NovelToon NovelToon
PANGERAN UWENTIRA

PANGERAN UWENTIRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / cintamanis / Cinta Beda Dunia
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: ALNA SELVIATA

"Jika di duniamu banyak melukaimu, maka aku akan datang dari dunia lain menyembuhkan lukamu"
kisah nyata ini berawal dari kisah Hanum yang berlibur dirumah neneknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan anak laki-laki tampan yang seumuran dengan dirinya. Anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya sebagai Dominic. Sejak pertemuan itu di kebun kopi, Hanum dan Dominic seringkali bertemu, mereka bermain bersama seperti layaknya anak seusia mereka.
Tiba waktunya, liburan sekolah Hanum telah usai. Kedua orang tua Hanum menjemput putrinya untuk kembali ke kota. Hanum pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan kepada Dominic, hingga di hati Dominic menghadirkan rindu yang meluap hingga dewasa. perbedaan Dunia tidak menghalangi Dominic mencari Hanum, dia bahkan menyusuri kota-kota yang ada di Indonesia, namun langkahnya terhenti ketika mendapati seorang wanita yang menggendong anak kecil, wanita itu dipenuhi duka lara dan beban hidup. Wanita yang dapat membuat Pangeran Uwentira jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 KE KANTOR

Rachel bangun pagi-pagi hanya untuk mengikuti perkembangan kasus Ganiyah, dia tidak terlewatkan sedikitpun informasi putri dari kekasihnya itu. Bangun sepagi itu adalah hal yang sulit baginya dihari-hari biasa. Rachel setiap jam mengirim pesan ke Revan, akan tetapi tak ada satupun dibalas.

"Apakah benar-benar Revan yang bermain kali ini? Mungkinkah?"

Rachel yang bertengkar dengan pikirannya sendiri mengobrak-abrik barang di meja riasnya. Karena masalah Ganiyah, dia bahkan tak bergairah berdandan, Rachel tidak bisa membayangkan jika dia dipenjara atas pembunuhan berencana nya terhadap Ganiyah. Untuk memastikan Revan sudah ada di kantor, Rachel menghubungi sekretaris asli Revan. Ternyata benar, Revan sedang berada di ruangan sejak semalaman.

"Pak Revan sudah ada sebelum kami datang," kata sekretaris itu.

Sebelumnya Rachel ada sekretaris Revan, namun karena sudah menjadi kekasihnya, Rachel diminta untuk berhenti sebagai karyawan, Revan selalu menjanjikan untuk menikahi Rachel jika sudah tiba waktunya.

Rachel bergegas turun dari apartemennya, kali ini dia kembali mengemudi mobil demi sepuas melancong sana-sini, dari tadi ponselnya selalu memanggil nomor Revan, tapi pria itu tetap saja mengabaikannya. Dari radio mobilnya, berita penculikan Ganiyah disiarkan dimana-mana, mereka menginformasikan jika sampai saat itu polisi belum juga menemukan petunjuk baru.

"Belum ada informasi, berarti aku masih aman, tapi sampai kapan? Haruskah aku menyuruh orang-orang menyelidiki penculiknya?"

Rachel menambah kecepatan mobilnya, dia ingin segera sampai di kantor Revan sebelum kekasihnya itu pergi lagi.

***

Hanum terbangun dari tidurnya, semalaman menangis dia tak sengaja tertidur di kamar Ganiyah, baju-baju putrinya ia lipat lalu dimasukkan kembali ke lemari. Air mata Hanum sudah habis, yang ada hanya tangis rintihan yang sesekali keluar dari mulutnya. Hanum keluar dari kamar Ganiyah dengan membawa hati yang hampa.

"Ahk, Bi Rini, bikin saya kaget," pekik Hanum karena kehadiran pembantunya di depan pintu secara tiba-tiba .

"Maaf, Bu. Saya sedari tadi menunggu Ibu, tapi saya tidak berani mengetuk," ucap Bi Rini.

"Ada apa? Ada yang ingin Bi Rini sampaikan?"

"Di luar ada tamu Pak Revan, pria yang kemarin, Bu."

Hanum terdiam sesaat, mengingat pria yang dimaksud oleh Bi Rini, dibenaknya hanya ada nama Don seorang, benarkah itu Don? Hanum bergegas keluar menemui pria yang sudah sepakat menjadi temannya itu, ternyata benar, pria tampan dengan tinggi 186 cm telah berdiri santai didepan pintu masuk, Don memakai kemeja putih dengan paper bag di tangannya.

"Don, kamu sudah datang?" Tanya Hanum. Nada suaranya terdengar memendam luka.

Don membalikkan badan seraya tersenyum,

"Aku kembali karena mendengar Ganiyah hilang, Hanum..maafkan aku karena sebagai teman aku tidak bisa menjaga Ganiyah saat itu," ucap Don bersimpati. Dia amat terpukul melihat Hanum yang dirundung kesedihan yang mendalam.

Hanum kembali menitikkan air mata, menatap sendu pria yang serasa memiliki keterikatan batin dengannya itu.

"Ganiyahku hilang, dia di culik Don.." Ucapnya.

Don meletakkan barang bawaannya dilantai, tak kuasa melihat Hanum memikul beban kesedihan itu seorang diri, Don memberanikan diri mengusap kepala Hanum, menyeka air matanya di sisi kanan-kiri.

"Kita akan mencarinya bersama-sama, aku yakin, kesedihanmu ini hanya karena khawatir, jika hatimu tidak sepanik itu dan tidak merasakan gemetaran apa-apa, percayalah..Ganiyah pasti baik-baik saja," kata Don yang memberikan nasehat dari sisi ilmu kebatinan.

Don yakin selalu ada keterikatan batin antara Ibu dengan anak, Hanum hanya terlihat sedih karena kehilangan putrinya, bukan karena kesedihan yang membuatnya kehilangan separuh hidup.

"Ada yang menculik Ganiyah, mungkin saja itu lawan-lawan Revan, aku yakin itu," ujar Hanum. Dia sudah sejujur itu mengatakan kepada Don.

Don meraih tangan Hanum, "Mandilah terlebih dulu, aku akan menemui Revan, tunggu aku disini saja, ini saranku sebagai temanmu," pinta Don.

Hanum menurut, dia pikir dia tak mampu ikut mencari Ganiyah jika harus berdampingan Revan yang menatapnya dengan kebencian, belum lagi adanya Rachel yang selalu ada didekat Revan, wanita yang pandai mengadu domba, acap kali memperkeruh suasana.

Don kembali masuk ke mobilnya, bersama asisten pribadinya Don menuju ke kantor Revan. Dia akan meminta sesuatu dari suami Hanum itu agar memudahkan pencarian Ganiyah. Di sisi lain, ada misi yang akan ia lakukan, yaitu menemui Rachel yang sudah tercatat sebagai orang yang sudah menjadi daftar hitam.

"Tuan, apakah kita akan berada seminggu disini?" Tanya Qenza, asisten pribadinya.

"Kita usahakan, aku tidak bisa jauh dari Hanum jika keadaannya seperti ini, kesedihannya adalah kesedihanku," sahut Don yang memandang lepas di luar jendela mobilnya.

Garis wajahnya tegas, namun tetap tampan dengan senyuman manis menawan, hidungnya lancip dengan alis yang tebal menambah estetik wajahnya. Setiap kaum hawa yang melihatnya, tentu akan terpesona dengan ketampanan pria yang misterius itu.

Setengah jam jarak tempuh, Qenza memarkirkan mobil di depan pintu masuk kantor Revan, dia bergegas keluar dari mobil membukakan pintu untuk Don. Kedua pria berkharisma itu masuk ke kantor Revan dengan tatapan dingin, para karyawan wanita semuanya mencuri pandang kepada tamu bosnya itu. Qenza, asisten Don yang berwajah kaku menanyakan keberadaan Don kepada resepsionis.

"Apakah Pak Revan ada di ruangannya?"

"Iya, Pak. Apakah sudah membuat janji?" Tanya resepsionis yang baru saja dua hari bekerja itu.

Kawannya yang berada disamping langsung menyenggol tangannya. Dia mengambil alih untuk melayani pertanyaan Qenza.

"Maaf, Pak. Pak Revan ada di dalam, saya bisa mengantarkan anda bersama Pak Don ke ruangannya, mari .."

Mata resepsionis itu berkedip, memberikan kode atas kesalahan kecil yang dilakukan kawannya. Revan sudah lama mewanti-wanti seluruh karyawannya agar mengistimewakan kedatangan Don.

"Baiklah, antarkan kami," kata Qenza dengan wajah dinginnya.

Qenza kembali menemui Don yang berdiri menunggunya.

"Mari Tuan, kita langsung ke ruangannya," ucap Qenza.

Sebenarnya berpura-pura memperlakukan Don bak orang biasa adalah kesulitan Qenza, dia selalu merasa bersalah jika Don diperlakukan sebagai bos besar semata. Namun, inilah yang harus mereka lakukan, butuh waktu setahun agar dia lebih berani memperlakukan Don layaknya orang biasa pada umumnya.

Sekretaris itu membawa Don dan Qenza ke ruangan Revan yang berada di lantai empat, sejenak sekretaris itu mengajak Qenza berbicara, tetapi sebagai pria yang totalitas dalan bekerja, Qenza hanya terdiam, tak membalas sepatah katapun.

Melihat sikap asistennya, Don tersenyum tipis, sejak kecil asistennya itu memang tipe pria yang kaku, selalu saja mengabaikan orang-orang yamg ingin mengajaknya berbaur.

"Apakah di ruangan itu Pak Revan seorang diri?" tanya Qenza. Dia memastikan jika di kantor itu tidak menyimpan bahaya sedikitpun untuk Don.

"Sebelum anda datang, Nona Rachel sudah ada, mungkin saja di ruangan itu lagi," sahut sekretaris itu.

"Tapi .." Kata Qenza.

"Biarkan saja, itu tidak mengapa," Don menimpali. Baginya bertemu dengan Revan dengan hadirnya Rachel adalah hal yang sudah biasa. Bukankah hari itu memang ia sudah berencana untuk menemui Rachel?

1
Ir Ma
suka cerita nya
Minn
sejauh ini semuanya bagus tor👍👍
Minn
pasangan yang serasi klop👍👍
Sandy Adalangi
lanjut doong
zin
Hadir kak,
boleh mampir di karya ku kak,
Cinta Setelah Kata Cerai
zin
/Whimper/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!