NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:286.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: Tya

Betapa hancurnya perasaanku, saat aku tau suamiku menikah diam diam di belakangku dengan temanku..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Aku menekan pedal gas mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit, hati sedikit cemas dan was-was.

Setibanya di sana, aku langsung berjalan cepat menuju ruang dokter Arka yang telah menangani Mama. Aku mengetuk pintu ruangannya.

Tok tok...

"Masuk," seru Dokter Arka dari dalam.

Ceklek.

Aku membuka pintu dan melangkah masuk, "Sore, Dok," sapaku sambil berjalan mendekat ke Dokter Arka yang sedang duduk di balik meja.

"Silahkan duduk, Rea," balas Dokter Arka dengan senyuman ramah yang membuatku terpesona.

Aku sempat lupa sejenak bahwa aku sedang di sini untuk menanyakan kondisi Mama, bukan untuk menatap wajah tampan Dokter Arka.

"Baik, Dokter," aku mengambil tempat duduk di depan meja Dokter Arka, hanya terpisahkan oleh meja yang tertata rapi dengan berbagai alat medis dan dokumen.

Tanpa basa-basi, Dokter Arka langsung membuka pembicaraan mengenai kondisi Mama yang kian membaik.

"Rea, kondisi Mama sudah memasuki tahap penyembuhan. Kami telah melakukan berbagai upaya untuk mengobati penyakitnya, dan alhamdulilah hasilnya seperti yang kami inginkan"

Aku menundukkan kepala, merasakan duri yang menusuk-nusuk hati. "Lalu, apa yang harus kita lakukan, Dok?"

Dokter Arka menghela napas panjang, "Kami akan terus mencoba berbagai metode pengobatan, tetapi kita juga perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, Rea."

Mataku berkaca-kaca mendengar perkataan Dokter Arka. Aku mencoba menguatkan hati, berusaha menahan tangis yang hendak pecah karena semua ini.

"Terima kasih, Dok, atas segala upaya yang telah dilakukan untuk Mama."

Dokter Arka menatapku dengan mata yang penuh simpati, "Kami akan terus berjuang, Rea. Hingga mama kamu bener bener sembuh, semangat ya rea" tukas dokter arka sangat menenangkan sekali

Pikirannya melayang, merenung tentang kondisi kesehatan ibunya. Tiba-tiba, suara lembut dokter arak membuyarkan lamunanku.

"Rea, apa kamu baik-baik saja?" ujar Dokter Arka dengan nada menenangkan.

"I-iya, Dokter. Jadi, kapan Mama kontrol?" tanya ku, berusaha menenangkan dirinya.

"Satu minggu tiga kali, Rea. Nanti aku atur dulu jadwalnya. Boleh aku minta nomor ponsel kamu? Supaya nanti aku bisa menghubungi kamu?" Dokter Arka tersenyum ramah, seolah menenangkan hati aku yang gundah.

"Baik, Dokter," jawab ku sambil memberikan nomor ponselnya.

Hatinya berdebar, merasa berbunga-bunga meski ia tahu bahwa dokter tersebut hanya menjalankan tugasnya untuk membantu pasien dan keluarganya.

Tak lama kemudian, aku merasa ponselnya bergetar. Ia melihat pesan dari Dokter Arka yang membalas nomor ponselnya dengan kata 'yes'.

Senyuman tak bisa aku tahan, meski ia sadar bahwa semua dokter akan sama; memperlakukan dan menenangkan keluarga pasien dengan baik.

Namun, hati aku tak bisa menahan perasaan baper yang muncul saat berbicara dengan Dokter Arka.

Keluar dari ruangan dokter, langkahku terasa berat dan hatiku sedih. Aku baru saja menerima hasil pemeriksaan Mama yang mengharuskannya menjalani rawat jalan.

Aku mencoba menahan air mata, berusaha untuk tetap tegar, semua ini adalah ujianku dan aku harus kuat menghadapi semua ini.

Setelah selesai mengurus Administrasi, aku berjalan kearah apotik,Langkahku terhenti di apotek yang berada di dalam rumah sakit.

Bibik yang menemani tadi belum mengambil obat karena aku belum melunasi biaya perawatan Mama sepenuhnya. Kuputuskan untuk menyelesaikannya sekarang.

Antrian di apotek tampak sangat panjang, membuatku merasa lelah dan semakin sedih. Aku mencari tempat duduk yang kosong dan segera duduk di sana.

menghela napas panjang, Tangan kananku menggenggam ponsel, mencoba mencari hiburan di tengah kegalauan.

Tiba-tiba, ponselku bergetar. Kimberly, adikku, menelpon untuk menanyakan kabar.

Kimberly  ["Sudah beres semuanya di rumah sakit?"] tanyanya dengan suara yang penuh perhatian.

Aku [ "Belum, Kim. Aku masih di rumah sakit, mau nebus obat Mama,"]  jawabku sambil menatap antrian yang masih panjang di depanku.

Kimberly [ kalo bisa cepat ya Kak obatnya,.mama merasa pusing dan nafasnya berat ]

Aku [ siap dek ]

Kimberley mematikan teleponnya, Rasa sedihku semakin menjadi, tapi aku berusaha tetap tersenyum agar adik aku itu tidak terlalu khawatir.

Dengan hati berdebar, aku akhirnya berhasil menebus obat untuk mama setelah sekian lama menunggu.

Langkah kakiku terburu-buru meninggalkan rumah sakit, berharap waktu bisa berjalan lebih cepat.

Aku bergegas menuju parkiran mobil dan segera masuk ke dalam mobilku. Begitu aku menyalakan mesin, mobilku melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah.

Sesampainya di rumah, aku langsung membuka pintu dan berlari menuju kamar mama.

Begitu aku membuka pintu kamar, mataku langsung menangkap sosok Kimberly yang sedang bercanda ria dengan mama. Aku tersenyum melihat mama yang sudah tertawa lepas, begitu bahagia bersama Kimberly.

"Assalamualaikum, mama, Kimberly," seruku sambil tersenyum lega.

"Wa'alaikumsalam," jawab Kim dan mama serempak, lalu menoleh ke arahku.

Ekspresi wajah mereka terlihat bahagia dan hangat, membuatku merasa lega telah berhasil menebus obat yang mama butuhkan.

"Alhamdulillah, kamu sudah pulang, Nak," seru Mama dengan wajah sumringah saat melihatku masuk ke kamar.

"Sudah, Ma. Mamah sudah makan belum?" tanyaku dengan nada khawatir, memastikan Mama sudah makan agar bisa minum obat tepat waktu.

"Udah, tadi disuapin sama Kim. Obatnya mana, Nak?" tanya Mama, mengingatkanku untuk segera memberikan obat yang baru saja kubeli.

"Ini, Mah." Aku meletakkan obat Mama di atas meja samping kasur.

Sementara itu, Kimberly dengan sigap mengambil segelas air putih dari meja seberang.

Kubuka bungkus obat lalu memberikannya kepada Mama. Kimberly menyerahkan gelas berisi air putih. Mama segera meminum obat tersebut, seraya menatap kami penuh kasih.

"Terima kasih, ya, Anak-anak Mama. Semoga kalian bahagia selalu," seru Mama dengan mata berkaca-kaca, tersentuh oleh perhatian kami.

"Amin, Mah," jawabku dan Kimberly serentak, tersenyum lega melihat Mama sudah minum obat dan berharap Mama cepat sembuh.

Setelah berbincang panjang lebar dengan mama dan Kimberly, aku memutuskan untuk segera pergi ke kamar dan mandi.

Badanku terasa sangat lengket dan tak nyaman. Aku masuk ke dalam kamar, menghampiri cermin besar yang terpasang di dinding.

memandangi wajahku yang kusut, penuh dengan kekhawatiran. Betapa ironis, tak lama lagi aku akan menjadi seorang janda di usia 25 tahun.

Aku dan Hans memang menikah muda. Hans lima tahun lebih tua dariku, dan kami saling jatuh cinta sejak aku masih duduk di sma dan kenalan dengannya.

Namun, kebahagiaan kami harus terhenti ketika papa meninggal dunia, meninggalkanku dalam keadaan yang penuh kesedihan dan kehilangan.

Mama pun jatuh sakit karena terlalu memikirkan papa, dan sebagai anak sulung, aku yang harus meneruskan perusahaan papa di usia yang masih sangat muda.

Ketika aku berada di bawah pancuran air, air mataku pun bercampur dengan air yang membasahi tubuhku.

Kenangan-kenangan bersama Hans dan papa bergulir di benakku, membuat hatiku semakin terpuruk dalam kepedihan.

Aku merasakan beban yang begitu berat, namun aku tau bahwa aku harus tetap kuat dan bertahan demi mama dan adik-adikku.

Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dengan handuk dan mengenakan piyama yang nyaman.

Aku melangkah keluar dari kamar mandi, mencoba mengusir kesedihan yang menghantui pikiranku.

Aku tahu, kehidupan harus terus berlanjut dan aku harus menemukan cara untuk bangkit dari keterpurukan ini.

Namun, untuk saat ini, aku hanya bisa menangis dalam diam, meratapi nasib yang Sebentar lagi harus aku jalani sebagai seorang janda muda.

***

1
Dewi Nurani
deuh si rea jadi istri gak dihargai , sekarang punya pacar gak diterima , ngapain juga terus bertahan
Retno Harningsih
lanjut
sarinah najwa
kasian rhea... jangan sampai hanya menjaga jodoh orang...😔
Hanisah Nisa
lanjut
Boma
udah 3 taun aja itu pacaran,kalo di dunia nyatamah mana ada pacaran sama janda selama itu,ko betah ya,apa lgi gak di setujin sama ortunya
Lee Mba Young
Kok mau sih rea pacaran smp 3th kl kredit motor dah lunas itu, kl aku mah ogah bnget di tenteng sana sini pa lagi mamanya gk setuju.
kcuali Delfin teges tinggal kan rumah trus nikah hidup berjuang berdua dan buktikan kl mampu tnp ortu. baru keren kan gk durhaka cm gk di restui krn janda, kcuali gk di restui krn perempuannya bkn wanita baik baik itu baru aku di pihak mamanya.
Retno Harningsih
lanjut
Sunaryati
Benar Rea sudah terus sama Raka jika kamu jadian sama Selain, jadi Raka tidak menaruh harapan padamu
Nora♡~
Tetap💪💪💪thor lanjut..
Raufaya Raisa Putri
si rea ngg ad wibawany a... mau lanjut bc tp ngg sk karakter pu ny
Umi kalsum
iya suami Rena adalah nb hans
Soraya
lanjut
Soraya
knp Kirana di tinggal kn mereka pergi bertiga
Soraya
jangan telalu gampang jtuh cinta Rea
Soraya
jangan banyak pengulangan kata thor
Soraya
alurnya jdi monoton
Retno Harningsih
lanjut
Nur Hidayah
sepatutnya si rea tu hati2 dngan cowo....jual mahal sikit tak apa ...kan ada usaha sendiri...cuba thor ubah sikit penampilan si rea...tegas dan bijak sana...jngan bahagia dari kehancuran karina...udah karina ungkapkan perasaan nya ke rea dan delvin.seharus nya rea tu jngan terus menarima delvin dulu....
Hanisah Nisa
lanjut
Dewi Nurani
ih si rea bangga banget , biasanya kalau pernah disakitin akan lebih hati² malahan dia yg bucin jadi ilfil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!