Pearl Ocean Harris mengira kalau Sam Wayne Wesly adalah pria yang dijodohkan dengannya. Ketika rasa suka pada pandangan pertama masuk ke relung hati, dia disadarkan bahwa kenyataannya Zack Xavier Wesly lah yang akan menjadi calon suaminya.
Terlanjur menerima perjodohan membuat Pearl tak bisa lari dari kenyataan. Dia terpaksa menerima perjodohan yang tak diinginkan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan itu saat tahu suaminya memiliki cinta rahasia? Akankah Pearl berpaling dari Zack? Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisy Arbia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Ego
Suasana bulan madu yang seharusnya indah, berakhir dengan saling tidak bertegur sapa. Manakala ketika Zack tahu bahwa kepercayaannya kepada Pearl disalahgunakan.
"Zack, tolong jangan bersikap begitu." Pearl hanya mencoba menetralkan keadaan agar mereka kembali seperti semula. Mendiamkan Zack sama saja hidup dengan maneken.
Sungguh, bukan ini yang diinginkan. Bulan madu tipuan ini juga bukan keinginannya. Jadi, semua murni keinginan Zack. Pearl hanya mengikuti ke mana pun keinginan pria itu.
"Kalau kau tidak mau bicara juga, baiklah. Mari kita pulang saja!" lanjut Pearl yang sudah bernada emosi. Dia lantas masuk ke kamar lalu mengemas beberapa baju yang sempat dia keluarkan sebelumnya.
Tak disangka, Zack juga sudah berada di belakangnya. Dia juga melakukan hal yang sama membuat gadis itu terheran lalu berkomentar.
"Kau ini bagaimana? Katanya bulan madu, tetapi—"
Tiba-tiba dua tangan melingkar di pinggang Pearl secara tiba-tiba. Dia pun tidak merasakan keberatan. Malah merasa ada sesuatu yang berbeda. Sepertinya inilah yang diinginkan pasangan yang berbeda pandangan dan pemikiran itu.
"Zack ...." Panggilan itu terdengar lembut, berbeda, dan menyajikan suasana yang tidak pernah dirasakan Pearl sebelumnya.
Seketika suasana semakin canggung tatkala Zack mengubah posisi, berpindah ke hadapan Pearl lalu menunjukkan sisi romantisnya. Pearl merasa kalau dirinya sedang berada di sebuah pesta besar dan hanya merekalah yang menjadi pusat perhatian. Untuk pertama kalinya, Zack mendaratkan bibirnya di bibir gadis itu. Perlahan, tetapi pasti berubah menjadi ciuman yang menggebu.
Tanpa mereka sadari, keduanya melakukan hal yang sama-sama tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya saja, ketika akan berlanjut ke hal-hal yang lebih sensitif lainnya, Pearl mendadak menghentikan aktivitas mereka.
"Cukup, Zack! Kurasa bukan ini yang kita inginkan. Pikiran kita berbeda untuk bisa menjadi satu," ujar Pearl yang kemudian melanjutkan mengepak pakaiannya.
Zack tidak menyahut, tetapi dalam hatinya sudah memiliki perasaan yang berbeda. Hanya saja, sulit sekali mengakui bahwa pesona dan sikap Pearl yang bertolak belakang justru menjadikan daya tarik tersendiri. Terlebih mereka kerap kali terlibat dengan urusan pekerjaan.
Dia juga ikut mengepak pakaian, seperti yang dilakukan istrinya. Setelah itu, dia mengirimkan pesan kepada seseorang. Tak lama, jemputan pun datang. Tanpa banyak bicara lagi, mereka segera memasukkan koper masing-masing ke dalam bagasi.
Ketika Pearl memutuskan untuk duduk di sebelah sopir, Zack tak lagi memedulikan. Seolah dia terlihat tidak peduli dengan apa pun yang dilakukan sang istri. Anggap saja ini adalah keputusan yang terbaik untuk beberapa hari ke depan sampai mereka kembali akur.
Sementara itu, di kediaman Vincent, suasana sedang tidak terkendali. Sarah memaki anak bungsunya sebab sudah membuat suasana hatinya memburuk. Tidak hanya itu, Sam sedang berusaha melindungi diri untuk menghubungi kakaknya. Siapa tahu dengan mendengar nama putra sulungnya itu, suasana hati Sarah kembali membaik.
Masalah bermula ketika Sam mengungkit hubungannya dengan Victoria yang harus berakhir karena gadis itu memilih untuk tidak memiliki anak. Sedangkan pihak keluarga Sam menuntut mereka untuk memiliki anak lebih dulu ketimbang Zack. Entah, ide apa yang mendasari Sarah berbuat demikian.
“Kau mau tinggal bersama wanita yang tidak berperasaan, hemm? Coba pikirkan kelakuan wanita itu di luaran sana! Tidakkah kau tahu bahwa wanita seperti Victoria hanya akan mengincar hartamu saja? Setelah dia mendapatkan yang diinginkan, secepatnya kau akan didepak dari kehidupannya. Paham!” Sarah benar-benar kesal. Zack memang menyebalkan, tetapi menghadapi putra bungsunya jauh lebih menyebalkan.
“Sam, mamamu benar. Pikirkan lagi semua nasihat yang kami katakan. Atau kalau kau tidak mau mendengarkan, paling tidak tunggulah kakakmu pulang.” Vincent mencoba menjadi penengah di antara mereka.
Sam malah menertawakan papanya. Mereka hanya tidak tahu saja kalau Zack sedang memainkan peran berbulan madu, seolah semuanya akan baik-baik saja. Sudah lama rencana itu tercetus dari mulut pria yang berstatus sebagai kakaknya. Sam juga tahu itu, tetapi awalnya tidak ingin membongkar di hadapan semua orang. Namun, kondisinya terdesak sehingga dia harus menyerang kedua orang tuanya.
“Mama dan Papa rupanya sama saja. Kalian memang cerdas, tetapi ketika salah satu anak kalian berpura-pura, begitu saja tidak tahu.” Sam masih mencoba memberikan teka-teki.
“Apa maksudmu, Sam?” tanya Sarah.
Anak lelakinya itu pasti mengetahui sesuatu hal, tetapi tidak mau berterus terang. Sejujurnya Sarah merasa terganggu dengan ucapannya, tetapi dia harus tetap sabar sampai mendapatkan jawaban tersebut. Jika bukan dari mulut Sam maka Vincent harus menemukan jawabannya.
Wanita paruh baya itu lantas memberikan kode kepada Vincent agar segera menyelidikinya, padahal semua jawaban itu bisa didapatkan dari foto yang dikirimkan Zack kepadanya. Hanya saja, pria itu benar-benar tidak menyadarinya.
“Baiklah, Sam, kalau kau tidak mau mengatakan sejujurnya, biar papa saja yang akan mencari jawaban dari semua itu.” Vincent yakin kalau dia akan selangkah lebih jauh daripada anak-anaknya.
Selama pasangan baru dalam perjalanan, mereka tidak tahu kalau menjadi bahan pembicaraan di rumah. Keduanya sesekali terlibat pembicaraan, tetapi kemudian terdiam lagi. Pearl sempat mengutarakan kekecewaannya sebab menikah dengan Zack. Kalau boleh memilih, Sam lah yang terbaik menurutnya.
“Oh, jadi, kau mau menukarku dengan bocah tengik itu?” ujar Zack seakan tidak terima.
“Kalau kau setuju.”
“Baik. Aku akan bicara pada papa dan mama,” pungkas Zack sebelum mereka sampai di sebuah restoran yang dituju.
Beberapa jam perjalanan membuat mereka lapar, tetapi tak satu pun yang mau menurunkan ego masing-masing. Pearl masih bersikeras dengan perpisahan mereka, sedangkan Zack masih berharap kalau Pearl luluh dengan sendirinya. Itu akan menjadi hal tersulit di dalam pernikahan mereka.
Sesampainya di restoran, Zack dan Pearl tidak duduk semeja. Mereka memilih untuk duduk di tempat masing-masing, tentunya dengan kenyamanan yang mereka dapatkan. Sesekali Zack melirik kea rah Pearl yang sibuk dengan makanannya.
“Huft, sampai kapan kami akan seperti ini? Aku terlalu sulit untuk mengungkapkan perasaanku, sedangkan dia mendominasi agar aku tidak bisa mendekat. Sungguh hubungan yang rumit. Aku merasa lelah,” batin Zack sambil menikmati dessert sebagai akhir dari kegiatan makannya kali ini.
Berada di sudut yang berbeda, Pearl juga sedang memikirkan hubungan pernikahannya. Akan sangat lucu kalau mereka bercerai di usia pernikahan yang baru beberapa minggu berjalan. Para orang tua pasti akan merasa kecewa dengan keputusan yang akan dia buat. Terlebih pihak keluarganya yang paling terlibat langsung dengan keluarga pihak suaminya akan merasa dirugikan.
“Aku tidak bisa seperti ini. Mungkin ada yang salah dengan hubungan kami. Selama ini kami terlalu tidak peduli satu sama lain. Sudah saatnya berbicara satu sama lain untuk menentukan mau dibawa ke mana pernikahan ini. Huft, papa … ini sungguh rumit sekali. Bantu aku, Pa!” Pearl bergumam.
Semangat seng
cemungut thor