Dahlia'S Deadly Trail { Jejak Maut Dahlia }

"Tidak di sangka kapten Helena lebih dingin dari yang ku kira. " Ucap Jasper yang beranjak dari kursinya dan berdiri tepat di hadapan Helena.

Matanya juga tidak sedetikpun teralihkan dari wajah Helena, dia juga melanjutkan perkataannya: " Lagi pula kita satu tim mulai dari sekarang, bukankah sudah sewajarnya untuk saling bekerjasama? "

"Tim? " Seakan mendengar sesuatu yang sangat lucu. Helena tiba-tiba tersenyum, tapi sayangnya senyuman ini sama sekali tidak mencapai matanya.

" Sejak kapan kau menjadi bagian dari tim ku? " Lanjut Helena yang langsung membuat suasana di sekitar berubah menjadi tegang, bahkan beberapa orang-orang yang tidak tahan dengan suasana di antara keduanya sudah lama lari keluar kantor.

"Bukankah tadi kau pergi untuk menemui pak komisaris? Apa dia tidak mengatakan apapun soal bergabung nya aku dalam tim mu? " Tanya Jasper.

"Dia mengatakan nya. " Jawab Helena masih dengan senyum yang tidak mencapai matanya.

"Lalu kau.."

Sebelum Jasper dapat menyelesaikan perkataannya, Helena sudah lebih dulu menyela nya dengan berkata .

"Tapi apa hubungannya dengan ku? "

"??? " Jasper Mengangkat alisnya sedikit kebingungan muncul di wajah dinginnya.

" Mau orang dari petinggi negara yang mengirim mu kemari atau pak komisaris yang memasukan mu kedalam tim ku. Apa hubungannya semua itu dengan ku? Selama aku tidak menerima mu dalam tim ini, apa mereka bisa melakukan sesuatu padaku tentang hal ini? " Kata Helena dengan nada penuh Sarkasme sambil melipat kedua tangannya di dada.

Mendengar ini, Jasper tertegun sejenak dan menundukkan kepalanya, lalu terkekeh dan mengangguk.

" Baiklah kau benar, aku seharusnya sudah menebak kau tidak akan mungkin menerima ku secepat itu. Tenang saja aku akan segera membuktikan padamu bahwa aku cocok dengan tim ini dan kau juga membutuhkan kehadiran ku dalam penyelidikan ini."

" Terserah kau mau melakukan apa, intinya jangan ganggu penyelidik ku. Minggir." Helena menggeser tubuh Jasper ke samping dan duduk di meja kantor nya sendiri.

Di sisi lain, meskipun ekspresi Jasper tidak terlihat berubah sama sekali dan bisa di bilang masih tanpa ekspresi. Tapi jika seseorang memperhatikannya dengan seksama ada sedikit kelembutan dan senyuman di kedua matanya.

Beberapa hari berlalu, dan Jasper benar-benar mencoba membuktikan dirinya kalau ia layak tinggal di Tim kriminal ini.

Dengan membantu Helena menangani berbagai kasus pembunuhan lain, mengurus dokumen dan laporan kasus, bahkan dia mengikuti nya kemanapun Helena pergi tanpa lelah.

Bahkan saat ini dia membantu Helena membuatkan kopi untuk di minum.

"Kapten silakan minum kopinya, aku sudah membuatnya sesuai kebiasaan takaran mu. "

Helena melirik kopi yang di letakan Jasper di atas mejanya dan kembali menatap layar komputer nya sambil berkata dengan nada acuh tak acuh, " Aku tidak sedang ingin minum kopi, kau bisa mengambil nya kembali. "

Setelah mengatakan itu, terlepas bagaimana tanggapan Jasper. Helena tetap sibuk dengan layar komputer nya.

"Kalau begitu kapten ingin minum apa? Teh? Jus? Atau susu? Akan ku buatkan. "

Helena menarik nafasnya dalam-dalam dan memejamkan matanya, lalu melirik dingin Jasper. " Tidak bisakah kau berhenti bicara sebentar? Aku sedang sibuk, kau sangat menganggu ku. "

" Maaf, aku tidak menganggu mu lagi. Silakan lanjutkan kembali pekerjaan mu. " Ucap Jasper sambil tersenyum tipis dan membuat isyarat agar Helena kembali fokus ke layar komputernya.

Sementara itu, Mia dan Joshua yang menyaksikan semua ini saling memandang. Sampai Mia mengisyaratkan agar Joshua mengikuti nya ke ruang kopi.

Di ruang kopi yang memiliki jendela yang langsung mengarah ke meja kantor mereka, Mia dan Joshua mulai berbicara.

" Aku tidak pernah menyangka bahkan setelah beberapa hari berlalu, Jasper belum juga ada tanda-tanda akan menyerah. " Ungkap Mia yang kagum sambil matanya memandang Jasper yang berkerja di dekat kaptennya.

" Kalau aku sih tidak terlalu terkejut, soalnya aku sudah membaca dari wajahnya kalau si anak baru bukanlah tipe orang yang mudah menyerah begitu saja. " Kata Joshua.

Mia mengangguk setuju, " Kau benar, tapi ngomong-ngomong aku sangat penasaran. Kenapa kapten begitu enggan menerima Jasper, lagi pula menurut apa yang ku dengar Jasper ini merupakan orang yang sangat berbakat. Jadi tidak akan rugi kalau dia di biarkan bergabung ke dalam tim kita."

"Masalah itu sendiri tidak bisa sepenuhnya di salahkan ke kapten. " Ucap Joshua sambil menghela nafas panjang.

" Eh, dari kata-kata mu terdengar ada cerita masa lalu tentang masalah ini. "

Alih-alih menjawab pertanyaan ini Joshua justru kembali mengajukan pertanyaan padanya, " Kau satu tahun bergabung lebih lambat dari ku, kan? "

" Iya..."

" Karena itu kau tidak akan tahu bahwa beberapa tahun yang lalu kapten pernah meminta pak komisaris untuk memasukkan seorang profiler ke dalam tim, karena kapten merasa dengan kehadiran orang seperti itu dapat dengan bisa membantu perkembangan penyelidikan nya.

Tapi sayang hampir setengah profiler yang di kirim pak komisaris atau petinggi kepolisian lain, selalu punya karakteristik sama yaitu sombong dan bangga. Karena mereka seorang profiler, mereka tidak pernah mau membaca file kasus penyelidikan Dahlia Hitam dengan teliti. Kalaupun di baca, paling itu akan di lupakan dalam beberapa sesaat.

Mereka juga beranggapan tugas mereka adalah mengamati karakteristik penjahat dan latar kehidupannya, sehingga hal lain mereka abaikan yang membuat kapten lama-kelamaan kehilangan kesabaran dan mulai mengusir semua profiler yang tidak berguna ini.

Tapi jika hanya masalah ini, itu mungkin tidak akan menyebabkan kapten begitu menolak kehadiran Jasper. Masalah utamanya adalah seorang profiler yang di kirim kepolisian pusat telah di ketahui memfoto file kasus Dahlia Hitam dan membicarakan nya dengan temannya di luar negeri, dan lagi-lagi jika ini hanya pembicaraan profesional mungkin tidak akan menjadi masalah.

Tapi yang salahkan, orang ini menggunakan foto file kasus ini sebagai ajang pamer kalau dirinya begitu kuat dan sangat di butuhkan tim ini, sehingga ia yakin kapten tim kita tidak akan mengusir nya dan terus mempertahankannya. Namun seperti kata pepatah tidak peduli sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga.

Hal ini terbongkar oleh dia langsung saat sedang mabuk di acara makan-makan bersama tim saat itu. Pada hari yang sama dia juga langsung di pecat dan di usir oleh kapten.

Sekarang kau mengerti mengapa kapten tidak menerima Jasper bergabung dengan tim kita? Itu semua bukan karena tindakan egois atau apapun itu, tapi itu semua karena kapten sudah terlalu banyak di gigit ular. Jadi tak heran dia akan takut saat melihat ular lagi, dia takut Jasper bertindak sama dengan orang-orang sebelumnya. " Jelas Joshua.

Dan Mia yang mendengar ini tidak menyangka kalau alasan di balik penolak keras kaptennya adalah karena masa lalu yang kurang tidak menyenangkan.

Apa yang tidak keduanya sadari kalau percakapan mereka saat ini kebetulan di dengar oleh Jasper yang awalnya ingin menuangkan kopi lagi untuk dirinya sendiri.

Dia tidak pernah menyangka akan mendengar informasi berguna saat pergi ke ruang kopi, ini sungguh perjalanan tidak sia-sia.

...----------------...

GIFT 🌹🌹☕☕ VOTE 🎟️ LIKE 👍 KOMEN 💬 FOLLOW

NO SIDER 🚫