NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menginap

Aruna mengerutkan keningnya tidak percaya mendengar perkataan Fahri. Buru-buru dia menghampiri ikan hias itu lalu menyentuhnya. Benar, ikan itu memang sudah mati.

“Kenapa bisa mati ikannya. Padahal aku sudah teratur kasih dia makan,” lirih Aruna mengusap-usap tubuh ikan kesayangannya. Sedih rasanya harus melihat ikan hias yang sudah tidak benyawa itu.

“Sudah gak usah sedih. Nanti aku belikan ikan hias yang baru deh. Ikan yang lebih bagus dari ini,” bujuk Fahri agar cewek itu tidak sedih lagi.

“Kamu gak tahu betapa berartinya ikan ini buat aku!” sungut Aruna menatap wajah Fahri kesal.

Fahri sedikit terkejut mendengar Aruna yang berkata dengan nada tinggi. Dia melihat dari ujung mata cewek itu perlahan air mata mengalir membasahi pipinya.

Aruna pun segera pergi membawa ikan hias itu di tangannya. Fahri mengikuti kemana tujuan cewek itu akan pergi. Ternyata ke halaman belakang rumah.

Dengan terisak Aruna menggali-gali tanah yang berada di bawah tanaman bunga Aster merah muda itu. Akhirnya Fahri ikut berjongkok dan membantu cewek itu untuk menggali tanah.

Setelah selesai mengubur ikan hias itu Aruna masih belum juga berhenti menangis. Parahnya Aruna mengusap wajahnya yang berlinang air mata dengan tangan yang kotor sehabis menggali tanah tadi. Membuat wajah cewek itu sampai jadi cemong.

Fahri pun insiatif membantu membersihkan wajah Aruna yang kotor dengan lengan bajunya. “Maaf aku gak tahu kalau ikan hias ini sangat berarti buat kamu. Lagian gak semua hal bisa digantiin dengan yang baru kan.”

Aruna malah tersindir sendiri mendengar ucapan Fahri. Karena Fahri yang dari dulu ada hatinya perlahan digantikan oleh sosok Arsyad. Jadi sekarang apa Aruna sedang mencoba menukar Fahri dengan Arsyad?

Apakah perasaan yang dia miliki untuk Fahri perlahan akan mati seperti ikan hias pemberian dari cowok itu? Kehilangan ikan hias itu saja Aruna sesakit ini. Apa dia akan mampu untuk kehilangan sosok Fahri?

Malamnya Fahri belum pulang juga dari rumah Aruna. Cowok itu recananya akan menginap di sana untuk menemani Aruna. Karena orang tua cewek itu yang harus pergi ke acara di rumah pamannya. Jadi mereka hanya tinggal berdua saja malam itu.

Selama bersama dengan Fahri cewek itu seperti mengacuhkannya. Aruna hanya diam saja dari tadi. Saat sedang makan malam pun cewek itu hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya.

“Kamu kok gak makan Aruna? Masakan ibumu ini enak lho,” ujar Fahri yang tengah sibuk mengunyah makanan di dalam mulutnya.

“Yaudah kalau enak kamu juga habisin punya aku ya. Aku lagi gak nafsu buat makan,” pinta Aruna menyodorkan piring miliknya pada cowok itu.

Akhirnya Fahri makan porsi dua piring malam itu. Ketika selesai makan dia memegangi perutnya karena kekenyangan. Aruna yang melihat kelakuan cowok itu tersenyum kecil.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh di luar. Sepertinya akan turun hujan. Benar saja, ketika Aruna baru selesai mencuci piring kotor hujan pun turun.

Saat Aruna hendak menuju kamarnya mendadak Fahri langsung membopong tubuhnya seperti seorang pengantin menuju ke luar rumah.

Aruna meronta minta dilepaskan tapi cowok itu malah tertawa dan baru melepaskan Aruna saat mereka sudah hujan-hujanan di halaman rumah.

“Kamu kenapa sih? Jahil banget. Ini baju aku jadi basah kuyup kan,” protes Aruna mengusap wajahnya

Yang kini basah terkena air hujan.

“Aku mau main hujan-hujanan kayak waktu kita kecil dulu.”

“Udah gede masih aja mau main hujan. Aku mau balik ke dalam, dingin. Kamu juga, nanti demam baru tahu rasa,” tolak Aruna segera masuk ke dalam rumah lagi.

“Ah Aruna gak seruu, cetus Fahri menyusul cewek itu masuk ke dalam rumah.

“Ayo dong Aruna main hujan di luar,” pinta Fahri ketika berada di dalam. Dia masih saja memohon padahal jelas-jelas cewek itu tidak mau.

Baru saja hendak menolak ajakan Fahri.

Aruna melihat cowok itu kini terlihat kedinginan mengusap-usap tubuhnya. Aruna buru-buru mengambilkan handuk dan memberikan pada Fahri.

“Kamu kenapa?” tanya Aruna membantu mengeringkan tubuh cowok itu.

“G-Gak tau, kayaknya aku kedinginan. Padahal baru juga kena hujan bentar, balas Fahri dengan tubuh yang semakin mengigil.

“Kamu sih, sok-sokan mau main hujan,” oceh Aruna membawa cowok itu untuk beristirahat di kamar. Dia memberikan kompres untuk menurunkan panas cowok itu.

Aruna menaikan selimut menutupi tubuh Fahri

Sampai ke lehernya. Wajah cowok itu tampak berkeringat karena demam.

“Aruna maafın aku ya, karena kemarin-kemarin aku gak bisa buat ketemuan sama kamu,” lirih Fahri dengan suara yang sedikit bergetar karena tubuhnya yang sedang mengigil.

“Iya aku maafın tapi lain kali kalau kamu gitu lagi aku bakal ngambek. Aku tahu kita gak punya hubungan apa-apa. Tapi kita sama-sama tahu kalau hubungan kita berdua sudah lebih dari sekedar teman dekat. Makanya aku bakal marah kalau kamu tolak ajakan aku. Nanti aku jalan sama cowok lain kamu baru

Nyesel,” ujar Aruna seraya mengganti kompres cowok itu.

“Tapi bukannya tadi kamu barusan jalan sama Arsyad ya? Aku tahu dari Tiara. Kenapa kamu gak angkat telpon

uku?”

Aruna terdiam mendengar perkataan Fahri. Dia lalu memutuskan untuk pergi dari kamar itu dengan alasan ingin mengganti air kompresan.

Saat Aruna kembali ke kamar itu dia heran mendapati kasur yang kosong. Kemana perginya Fahri? Lalu mendadak ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

“Kamu jangan nakal lagi ya. Nanti aku bakal marah,” bisik Fahri pada telinga cewek itu.

******

Aruna memandangi wajah Fahri yang sudah terlelap tidur. Dari dulu dia suka melihat cowok itu ketika tidur. Perlahan jari-jemarinya menyingkirkan rambut yang menutupi wajah milik Fahri.

Rambut cowok itu sudah lebih panjang sekarang. Kemarin-kemarin Aruna sudah menyuruh untuk memotong rambutnya. Tapi sepertinya Fahri kelupaan atau memang sengaja untuk memanjangkannya.

Aruna tersenyum geli menyadari sesuatu. Dia merasa mereka berdua sangat begitu dekat pun juga terasa begitu jauh. Sampai sekarang dia masih bertanya-tanya.

Kenapa cowok itu tidak pernah menyatakan perasaannya pada dirinya?

Walaupun Aruna tahu perasaan Fahri untuk dirinya ada. Tapi dia butuh sesuatu yang lebih. Dia ingin sebuah pengakuan. Hanya itu saja.

Apa lagi alasan Fahri? Bahkan Kak Taufik saja sampai melamarnya. Itu tandanya kalau pria itu benar-benar serius denganya. Meski sayangnya dia tidak memiliki perasaan yang sama.

Apa Fahri tidak benar-benar serius padanya? Atau mungkin dirinya belum cukup pantas untuk mendapatkan pengakuan itu?

Aruna sudah cukup lama menunggu. Tapi Fahri seolah menarik ulur hatinya. Bahkan terasa ingin melepaskan dirinya. Aruna tahu kalau di belakangnya cowok itu sudah dekat dengan cewek lain.

Jadi apakah salah jika dia pun mulai mencoba melonggarkan ikatan ini. Agar tidak tertarik ke dalam kesedihan yang dia tidak inginkan. Kenapa Fahri melakukan ini semua? Apakah dirinya masih belum cukup untuk cowok itu?

Padahal apa yang Fahri lakukan hanyalah akan menghancurkan segalanya. Ketika dia ingin

mendapatkan dua cinta perempuan. Cowok itu tidak tahu kalau dia akan kehilangan satu cinta di antaranya.

Dan jika salah satunya harus pergi. Itu adalah Aruna sendiri. Karena dia tidak mau untuk berbagi cinta Fahri dengan cewek lain. Tidak akan pernah.

Aruna ingin menjadi satu-satunya. Kalau tidak begitu, sampai kapanpun mereka tidak akan pernah bersatu. Dia memang egois. Lagipula siapa juga yang mau cintanya dibagi.

Harta yang dibagi mungkin akan terbagi rata. Tapi cinta cowok pada dua perempuan yang berbeda tidak akan pernah adil.

Perlahan Aruna mengusap wajah Fahri. Seperti saat ini dia memberikan kasih sayangnya ketika cowok itu tertidur pulas. Mungkin saja Fahri belum begitu menyadari cinta tulusnya.

Cahaya sinar matahari pagi di luar jendela mengusik tidur Fahri. Dia paling tidak bisa jika ada cahaya ketika tidur. Mungkin semalam Aruna lupa menutup gordennya.

Saat dia hendak menutup gorden di sampingnya. Tangannya terasa tertindih sesuatu. Ketika dia melirik ke sampingnya. Ternyata ada Aruna di sana. Apa cewek itu menemaninya semalaman suntuk? Sampai ketiduran begitu.

Fahri melepaskan kompresan di dahinya. Sepertinya keadaanya sudah membaik dari semalam. Terdengar panggilan telepon. Dia pun beranjak mencoba meraih ponsel di atas meja di sampingnya.

Ternyata panggilan dari teman sekelasnya. Cewek itu bilang padanya untuk segera pergi ke kampus. Dia sudah menunggu untuk dijemput olehnya.

Fahri membalas kalau dia akan segera menjemput cewek itu. Tunggu saja. Setelah menutup telepon itu. Dia menatap wajah Aruna yang masih tertidur pulas.

Perlahan dia menarik tangannya dari tindihan kepala cewek itu. Fahri beranjak dari kasur. Dia menaruh bantal di bawah kepala Aruna.

“Aruna aku pergi duluan ya. Terima kasih sudah

merawatku semalam. Nanti kalau tidak lupa. Aku akan mampir ke toko ikan hias dan membelikanmu ikan yang baru,” ucap Fahri tersenyum tipis kemudian

berlalu pergi meninggalkan kamar itu.

Ketika pintu kamar terdengar telah tertutup. Aruna membukakan kelopak matanya perlahan. Tampak matanya berair namun bibirnya tersenyum. Entah tersenyum senang atau pilu.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!