Seorang inspektur kepolisian yang jujur dibuat pusing dengan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan para pejabat negara. Abimanyu yang ternilai teliti dipermainkan dengan permainan pelaku yang sangat pintar dalam menyembunyikan jejak. Di tengah pemecahan kasus pembunuhan berantai, Abimanyu mendapatkan tugas untuk melatih anggota baru kepolisian, dan disinilah dia bertemu dengan Gaurav yang merupakan anak sebatang kara dari kota Jaipur.
- Update seminggu sekali, setiap hari kamis.
- Follow @mommess__ dan @flowersmommess__ untuk mendapatkan informasi mengenai update terbaru 'Last Punishment : DEATH'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGGANTIKAN AAROHI.
Aarohi seketika pingsan di tempat. Mereka ingin menghabisi Aarohi saat itu juga. Tapi nafsu bejat mereka naik. Mereka bermaksud memperkosa keduanya sebelum menghabisinya. Namun tiba-tiba Nainaa terbangun dan langsung menendang alat vital penjahat yang ingin memperkosanya. Nainaa mengambil senjata penjahat itu dan menodongkan nya ke para penjahat itu.
"JIKA ADA YANG BERANI MENDEKAT AKAN KU HABISI KALIAN." Nainaa mendekati Aarohi dan berusaha membangunkannya. Untung saja Aarohi terbangun. "Bibi, " gumam Aarohi pelan dengan nada sayup-sayup. Nainaa meminta Aarohi untuk tetap di belakangnya. Saat menyadari Nainaa akan kabur, para penjahat itu langsung menendang senjata di tangan Nainaa. Karena panik Nainaa dan Aarohi kembali kabur. Sialnya kaki Aarohi tertembak timah panas. Karena nya Aarohi terjatuh. Dia menangis dan menjerit kesakitan. "AAROHI, " teriak Nainaa yang langsung membantu Aarohi.
"Bibi sakit, "
"Bertahan ya sayang. Kita pasti selamat." Para penjahat itu kembali mendekati keduanya. Nainaa kini hanya bisa memohon agar mereka tidak menyakiti Aarohi lagi. Penjahat itu sama sekali tidak peduli. Mereka melayangkan pisau ke arah Aarohi. Nainaa melindungi Aarohi yang membuat dirinya tertusuk dari belakang. "B-bibi." Aarohi ketakutan saat melihat Nainaa tertusuk. Nainaa langsung memeluk erat Aarohi untuk melindunginya. Penjahat itu sempat kesulitan memisahkan keduanya, karena pelukan Nainaa begitu kuat.
"HEI, " teriak seseorang yang membuat mereka berhenti. Dari kejauhan nampak seorang pria yang tidak begitu jelas wajahnya. Pria itu perlahan berjalan mendekati mereka. Pria itu kini mulai dekat, dan berdiri di hadapan Nainaa maupun Aarohi. Nainaa menaikkan sedikit pendangannya untuk menatap pria tersebut. Melihat pria itu Nainaa sedikit terkejut dan teringat dengan ciri-ciri pria yang pernah Meera ceritakan ke Prathap. Nainaa mengira kalau para penjahat ini merupakan suruhan dari pria tersebut. Ia ketakutan dan langsung memeluk Aarohi sekuat mungkin. Pria itu justru melawan para penjahat tersebut. Nainaa bingung saat melihat pria tersebut bertarung menghadapi para penjahat tersebut. Di tengah pria itu melawan para penjahat tersebut, Nainaa diam-diam membawa Aarohi untuk segera melarikan diri. Setelah cukup lama berkelahi, akhirnya pria itu menang. Seluruh penjahat itu langsung melarikan diri karena ketakutan. Pria itu berbalik dan mendapati Nainaa maupun Aarohi yang sudah tidak ada di sana.
...***...
Sementara itu Nainaa dan Aarohi kebetulan melihat kantor polisi. Nainaa langsung membawa Aarohi untuk meminta pertolongan.
"PRATHAP, " teriak Nainaa yang panik sambil menahan rasa sakit. Seluruh polisi yang masih berjaga langsung terkejut melihat Nainaa dan Aarohi yang berlumuran darah. "NAINAA?" Prathap langsung menghampiri Nainaa. Polisi lainnya juga membantu Aarohi. Gaurav yang sedang tertidur terbangun saat mendengar suara keributan. Ia mengintip sedikit di balik sel tahanan. Betapa terkejutnya Gaurav saat melihat Nainaa yang berlumuran darah. "NAINAA." Teriakan Gaurav di dengar oleh Prathap. Ia langsung mendekati Gaurav dan membukakan sel tahanan Gaurav. Setelah terbuka, Gaurav berlari menghampiri Nainaa.
"Nainaa. Apa yang terjadi?"
"Se... Sekelompok orang asing menyerang kami saat di perjalanan, "
"Dimana mereka sekarang?" Tanya Prathap.
"Mereka masih di pasar. Ada seorang pria yang menyelamatkan kami. Ta-tapi... Pria itu persis seperti... Seperti ciri-ciri pelaku penculikan yang pernah Meera ceritakan, " ujar Nainaa yang terbata-bata. Prathap langsung memerintahkan tim nya untuk memeriksa tempat tersebut dan mengejar para pelaku. Gaurav menoleh ke arah Aarohi yang nampak ketakutan. Ia menghampiri Aarohi.
"Aru (nama panggilan dari Gaurav)." Melihat Gaurav, Aarohi langsung memeluknya. "Paman, aku takut. Bibi Nainaa terluka karena ku, " gumam Aarohi. "Jangan takut. Sekarang kalian baik-baik saja, " jawab Gaurav yang menenangkan Aarohi.
"Gaurav. Mobil sudah siap. Kami akan membawa mereka ke rumah sakit sekarang." Gaurav mengangguk dan langsung menggendong Aarohi. Ia juga merangkul Nainaa untuk menuntunnya berjalan. Keduanya pun di bawa ke rumah sakit, Gaurav juga ikut menemani keduanya ke rumah sakit.
...***...
Di rumah sakit, keduanya langsung di periksa. Kebetulan rumah sakit itu juga tempat Abimanyu di rawat. Melihat keramaian yang lalu lalang di depan ruangan mereka, Rasika keluar untuk mengeceknya. Ia terkejut saat melihat Nainaa dan juga Aarohi di bawa menggunakan brankar rumah sakit.
"Nainaa, Aarohi?" gumam Rasika saat keduanya lewat di hadapannya. "Maaf Nona Rasika. Kami harus segera memeriksanya, " ujar dokter yang sedikit mendorongnya. Di tengah kepanikan Rasika, ia melihat adanya Gaurav di sana.
"Gaurav. Apa yang terjadi pada mereka?"
"Sekelompok orang tak di kenal menyerang mereka. Kami sendiri belum tau pasti apa motif penyerangan ini, " gumam Gaurav. Di tengah kepanikan itu, Gaurav menatap sekilas ke arah Abimanyu yang masih terbaring.
"Prathap. Apa aku boleh menemui kakakku sebentar?" ujar Gaurav meminta izin. Prathap pun memberi izin. Gaurav kemudian masuk ke dalam kamar Abimanyu. Tatapan kesedihan tergambar jelas di wajah Gaurav. Ia mendekati Abimanyu dan duduk di sampingnya. Tidak ada kata-kata yang keluar dari lisan Gaurav. Dia hanya menatap Abimanyu sambil memegangi tangan Abimanyu yang kini sudah mulai berkerut.
"Gaurav, " panggil Rasika. Rupanya dokter ingin memberitahukan tentang kondisi Nainaa. Gaurav lalu keluar dan menemui dokter.
"Luka tusukan pada Nona Nainaa cukup dalam. Hal itu menyebabkan dia kecurangan banyak darah. Kita membutuhkan pendonor untuk Nona Nainaa, "
"Ambil saja darah saya dok, " gumam Gaurav.
"Apakah golongan darah mu OB+ ?"
"Tidak, "
"Maaf tuan Gaurav. Golongan darah Nona Nainaa OB+, "
"Ambil saja darah saya dok, " sahut Rasika. "Darah saya juga OB+" sambung Rasika. Dokter pun mengajak Rasika untuk menyelesaikan berkas pendonor. Lalu setelah itu ia akan melakukan operasi pengamblan darah.
...***...
Keesokan harinya, kepala sekolah di temani satu orang guru sekolah menjenguk Nainaa.
"Bapak kepala sekolah, " sahut Meera saat melihat kepala sekolah memasuki ruangan Aarohi.
"Meera. Kau tidak sekolah?"
"Tidak bapak. Jika aku sekolah siapa yang akan membantu ibuku?"
"Ibu pasti lelah jika harus mengurus ayah dan Aarohi secara bersamaan, "
"Anak pintar, "
"Aarohi. Bagaimana kondisimu nak?"
"Aku sudah membaik bapak. Tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku minta maaf pak tidak bisa mewakili sekolah dalam pertandingan besok, " ujar Aarohi yang kembali mengingat perlombaan itu. Dia tidak mungkin bisa berlari, jika kondisi kakinya seperti itu.
"Tidak apa-apa Aarohi. Bapak juga sudah memutuskan menunjuk Meera untuk menggantikan mu." Aarohi tersenyum bahagia setelah tau sahabatnya akan bertanding besok. Tapi di sini Meera kelihatan ragu.
"Meera. Ada apa?" tanya kepala sekolah.
"Bapak. Jika besok aku pergi berlomba, lalu siapa yang akan menemani sahabat ku? Dan... Bagaimana jika aku mengecewakan sekolah pak?"
"Meera. Masalah menang atau kalah itu urusan belakang, dan soal diriku... Kau tidak perlu khawatir. Ada perawat yang akan menemani ku. Dan aku akan menunggu kepulangan mu, " ucap Aarohi meyakinkan Meera. "Benar yang di katakan Aarohi nak." Meera tersenyum mempertimbangkan keputusannya. "Tapi pak. Aku minta izin pada ibuku dulu, "
"Ibu memberi izin nak, " sahut Rasika yang datang membawa dua gelas susu coklat hangat kesukaan Meera dan Aarohi.
"Ibu, "
"Ibu sudah mendengar nya. Dan ibu sangat menyetujui itu." Meera tersenyum gembira dan langsung memeluk ibunya.
"Bapak kepala sekolah. Aku mau mengikuti perlombaan tersebut, " ucap Meera. Kepala sekolah itu senang. Mereka lalu memberikan surat izin agar Rasika menandatanganinya. Setelah mendapatkan tanda tangan dari Rasika. Kepala sekolah pun pergi.
"Meera. Tapi ibu minta maaf ya. Besok nenek mu harus melakukan cek kesehatan rutin. Jika ibu pergi yang mengurus ayah mu siapa? Dan Aarohi... Dia pasti juga membutuhkan bantuan ibu, "
"Tidak apa-apa ibu. Ibu cukup di sini saja mengurus ayah ku, "
"Hey.. Apa kau lupa ayah mu itu suami ibu juga." Rasika tertawa sambil menggelitiki Meera.
good job💯👍👏