Yoga mengambil sapu tangan yang masih terlipat rapi di atas meja, lalu mengulurkan tangannya untuk membersihkan bibir Nara yang masih basah oleh air minum.
Nara terlihat malu dengan sikap Yoga yang membuatnya terus berdebar sedari tadi. Dia mencoba menampakkan senyuman di bibirnya sebagai tanda terima kasih untuk lelaki itu.
"Maafkan aku, Ra. Karena permintaanku, kamu menjadi tidak nyaman seperti ini."
Nara menggeleng sembari berusaha menenangkan hatinya yang masih terus bergejolak.
"Sekarang atau nanti, lambat-laun semuanya akan terlihat sebagaimana seharusnya. Aku hanya belum terbiasa karena baru kali ini mencoba melakukannya. Membuka diri setelah sekian lama bersembunyi dan menghindari kenyataan yang semestinya aku terima dan aku jalani apa-adanya."
"Andai bisa mengulang waktu, aku ingin memilikimu dengan cara yang benar, Ra. Meskipun hal itu tidak akan mungkin terjadi seperti harapanku, karena kamu pasti akan tetap memilih dirinya...." Raut penyesalan terlihat jelas di wajah Yoga yang serius menatap wanita di hadapannya.
"Takdir kita sudah digariskan oleh Allah, bahkan jauh sebelum kita bertemu dan saling mengenal. Entah bagaimana caranya dan jalannya, semua akan tetap terjadi sesuai ketetapan dari Dia Yang Maha Kuasa."
Nara menurunkan kedua tangannya dan melingkarkannya di atas perut. Ada yang terasa berguling-guling dan bergerak di dalamnya. Dia tersenyum lalu mengusapi perutnya dengan lembut, membuatnya lupa akan semua kegelisahannya saat ini.
Tak lama kemudian, Yoga mengajaknya pulang karena lelaki itu masih harus kembali lagi ke kantor. Dia berdiri mendahului Nara dan segera membantu istrinya untuk berdiri, kemudian mengenggam tangan Nara seraya berjalan keluar dari restoran.
Sepanjang perjalanan turun ke lantai bawah, masih banyak pengunjung yang memperhatikan mereka berdua. Sementara Yoga sudah kembali memasang wajah dingin dan datar lagi, tanpa peduli akan tatapan kekaguman dari sekelilingnya.
Tanpa Yoga ketahui, saat mencoba mengedarkan pandangannya ke lantai bawah, tatapan mata Nara terhenti pada satu sosok yang dikenalnya, yang tengah berada di dalam kedai kopi di sudut dekat pintu utama.
Seorang lelaki yang duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik, dengan sekat sebuah meja kecil. Dari gestur tubuh yang terlihat, sepertinya mereka sudah saling mengenal cukup baik. Keduanya berbicara dengan akrab dan penuh senyuman.
Nara merasakan hatinya memanas, nyeri dan sesak seketika, saat dilihatnya sang wanita tanpa sungkan mengusap dagu pasangannya, juga memegang tangan sang lelaki yang berada di atas meja.
Sang lelaki dengan satu tangannya menyentuh tangan pasangannya yang masih mengusapi dagunya dengan penuh perhatian. Sampai pada adegan mesra tersebut, Nara sudah tidak kuat lagi untuk terus melihatnya.
Matanya berkaca-kaca dan segera membuang pandangannya ke arah lain. Tanpa sadar tangannya telah menggenggam tangan Yoga dengan lebih erat.
Yoga yang merasakannya, mengira Nara masih tidak nyaman dengan suasana di sekitarnya yang dipenuhi pandangan para pengunjung yang memperhatikan kedekatan mereka berdua.
Dengan maksud untuk menenangkan Nara, Yoga kembali merengkuh tubuh istrinya dan mengusap lembut bahu Nara yang dipeluknya.
Tepat di saat itulah, lelaki yang sebelumnya dilihat oleh Nara dan membuatnya hampir menangis, melihat keberadaan Nara dan Yoga yang turun dari eskalator dengan posisi tubuh yang intim disertai dengan senyuman keduanya saat beradu pandang satu sama lain.
"Nara...." Gumam lelaki itu hingga terdengar oleh wanita di hadapannya, yang masih memegang satu tangannya di atas meja.
"Alan..., kamu kenapa?"
.
.
.
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Bintang 5, Vote & Favorit.
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami.
💜Author💜
.
nyeseknya gak kuat
sampai bab ini aku bacanya nangis terus,cinta segitiga yang menyayat hati