Sandrina nekad tidur dengan pria yang dijodohkan dengan kakaknya, Bastian Helford. Lantaran kakaknya telah tidur dengan tunangannya.
Semua miliknya direnggut, dan Sandrina berjuang untuk mendapatkan kembali yang menjadi miliknya
"Dia satu-satunya milikku yang kurebut kembali"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Begitu manis melebihi yang seharusnya
"Apa yang sedang Anda lakukan?" suara itu terdengar tenang namun ada nada khawatir terselip di dalamnya. Didalam kerumunan orang yang menonton, sang pria pemilik suara keluar. Sandrina menatap pada sang pria terkejut. Kenapa lagi-lagi dia harus bertemu dengan pria itu dalam keadaan yang kacau.
Bastian, pria yang tadinya bertanya berjalan ke depan membelah kerumunan. Dia mendekat kearah Sandrina yang dimana rambut gadis itu sedang dijambak oleh wanita tua yang tidak dikenalinya.
Tanpa banyak bicara, Bastian bergerak cepat meraih tangan si wanita tua dan menekannya kuat
"Akh!" pekik ibunya Tommy yang jelas merasa sakit akibat kesenjangan tenaga dengan Bastian
"Apa ada petugas keamanan disini?" tanya Bastian tenang yang buru-buru disahut oleh seorang pria yang memakai seragam petugas keamanan dalam kerumunan
"Saya petugas keamanan disini. Maaf, saya terlambat menyadari situasi ini!" ucap sang petugas keamanan setelah berhasil keluar dari kerumunan.
"Kau ini siapa? Beraninya kau ikut campur urusan kami! Apa kau selingkuhan wanita ja lang ini?" Ibunya Tommy bertanya marah saat tangannya masih dijegal dengan kuat oleh Bastian
"Dia tidak pernah selingkuh, saya calon suami dari wanita ini," lihatlah bagaimana Bastian menjawab dengan begitu lancarnya dan begitu tenangnya. Pria itu sama sekali tidak mempunyai beban apapun.
"Calon suami?" "Wah, ini sih akan menjadi kejadian yang seru" bisikan bisikan itu mulai terdengar dari dalam kerumunan orang yang menonton saat Bastian berkata dengan tegasnya kalau dia adalah calon suami dari Sandrina
"Dan sepertinya Anda telah salah paham. Perselingkuhan itu, bukankah putra yang selalu Anda banggakan itu yang melakukannya?" lanjut Bastian dengan mimik wajah yang kurang enak dipandang. Pria itu mulai terlihat kesal sekarang
"Bicara apa kamu?" ibunya Tommy tidak terima dengan fakta yang dibicarakan oleh Bastian. Tapi pria muda di depannya sama sekali tidak mau melanjutkan debat omong kosong tak berguna dengan wanita tua didepannya.
"Keamanan, serahkan wanita ini pada polisi. Dia sudah melakukan penyerangan, dan pencemaran nama baik" ucap Bastian memberi perintah yang dengan segera dilakukan oleh petugas keamaman disana.
"Polisi? Beraninya kau, apa kau tidak tahu siapa aku?" teriak si wanita tua tak terima saat tangannya mulai dipegangi oleh petugas keamanan.
"Saya kira, saya tidak perlu tahu siapa Anda" jawab Bastian yang segera meraih sapu tangan lalu mengelap tangannya dimana dia baru saja menyentuh tangan ibunya Tommy. Orang-orang mungkin tidak akan percaya jika dia berkata, dia menderita Mysophobia
Mata tajamnya melirik pada Sandrina yang masih terduduk dilantai dalam keadaan yang kacau. Rambutnya sudah kusut, pipinya memerah bekas tamparan, dan pakaiannya juga jauh dari kata rapi setelah tadi ditarik-tarik oleh ibunya Tommy.
"Bangunlah! Apa kau tidak bisa bangun?" suruh Bastian pada Sandrina yang masih pada posisi semula. Sandrina yang mendengarnya menunduk sembari memalingkan wajahnya malu
"Kenapa Bastian harus ada disini sekarang?" batin Sandrina bertanya heran
"Mau aku angkat?" tawar Bastian masih mempertahankan ego gengsinya yang ingin sekali mengangkat Sandrina dan membawa gadis itu menjauh dari kerumunan
"Tidak perlu, aku bisa sendiri" jawab Sandrina seraya berusaha untuk berdiri dengan ringisan yang keluar dari bibirnya
"LEPAS!! APA KAU TAHU SIAPA AKU?" teriakan itu kembali menggema yang disebabkan oleh ibunya Tommy yang saat ini kedua tangannya ditahan oleh petugas keamanan.
"Dasar wanita murahan yang tidak tahu berterimakasih! Sandrina, dasar kau ja lang sialan! Aku tidak akan membiarkanmu!" kembali teriakan penuh kalimat cacian itu digemakan oleh ibunya Tommy.
Bastian yang mendengar itu semakin mengerutkan keningnya kesal. Dia melirik pada wanita tua itu dengan perasaan marah
"Tangani wanita itu segera, pastikan dia tidak bisa keluar dari penjara sampai Sandrina mencabut laporannya!" perintah Bastian pada bawahannya yang sudah muak dengan wanita tua itu. Sepertinya menyuruh petugas keamanan saja tidak cukup untuk menangani wanita yang sudah begitu keterlaluan
"Baik Direktur!" jawab bawahan Bastian serentak. Mereka segera bertindak merengkuh ibunya Tommy yang gelagapan terkejut.
Setelahnya mulai terdengar berbagai bisikan dari kerumunan orang yang melihat peristiwa itu
"Direktur?" ucap suara yang pertama tidak percaya dengan pendengarannya
"Wow! Ini benar- benar luar biasa! Bukankah dia Bastian Helford dari Holding Group?" sahut suara lain yang mengenali sosok Bastian
"Gila, dia sangat tampan!" puji suara lainnya
"Kalau begitu wanita yang disana--" begitulah berbagai bisikan mulai terdengar. Tapi bukan Bastian namanya jika peduli pada bisikan- bisikan tidak berfaedah itu. Pria itu dengan santainya meraih tubuh Sandrina dan mengangkat gadis itu ala bridal hingga membuat Sandrina terpekik terkejut
"Turunkan aku! Aku bisa berjalan sendiri," kata Sandrina yang wajahnya sekarang memerah semerah tomat matang
"Apa itu penting? Kurasa yang lebih penting sekarang adalah keluar dari situasi menjadi tontonan seperti sekarang. Kau benar-benar suka sekali menerima pukulan. Apa wajahmu itu sudah cukup tebal dengan pukulan itu? Kau benar-benar membuatku tidak bisa melepaskan pandanganku darimu untuk sesaat" keluh Bastian seraya melangkah tenang meninggalkan segala tatapan penuh rasa penasaran dan bisikan asumsi yang menggila. Pria itu tidak peduli dengan rumor yang akan hadir karena baginya tidaklah begitu bermasalah dengan rumor sekarang
Sandrina tidak menjawab, dia terdiam dengan wajah yang tertunduk menahan tangis.
🍀🍀🍀
Ruang rapat khusus Eksekutif AG Enterprice
Bastian membawa Sandrina masuk ke dalam ruang tersebut, dikarenakan hanya ruang itu yang saat ini kosong, tidak sedang digunakan. Pria itu lalu mendudukkan Sandrina diatas meja yang tersedia
"Sialan! Bukankah sudah kubilang jangan menunduk seperti itu." Bastian berkomentar tidak suka saat Sandrina masih saja menunduk tanpa melihat pada wajah Bastian
"Haruskah aku menempatkan Bodyguard? Kenapa kau terus saja dipukuli seperti ini?" tanya Bastian dengan nada yang sedikit melembut, apalagi saat mata tajamnya dapat melihat air bening yang meluncur indah turun dari mata Sandrina. Gadis itu menangis
"Apa itu sangat sakit sampai kamu menangis?" tanya pria itu lagi saat air asin di mata Sandrina terus saja meluncur. Namun, andai Bastian tahu kalau bukan sakit yang menjadi penyebab Sandrina menangis, tapi gadis itu menangis karena sikap yang Bastian tunjukkan
"Kenapa kau jadi begitu marah demi aku? Kenapa kau bersikap begitu manis melebihi yang seharusnya?" batin Sandrina bertanya- tanya alasan kenapa sikap Bastian bisa semanis itu. Jika itu untuk menunjukkan keharmonisan mereka dihadapan publik, bukankah tindakan pria itu terlalu berlebihan? Hubungan mereka pun hanya sebatas sebuah kesepakatan yang disetujui.
"Berhentilah menangis" hibur Bastian
"Kali ini ulah siapa lagi? Apa ini ulah bajingan itu? Aku sudah bilang untuk membereskannya, kan?" Bastian terus saja mengomel tapi nada bicara pria itu terdengar penuh perhatian. Sedang Sandrina semakin larut dalam tangisnya
"Aku sudah membereskannya! Aku mencoba untuk membereskannya tapi inilah yang terjadi!" sahut Sandrina sesenggukan dalam tangisnya yang tidak berhenti malah semakin deras. Bastian hanya bisa menggertakkan giginya kesal saat pikirannya mengingat bagaimana Sandrina dipukuli tadi. Wanitanya itu benar- benar bagai samsak yang menjadi sarana pemukulan terus menerus.
.
.
.