Setelah di khianati dengan keji oleh kekasihnya, Gilang berencana membalaskan dendam dengan hidup bahagia dan menikahi bibi mantan kekasihnya.
Siapa sangka, wanita dingin yang merupakan bibi kekasihnya itu ternyata lebih sadis dari dugaan Gilang. Berniat menaklukan, justru Gilang kini harus rela di taklukan.
Mampukah Gilang mendapatkan hati wanita yang berusia lebih tua darinya itu?
Simak kisahnya, jangan loncat bab/ nabung bab/ hanya lewat.
Di larang melakukan spam apa lagi bom like!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Sensitif
"Sayang, aku mohon." Pinta Kinan, Gilang merasa berat dengan permintaan istrinya namun pada akhirnya dia mengangguk.
Kebiasaan baru akhirnya di lakukan pasangan pasutri itu, setiap pagi Kinan akan menyiapkan bekal suaminya berupa toge dan pagi hari akan memasak dengan menu yang ada toge-nya.
Namun, setelah beberapa bulan berlalu tidak ada hasil yang mereka harapkan. Bahkan setiap malam Kinan memiliki kebiasaan baru di sepertiga malam.
Kinan akan selalu berdo'a dan mengadu pada tuhannya, dia memohon untuk dapat di percaya menjadi seorang ibu. Beberapa kali Gilang melihat istrinya bangun malam-malam dan setiap hari Kinan tak pernah lagi meninggalkannya sholat.
Beberapa kali Gilang merasa tersentuh dengan ketulusan sang istri, dan pernikahan mereka akhirnya sampai pada usia satu tahun.
Kinan dan Gilang masih belum di beri momongan, beberapa orang berpendapat bila Kinan dan Gilang melakukan KB karena mereka sama-sama sibuk. Saat di tanya mertua mereka kapan punya momongan, mereka hanya akan tersenyum.
Eyang Puri di usianya yang senja juga pernah menanyakan hal itu, mereka bahkan berfikir bila Kinan dan Gilang melakukan sebuah kontrak pernikahan.
Di tengah kegaduhan kedua keluarga mereka, baik Kinan ataupun Gilang hanya dapat menepis sesekali dan meluruskan pandangan mereka. Meski demikan mereka tak ayal terus mencecar pertanyaan yang sama pada Kinan dan Gilang tak kala mereka berkunjung.
Keuangan Gilang akhirnya membaik, dan rumah impian mereka juga sudah selesai di bangun. Keadaan yang asri dan pantai yang damai menjadi salah satu ketenangan Gilang dan Kinan saat ini.
"Sayang?" Kinan saat ini tengah berada di bawah pohon di dekat rumah baru mereka, meski mereka belum resmi pindah dan masih membersihkannya namun mereka merasa damai di tempat itu.
"Ya?" Gilang menyahut yang kini tengah tertidur dalam paha sang istri, Kinan menatap langit yang biru indah.
"Seandainya kita gak bisa punya anak, apa kamu akan ninggalin aku?" Lirih Kinan, Gilang terperanjak dan langsung terduduk.
"Gak akan sayang, lagi pula ini semua salah aku. Ini karma buat aku yang melanggar batas, maafin aku sayang." Gilang memeluk perut istrinya.
"Jangan tinggalin aku, aku mohon!" Gilang memohon dan tubuhnya seketika bergetar. Membayangkan Kinan meninggalkannya adalah mimpi paling buruk bagi Gilang.
"Enggak, aku hanya berfikir bila kita akan menua di tempat ini bersama. Nanti kita angkat anak salah satu anaknya Yuhou saja gimana?" Usul Kinan, Gilang mengangguk.
Gilang sangat bersyukur memiliki Kinan, wanita yang tak pernah menyerah padanya, wanita yang tetap tegar di bawah gempuran. Gilang sangat menyesali kenakalannya di masa lalu, semua ini adalah harga yang harus Gilang bayar.
"Sayang?" Kinan mengangkat dagu suaminya, nampak air mata membasahi sudut mata pria itu.
"Aku mau pakai hijab, boleh ya?" Pinta Kinan, Gilang kembali tersenyum dan menganggukan kepalanya. Air matanya kembali jatuh dan mendekap erat tubuh sang istri.
Di tengah rasa penyesalannya, Gilang merasa begitu di hargai sang istri. Kinan tersenyum dan itu memang sudah menjadi pilihan akhirnya, Kinan akan mengabdi pada suaminya dan bahagia selamanya.
Tampa atau dengan anak, Kinan akan tetap jadi istri Gilang. Pengorbanan dan perjuangan Gilang selama satu tahun terakhir sudah membuktikan bagaimana sosok Gilang yang sesungguhnya di hadapan Kinan, dan Kinan sama sekali tidak menyesal menikah dengan Gilang.
Diam-diam Ibu Sani yang mendengar percakapan mereka merasa tersentuh, jadi bukan karena mereka melakukan KB ataupun melakukan penikahan kontrak.
Kinan dan Gilang memang tidak bisa mempunyai keturunan, saat mendengar Gilang mengatakan karma itu berarti sudah jelas bila Gilanglah yang mungkin saja mandul.
Ibu Sani mengusap air matanya dan menghubungi Mama Kinan, mereka akhirnya janjian untuk ketemuan. Dan mendapati bila mereka juga sudah salah sudah terus memojokan Kinan dan Gilang selama ini, tanpa tahu apa yang sedang di alami anak-anak mereka.
Sore hari akhirnya tiba, dering ponsel berupa panggilan sampai di ponsel Gilang. Kinan mengangkatnya, karena baik pekerjaan ataupun hal lainnya, Kinan sudah mendapatkan izin dari suaminya untuk ikut campur.
"Assalamualaikum Bayu?" Sapa Kinan, suara nafas berat Bayu terdengar di balik telepon.
"Kinan, ada hal penting saat ini. Kamu tahu mengenai tersangka penggelapan dana perusahaan bukan? Kami sudah menemukan Dila dan Kaila di kostan di pinggir kita." Ucap Bayu terengah-engah.
"Lantas, ada apa Bay. Kenapa kamu sampai nampak sebegitu rusuhnya?" Kinan merasa bingung, bahkan Bayu tak menjawab salamnya.
"I-itu Nan, Dila mengalami keracunan akibat over dosis obat-obatan. Sedangkan anak mereka yang berusia 4 bulan juga meninggal karena keracunan, kata pihak otopsi mengatakan bila bayi itu meminum racun tikus." Kinan menutup mulutnya mendengar itu.
"Lalu bagaimana dengan Kaila?" Tanya Kinan merasa sangat syok dengan kejadian itu.
"Kaila juga meminum racun tikus, sedangkan ibu tiri Yuhou di tusuk pisau. Bila di lihat hasil penyelidikan yang melakukannya adalah Kaila." Ucap Bayu, Gilang yang diam-diam mendengarkan percakapan itu juga merasa sangat terkejut.
"Kok bisa sih? Bukannya mereka juga punya cukup uang ya?" Gilang keheranan, bahkan dia perlu waktu tiga bulan demi menyeimbangkan kembali keuangan perusahaan.
"Mereka kecanduan berjudi, dan Dila menggunakan obat-obat terlarang." Ucap Bayu, Kinan tertegun dan menatap suaminya dengan sendu.
Mereka yang dapat dengan mudah memiliki anak justru membunuh anaknya dengan begitu sadis tanpa perasaan, sedangkan mereka yang menginginkan anak justru terus berdo'a siang dan malam.
"Terima kasih Bayu, kamu tidak pelu melanjutkan penyelidikan lagi." Ucap Gilang, Kinan mendekap perut suaminya dan terisak.
"Kamu nangis buat siapa sayang?" Gilang mengusap air mata istrinya.
"Buat bayi mereka Mas, dia belum punya salah apa-apa tapi su-" Gilang menutup bibir istrinya dengan kecupan.
"Jangan menangis lagi sayang, aku gak mau liat kamu nangis." Gilang mengecup kedua mata isterinya.
"Uhuk, uh mual banget sama aroma cat rumah ini." Kinan mengeluh, memang aroma khas rumah baru di cat tidak enak di hirup.
"Biar besok para pekerja yang lanjutkan ya? Ini juga udah sore, kita pulang dulu ya?" Pinta Gilang, Kinan akhirnya mengangguk setuju.
Beberapa hari terkahir Kinan memang merasakan ada yang aneh pada dirinya sendiri, dia sangat sensitif pada aroma yang sangat mencolok.
"Aku akan pergi dinas ke luar Negri besok pagi, aku akan pulang lusa." Ucap Gilang dengan berat hati, Kinan tersenyum dan memang sudah tahu dengan hal itu.
"Iya, aku juga sudah siapkan buat perlengkapannya kok. Kenapa kaya berat gitu, biasanya juga gak kaya gini?" Tanya Kinan, Gilang menghela nafas panjang.
jadi penasaran apa keunggulan seorang Dila dibandingkan dengan Gilang, apakah lebh perhatian ?
eh bener nggak?
Ayoklah Gilang demi masa depan loh..