Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Ganes tidak mengingkari janjinya sendiri untuk tidak menghindari Sanjaya di sekolah. Terbukti, saat ini Ganes tidak memilih jalan lain, saat melihat Sanjaya tidak jauh di depannya.
"Pagi Paak ! ".
Lala, Sasi, Tami dan Kila kompak menyapa Guru Mereka, Sanjaya, yang tampak baru sampai di sekolah.
Sanjaya mengangguk dan tersenyum. Sekilas matanya melirik Ganes yang tidak ikut menyapa nya.
"Pak Sanjaya sekarang udah nggak galak ya ".
Tami berbisik ke teman - teman nya, setelah melewati Guru Mereka.
"Kata siapa?". Tanya Ganes tidak terima.
"Kok manggilnya bukan Pak Wis sih?! ". Protes Ganes lagi, setelah menyadari Tami menyebutkan nama yang berbeda dari panggilan Mereka biasanya.
"Sejak makan siang waktu itu, Aku liat sisi lain si Bapak loh, Dia ternyata sangat welcome ! ". Komentar Lala.
Ganes memutar bola mata nya malas.
"Eh ngomong - ngomong, Pak Wis ada ke rumah lagi? ".Tanya Sasi penasaran.
"Nggak !! Nggak ada ! ". Jawab Ganes cepat.
Jawaban Ganes malah membuat keempat sahabatnya itu curiga. Mereka menatap Ganes penuh selidik.
"Apa si? ". Ucap Ganes tidak suka ditatap seperti itu.
Untuk mengurangi kegugupannya, Ganes memutuskan untuk kembali berjalan. Keempat sahabatnya langsung mengejar Gadis itu.
Benar - benar mencurigakan. Ujar Mereka.
"Hari ini Aku lomba loh ! Kalian harus jadi tim hore ! Beda kelas pun tetep dukung Aku ya ! ".
Peringat Kila pada Ganes dan Lala.
"Kalo Aku sih tim pendukung lawan hehee, Aman ajaa ! "
Lala terkekeh. Ganes setuju dengan hal itu.
Mereka sudah berkumpul di ruang serbaguna. Karena lomba akan dilaksanakan di sana.
Kila berpisah dari gerombolannya, mendekat ke panitia untuk mengambil nomor undian. Setelah mengambil, Gadis itu langsung menunjukkan nomor yang diperolehnya ke sahabat - sahabatnya, dengan wajah nyengir lebar.
"Bilangnya males suruh lomba, tapi tunjukin nomor undian sambil nyengir lebar begitu ! ". Nyinyir Tami, yang diangguki oleh yang lain.
"Eh, jadi itu Ayah dan Bapak nya Pak Wis jadi nantangin Kila? Kapan? Berkabar ya Nes kalo beneran ! Aku mau liat hehe ".
Lala jadi ingat perkataan Lelaki tua di meja makan rumah Ganes, yang mengaku sebagai Papa dari Guru Kimia nya itu.
"Cuman guyonan bapak - bapak kok dianggep serius sih?! ". Heran Ganes.
(Guyonan : basa basi / ledekan)
"Kan Aku bilang kalo beneran. Kok sewot gitu? Tanggal berapa sekarang? Bukan waktu mu PMS kan? ". Sahut Lala tidak terima.
"Stt.. Jangan cuman ngomong ! Buruan gelut ! ". Tami terkekeh, karena ucapannya barusan. Ganes dan Lala hanya mendengus mendengar celotehan Tami.
"Kilaa cemungut eaaa ! Mas Gading nunggu di rumah !! ". Tami berteriak, diiringi sorakan Ganes, Sasi dan Lala.
Kila yang sedang fokus memperhatikan pion - pion nya, dibuat ambyar oleh teriakan Tami.
Benar - benar tidak mengerti kondisi !
Gerutu Kila, namun tidak protes.
"Itu Kakak mu yang nomer berapa? ". Tanya Ganes berbisik, karena penasaran.
"Yang paling ganteng, yang baru lulus kuliah kemarin, sekarang kerja di firma hukum Hotman dan rekans ! ". Jawab Tami, kentara sekali menyombongkan Kakak nya itu. Padahal biasanya Tami banyak dibuat kesal oleh si Kakak.
"Kok sama Kila sih, Tam? Aku gimana? Aku udah ngecupin Kakak mu yang itu loh ! ".
Ganes mendelik pada Tami. Bisanya Tami malah memilih Kila.
Tami tertawa kecil. Dia hanya bercanda memasangkan kakaknya dengan salah satu sahabatnya. Dia tidak akan membiarkan sahabatnya menjadi ipar. Bisa hancur dunia per - ipar - an kalo sahabat menjadi ipar. Hehee,
"Kakak Tami kan ada banyak, tinggal pilih lagi lah ! Yang lain juga ganteng ! Bibit unggul semua itu ! ". Lala berkomentar.
Yah, semua Kakak Tami diakui oleh Lala cukup tampan.
"Aku suruh ngerebut Mereka dari istri dan pacarnya gitu? Dasarrr !! ".
Jawaban Ganes membuat Lala terkikik. Habis berebut Kakak Tami begitu.
"Si Bapak mau dikemanain? ".
Sasi berbisik tepat di telinga Ganes. Sangat pelan. Agar Lala dan Tami tidak mendengar.
Ganes menoleh ke Sasi dan mendelik. Telunjuknya di tempelkan di depan bibir Sasi.
Ganes sedang memperhatikan Kila yang masih bertanding di panggung ruang serbaguna.
Ganes melihat kedatangan Sanjaya ke ruang serbaguna. Gurunya itu mendekat ke meja panitia lomba catur. Sepertinya menanyakan tentang perlombaan.
Ganes melihat Sanjaya yang mengangguk, dan mengatakan BAGUS ke si panitia lomba.
Ganes terus memperhatikan Sanjaya yang sedang memandangi peserta lomba catur. Dan entah bagaimana, Arah mata Sanjaya kemudian menuju ke arah Ganes. Yang membuat Ganes tercengang adalah senyuman yang terbit di bibir Sanjaya.
Senyum? Hah?!
Ganes harus mengerjapkan matanya beberapa kali, untuk memastikan. Tidak mungkin matanya yang masih sehat itu salah lihat bukan?
Pak Wis senyum ke dirinya.
"Aku ke toilet dulu yaa ! ".
Pamit Ganes ke teman - temannya. Dia sepertinya harus mencuci muka dahulu, agar kembali fokus, karena otaknya sekarang dipenuhi dengan senyuman Sanjaya. Padahal Gurunya itu sudah pergi dari ruang serbaguna beberapa waktu yang lalu.
Ganes sudah membasuh wajahnya dengan air, dan memastikan matanya telah segar. Dia tidak ingin kepikiran senyum Sanjaya yang diyakini hanya halusinasi nya. Mana mungkin Guru nya itu mau tersenyum begitu saja.
"Bisa - bisanya Aku mbayangin Dia senyum.. Hiiiiii... ".
Ganes bergidik.
Setelah selesai, Ganes langsung keluar dari toilet. Betapa terkejutnya Ganes saat melihat keberadaan Sanjaya di depan pintu keluar masuk toilet.
"Astaga Pak ! ".
Ganes melihat ke seluruh penjuru, memastikan apakah ada orang yang memperhatikan Mereka.
"Bapak kenapa di sini? ". Tanya Ganes lagi. Karena Sanjaya tidak mengatakan apapun. Hanya menatapnya datar.
"Ikut saya ke ruangan, ada titipan dari Mama untuk Kamu.. ".
Setelahnya, Sanjaya langsung berlalu. Hal itu membuat Ganes mengernyit.
Kenapa sih itu orang? Gerutu Ganes.
Sanjaya merasa sedang kekanakan sekarang, namun Dia tidak bisa menutupi kecewanya, karena Ganes tidak membalas senyumannya tadi, saat di ruang serbaguna.
Titipan Mama hanya alasannya saja, sebenarnya Dia memesan camilan itu sendiri. Dia ingin mulai bersikap manis pada Ganes, sesuai janjinya yang akan berubah lebih baik.
Ah ya, soal bab tujuh pelajaran biologi, Sanjaya kini sudah tahu. Ternyata itu tentang Sistem Reproduksi. Dan Sanjaya dibuat tertawa dengan hal itu. Bagaimana mungkin Ganes yang polos itu berpikir sampai jauh ke sana? Dia bahkan belum berpikir ke arah itu.
Tadi pagi di ruang Guru....
"Kenapa Pak? Apakah ada yang lucu? ". Pak Waryadi, yang merupakan Guru Biologi di kelas Ganes, terheran melihat Rekannya yang jarang tertawa, namun pagi ini, setelah menanyakan perihal bab tujuh malah tertawa.
"Haha, calon istri saya mengatakan sesuatu tentang bab tujuh pelajaran biologi, Saya pikir tentang apa ! ".
Jawab Sanjaya masih dengan sisa tawa.
"Pak Sanjaya mau menikah? Wah, selamat ya Pak ! Lelaki tidak berbicara, sekali bicara sudah punya calon istri ! Hahaha "
Semua orang memberikan selamat ke Sanjaya, karena satu lagi Guru di sekolah ini akan menikah. Sanjaya sudah cukup matang secara usia dan finansial.
Nilam, yang duduk di dekat Sanjaya hanya terdiam. Dia tidak begitu kaget saat Sanjaya menyebutkan calon istri, karena sebelumnya, Sanjaya menolak ajakannya nonton bersama dengan alasan calon istrinya tiba - tiba mengajak makan malam bersama.
Sesuatu yang menurut Nilam tidak masuk akal. Namun, dua hari lalu, saat Dia kembali membuka akun media sosialnya, Dia benar - benar kaget, kala mengetahui bahwa di malam yang sama dengan jadwal menonton bioskop, ternyata Sanjaya sedang menikmati malam di Bukit Bulan. Hati Nilam pecah berkeping, namun tidak bisa berbuat apapun.
"Jangan lupa undangan nya ya, Pak San ! ".
Kepala Sekolah yang ikut nimbrung, turut mengucapkan selamat, dan meminta undangan pada Guru single itu.
Sekarang ....
"Saya nunggu di luar lah Pak ! ". Ganes berhenti tak jauh dari pintu masuk ruang Guru. Dia sungkan, karena sepertinya semua Guru sedang ada di ruangan.
"Masuk ! ". Ucap Sanjaya penuh penekanan. Matanya tajam menatap Ganes.
'Bener kan? Nggak mungkin ini orang berubah jadi malaikat ! '. Protes Ganes dalam hati. Semakin jelas bahwa senyuman Sanjaya di ruang serbaguna tadi hanya ilusi saja.
Ganes pamit dari ruang Guru dengan sebuah totebag besar berisi snack. Ganes kesal, karena Dia yakin, ini bukan dari Mama. Mana mungkin mama membelikan snack??
"Bagikan ke teman - temanmu ! ". Ganes menirukan ucapan Sanjaya tadi.
"Dasar nyebelin banget sih ! ".
.
.
.
Bersambung 🥀