"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27.Menikah?
Untuk menghilangkan jejak mereka, Jay sengaja meninggalkan mobil patroli milik Jordan diperbatasan kota, tak lupa dia meninggalkan secarik kertas yang bertuliskan: 'Terima kasih dan ini aku ganti uang bahan bakarnya'. Memang terkesan simple, namun itu cukup membuat tawa Anna sempat tak tertahankan.
Ternyata Mafia yang satu ini gokil juga, haha!
"Kenapa kamu tersenyum, ada yang salah dariku?" Jay langsung memicingkan kedua matanya kearah Anna yang sudah membungkam paksa mulutnya, agar tawanya tidak menggelegar saat itu.
"Oh tidak, aku hanya-" Anna sontak melambaikan kedua tangannya untuk menampik, walau efek merah dikedua pipinya karena tertawa tidak dapat ditutupi.
"Hanya apa? jangan mengumpat diriku, ingat saat ini kita sedang diluar kota, bahkan di pelosok desa, aku bisa melakukan hal apapun denganmu, asal kamu tau?" Jay pura-pura menampilkan tatapan bengisnya, walau itu hanya candaan belaka, karena dia tidak mau menyakiti perasaan Anna walau hanya secuil saja.
"O.. Kamu berani mengancamku sekarang setelah membawa kabur diriku, tau gitu lebih baik aku ikut sama pak polisi aja tadi, nyebelin banget!" Anna mulai melipat kedua tangannya didepan dada dan memalingkan wajahnya.
"Eits, mana berani aku mengancam kamu sayang, aku hanya bercanda aja tadi, habisnya kamu menertawakanku, apa aku seperti badut dan lelucon bagimu?"
Jay langsung sengaja berlutut dihadapan Anna yang tengah duduk santai menikmati sebotol air mineral pemberiannya, seolah begitu takut jika Anna benar-benar marah hanya karena candaan belaka.
"Hei, bangun Ay! Dilihatin orang itu, kita sekarang ada dikhalayak ramai?" Mereka sedang berada dide0an warung minuman dipinggir jalan saat ini.
"Jika kamu menyuruh aku buka baju disini pun, aku akan membukanya." Tantang Jay untuk meyakinkan wanitanya.
"Kalau begitu coba buka?" Ledek Anna yang niatnya hanya bermain-main saja.
Krak!
"Wow, keren sekali tubuh pria itu."
Saat Jay membuka bajunya, sontak bisik-bisik orang disekitar mulai terdengar.
"Astaga, pakai bajumu Ayang!" Anna langsung berdiri dan membantu memakaikan kembali baju Jay.
"Sudah putus semua kancingnya!" Namun Jay memilih bersikap masa bodoh.
"Ya ampun, aku nggak nyangka loh kamu beneran mau buka baju ditempat umum, nggak malu apa, atau kamu sengaja mau pamer tubuh didepan gadis-gadis itu, hah? Cepat pakai lagi, biar aja nggak dikancing asal dipakai!" Anna langsung melotot kearah Jay yang hanya tersenyum-senyum saja melihat kepanikan Anna.
"Bukannya sudah aku bilang, kalau aku akan melakukan apapun untukmu, lalu kenapa kamu menantangku?" Dengan santainya Jay malah memeluk pinggang Anna yang seolah tidak rela jika gadis-gadis itu mengagumi tubuh dirinya, yang memang sangat kekar itu.
Jay, sebenarnya seberapa besar perasaanmu terhadapku? Kenapa aku malah jadi takut sendiri akan semua tentangmu?
"Sudahlah, kita ke Rumah sakit saja sekarang." Anna langsung menarik lengan Jay, saat melihat kaki Jay yang hanya diperban dengan kain seadannya, untuk menghambat laju darah yang masih terus menetes.
"Tidak perlu." Jay memilih kembali duduk, sambil menenggak air mineral sisa yang tadi Anna minum.
"Peluru itu masih ada dikakimu Ayang." Antara heran, takjub dan juga aneh yang Anna rasakan saat ini, saat melihat tingkah Jay yang seolah tidak terlalu memikirkan kakinya, padahal itu jelas terluka.
"Its okey, aku bisa mengatasinya sendiri nanti." Celetuk Jay kembali yang membuat Anna kesal sendiri jadinya.
"Lebih baik aku menyerahkan diri ke kantor polisi jika kamu tidak mau mengobati lukamu itu!" Ancam Anna kembali.
"Anna, kalau kita ke Rumah sakit, identitas kita akan tertinggal disana, dan mereka pasti akan mudah untuk menemukan keberadaan kita sayang."
Lambat laun juga mereka pasti akan menemukan kita Jay!
"Aku tidak mau tahu, obati dulu lukamu baru kita pergi."
"Kita pergi ke suatu tempat dulu." Denganpangkah tertatih-tatih, Jay kembali mengajak Anna menaiki mobil lain disana.
"Kemana? Obati dulu lukamu!"
"Ini juga mau aku obati, tapi tidak disini."
Kehidupan Jay memang misterius, ada saja hal yang seolah diluar nalar dan tidak bisa diduga.
"Tempat apa ini?"
Anna mengedarkan kedua matanya saat dia sudah sampai disatu tempat yang menurutnya sangat asing.
Tanpa menggunakan obat bius atau obat penahan rasa sakit, begitu dia memasuki ruangan itu, dia langsung menyobek kulit dibagian luka dikakinya dan segera mengeluarkan biji besi yang tertancap disana dengan mudahnya.
Jay tadi membawa Anna kedalam sebuah ruangan yang komplit dengan berbagai macam peralatan rumah sakit dan juga obat, namun tidak ada seorang pun yang ada didalamnya.
"Astaga Ay, apa itu tidak sakit!" Anna langsung menjerit saat Jay mengambil sebuah jarum kecil dan mulai menjahit luka dikakinya sendiri.
"Diam Anna, jangan mengacaukan konsentrasiku." Jay tidak mengalihkan pandangannya, dia seolah menjadi dokter bedah amatiran untuk diri sendiri, dengan melakukan operasi kecil mandiri, bahkan dengan gesit langsung membalut lukanya dengan perban, tanpa menghiraukan darah segar yang masih terus mengalir dikakinya.
"Ayang, tapi itu--?"
Anna memilih memalingkan wajahnya, tidak mampu lagi harus berkata apa, dan memilih mengalihkan pandangan ke ruangan yang memang sangat aneh bagi Anna, namun tidak bagi Jay, karena itu adalah salah satu tempat persembunyiannya yang akan dia datangi saat salah satu dari dari mereka terluka, tanpa harus khawatir akan terbongkarnya identitas pribadi milik mereka.
Ini tidak seberapa, dibanding dengan kehidupan kerasku Anna!
Bukan satu atau dua kali, sosok Jay terkena sebuah tembakan, karena memang sudah konsekuensi dari pekerjaan beratnya, jadi dia bisa menahan diri saat terluka seperti ini, asalkan mereka masih sadar dan lukanya tidak terkena pada bagian yang fatal, pasti Jay akan melakukannya sendiri.
"Apa kamu mau membantu mengobatinya?"
"Tapi aku bukan dokter, bahkan aku tidak punya obatnya?" Jawab Anna yang kembali mendekat.
"Peluk aku!"
"Hah?"
"Cukup kamu peluk aku saja dan rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya."
Grep!
Tanpa menunggu jeda, Anna langsung memeluk tubuh Jay, dia yang hanya melihat saja merasa ikut ngilu dan ngeri sendiri, namun raut wajah Jay tetap terlihat santai, seolah sudah mati rasa saja.
"Ayang--"
"Hmm."
"Bisakah kamu keluar dari dunia hitam ini?"
Saat tubuh mereka bersentuhan, tak dapat dipungkiri bahwa Anna merasakan apa itu yang disebut getar-getar cinta, namun Anna selalu kembali sadar bahwa Jay saat ini masih berada dijalan yang salah.
"Why? Ini pekerjaanku sayang, i'm okey right?" Jay mengeratkan pelukan mereka. Seumur hidupnya setelah menjadi seorang mafia bayaran, baru kali ini dia benar-benar takut jika kehilangan seorang wanita.
"Jika aku akan meninggalkan semuanya demi kamu, apa kamu mau meninggalkan pekerjaan kamu demi aku?" Anna meregangkan pelukannya dan mulai mengusap rahang pipi Jay.
"Tapi--?"
"Aku ingin hidup damai dan tentram Ayang, tanpa harus berhubungan dengan dosa."
"Lalu, apa kamu sanggup hidup tanpa uang?" Karena selama ini, misi dan visi Jay adalah uang semata, karena tanpa uang dia tidak bisa apa-apa.
"Kita bisa kerja apa saja nanti, yang penting halal Ay?"
Disinilah kelemahan Anna sebagai seorang wanita yang memang mudah sekali baper.
"Tidak semudah itu Sayang, keperluan hidup seseorang tidak sesimple itu, nanti kamu kaget, atau mungkin kamu sewot dan bahkan sampai harus marah-marah jika aku tidak bisa memberimu uang lebih?" Ucap Jay yang memang masih menghambakan uang.
"Aku bukan gadis matre Ayang?"
"Tapi selain butuh makan, kamu juga butuh pakaian yang bagus, tas yang bermerk, sepatu yang kokoh tak tertandingi dan masih banyak lagi bukan?"
Karena biasanya dengan Uang Jay bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan, bahkan jika dia menginginkan seorang wanita untuk melampiaskan diri, hanya dengan satu kali jentikan dan tumpukan uang, dia langsung bisa mendapatkannya.
"Aku tidak serumit itu Ayang, kita ambil simpelnya saja."
"Maksudnya?"
"Kita bisa kerja jadi kuli kek, tukang bersih kek atau apapun itu, yang penting cukup untuk biaya makan apa saja saat ini."
"Aku tidak mau hidupmu jadi susah karena aku Sayang."
Jay benar-benar tidak punya pikiran sedikitpun untuk beralih profesi, hanya karena takut dosa.
"Tapi aku--?"
"Kita jalani saja semua seperti semula sayang, hanya saja untuk sementara kita butuh istirahat dulu, nanti kita bisa bisnis bareng lagi." Jay kembali memeluk tubuh Anna, karena dia mendapatkan satu kenyaman dari sana yang tidak ia dapatkan dari orang lain.
"Sebenarnya aku sama sekali tidak menginginkan hidup seperti ini, jadi bagaimana kalau kita keluar dari kehidupan yang rumit ini." Rasa sukanya kepada Jay seolah melupakan niat awal Anna masuk kedalam dunia hitam itu.
"Lalu, haruskah kita menikah saja?"
Untuk pertama kali didalam kisah perjalanan hidupnya, dia mengatakan hal itu dengan sesosok wanita.
"APA? MENIKAH?"
Suasana langsung terasa hening, Anna memang sangat berharap jika sosok Jay tobat dan berubah menjadi orang yang berada dijalan yang lurus, tapi untuk saat ini sama sekali belum terbersit didalam pikirannya keinginan untuk menikah, apalagi menikah dengan sosok buronan mafia yang selalu berada dalam situasi bahaya. Dan yang paling penting akan sulit bagi Anna untuk mendapatkan restu dari wali satu-satunya.
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤