Helena Berasal keluarga Kaya Raya, kehidupan Mewahnya dan semua yang dia miliki seakan membuatnya tercekik, kehadiran ibu sambung dan juga anaknya membuatnya Terselengser dari Apa yang dia Nikmati bahkan kini dia sangat menderita, untuk Membalaskan Rasa sakit hati, dia menikah dengan lelaki Kaya yang saat itu di desak keluarganya menikah dan diancam dibatalkan jadi pewaris keluarga.
Mereka Bersepakat untuk melakukan pernikahan kontrak agar mereka mendapatkan tujuan mereka masing-masing
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Helena menatap ayahnya tidak percaya, bagaimana bisa ayahnya menikah lagi padahal ibunya baru meninggal 2 minggu lalu.
"Ayah, kenapa ayah lakukan ini??, ibu baru saja meninggal, bahkan tanah kuburannya belum kering, kenapa ayah lakukan ini?? ". Helena menggelengkan kepalanya menatap ayahnya dengan tidak percaya.
Tangisannya kini semakin deras tatkala ayahnya bahkan tidak peduli dengan apa yang dia katakan.
"Cukup Helena, diamlah!!, Ayah tidak butuh persetujuan mu, suka tidak suka, dia adalah ibumu sekarang, terima itu!! ". Suara wahyu menatap tajam sang anak.
Helena hanya bisa menunduk takut dan penuh rasa kecewa pada sang ayah, dia tahu dan yakin setelah ini kehidupannya pasti tidak akan sama.
Benar saja, baru beberapa hari mereka tinggal bersama Peringai Wahyu sangat berubah setelah itu, hampir setiap hari dia memukul anaknya karena laporan dan istri dan anaknya yang baru. Dia seakan lupa jika anak yang dia pukul dan siksa itu adalah adalah anak kandungnya sendiri.
Dugh. dugh.. Suara pukulan pintu kini terdengar semakin keras membuat Helena tersentak dari lamunannya.
Dia menatap datar arah pintu, dia tahu itu adalah ayahnya karena ayahnya berteriak seperti orang kesetanan.
"Mereka pasti sudah mengadu yang tidak-tidak lagi pada ayah". Gumamnya dengan kesal.
"Sedangkan diluar teriakan Wahyu semakin menjadi, sejak tadi dia berteriak memanggil anaknya tapi pintunya tidak dibuka.
"Helena keluar dari kamarmu, ayah mau bicara, buka pintunya" Teriaknya semakin menggedor pintu dengan penuh emosi
"Kurang ajar Helena mas, kamu dibiarkan teriak-teriak seperti ini, dia sengaja tidak membukakan pintu karena dia sudah berani padamu ". Ucap Soraya memanas-manasi suaminya agar semakin marah.
"Benar ayah, Helena harus diberi pelajaran karena berani melawan ayah".
Mereka berdua Menyeringai semakin memanas-manasi Wahyu supaya Helena bisa diusir dari sini dan mereka akan menguasai rumah mereka dan juga harta keluarga Bramasta.
"Akan ku dobrak pintunya".
Wahyu yang tengah diliputi amarah yang membara akhirnya akan mendobrak pintu itu tetapi saat dia baru ingin mendobrak pintunya terbuka menampilkan Helena dengan wajah berantakan dan mata sembab.
Wajah Wahyu yang tadinya penuh amarah berganti cemas tapi ego dan amarahnya mengalahkan segalanya, dia menepis rasa kasihan dan khawatir pada anaknya.
"Kau ini tuli Helena??, ayah menggedor pintumu sejak tadi, kamu sengaja kan?? ". Teriaknya mengcengkram tangan anaknya dengan kasar.
Helena meringis tapi kini menatap ayahnya dengan berani, dia sudah lelah diperlakukan seperti ini di rumahnya sendiri dia adalah anak kandung tapi ayahnya lebih menyayangi pernah lain dibandingkan dirinya bahkan tidak pernah memberinya kesempatan membela diri.
"Kenapa??, ayah mau memukul ku lagi?? ". Helena menatap ayahnya dengan kata berkaca-kaca dan juga terluka.
Wahyu terkesiap melihat tatapan anaknya itu, ada palu tak kasat mata yang memukulnya dengan keras dan itu sakit sekali
"He, jangan jangan kurang ajar pada ayahmu, kau ini sudah salah, jangan tidak tahu diri?? ". Kesal Soraya menunjuk kasar wajah Helena.
"Katakan ayah, ayah mau memukul ku lagi tanpa mau mendengar aku, Ayah hanya percaya dengan perkataan manusia yang baru ayah kenal, aku anak ayah, tapi ayah selalu membuatku tersisih dirumah ku sendiri, apa ayah juga mau membunuhku seperti ayah membunuh ibu?? ". Helena berjalan mendekati sang ayah dengan tatapan penuh kebencian, luka dan juga kecewa.
Wahyu mundur satu langkah ketika anaknya mendekati dirinya dengan tatapan tak biasa.
"Aku anak kandung ayah, setelah ayah mengenal perempuan perusak rumah tangga ibuku itu, ayah seperti orang lain, ayah memukul ibuku ketika dia membantah dan tidak menurut, hingga dia lelah dan akhirnya memilih bunuh diri karena tidak tahan perlakuan ayah, ayah juga mau membunuhku perlahan seperti nya?? ". Kilatan amarah dan kebencian itu menusuk sanubari Wahyu.
"Eh anak kurang ajar, jangan bicara sembarangan, aku bukan perusak ruang tangga orang, ayahmu sendiri yang menyukai dan memilihku". Teriak Soraya tidak terima dia ingin mendorong Helena dengan kasar tapi tangannya langsung ditepis oleh Helena.
"Terus apa yang namanya perempuan yang berselingkuh dengan suami orang??, apa namanya?? ". Helena menatap tajam Perempuan dihadapannya dengan penuh emosi.
" Diam kau sialan, berani aku menghina ibuku, mau mati ha!! ". Sintia ingin menyerang Helena tapi terhenti melihat tatapan murka itu.
Mereka berdua seakan lupa jika disamping mereka ada Wahyu, selama ini Wahyu tidak pernah tahu bagaimana perlakuan Istri dan anak tirinya, mereka sangat pandai bersandiwara.
"Memangnya kenapa??, bukankah kau dan ibumu selalu menghina ibuku??, ibuku gadis baik-baik yang dinikahi secara baik-baik oleh ayahku, tidak seperti ibumu yang berselingkuh dan menggoda suami orang". Teriak Helena dengan penuh kemurkaan
Plak.. Terdengar suara tamparan terdengar nyaring dirumah itu.
Wajah Helena tertoleh kesamping karena tamparan dari Wahyu, dia menatap nanar anaknya yang kini menatapnya dengan tatapan membuat tangannya gemetar.
Helena menganggukkan kepalanya menatap ayahnya dengan tatapan dingin, mata itu memancarkan luka dan kebencian mendalam padanya. tidak ada tatapan hangat seperti dulu saat anaknya ini menyambutnya saat pulang kerja.
"Terima kasih ayah, ayah membuatku yakin jika ayah tak layak menjadi ayahku, tak layak untuk menjadi suami ibuku??, aku sungguh-sungguh sangat membencimu tuan Wahyu Bramasta". Helena mendorong ayahnya sehingga terjatuh dan dia masuk kedalam kamarnya.
Tapi sebelum masuk kedalam kamar, dirinya menatap sang ayah dengan dingin dan penuh kesungguhan.
"Aku menyesal terlahir dari benih lelaki seperti mu, andai bisa aku memilih, aku tak mau menjadi anakmu tuan Wahyu Bramasta".
Blam. Helena menghempaskan pintu kamar itu dengan sangat keras sehingga berbunyi nyaring.
Sedangkan Wahyu kini terpaku melihat kepergian anaknya, dia memegang dadanya yang terasa sangat sesak, hatinya sungguh terluka mendengar perkataan anak kandungnya itu padanya.
"Papah tidak apa-apa?? ". Soraya bergerak cepat, dia tidak mau suaminya merasa kasihan kepada anaknya, bisa gawat posisinya nanti.
"Anak itu semakin kurang ajar setiap hari, bisa-bisanya dia berbuat kasar pada papah nya sendiri, apa dia mau jadi anak durhaka". Gerutu Soraya sambil membantu suaminya bangun untuk mencari simpati.
Wahyu tidak mengatakan apapun, tatapan anaknya menatapnya itu membuatnya terluka, dia tahu selama ini sikapnya sangat kasar dan keras kepada putrinya, bahkan dia tidak segan-segan memukulnya seperti memukul hewan dan mungkin ini adalah puncak rasa sakit hati yang tertanam, tapi dia adalah sorang ayah, dia hanya mendidik anaknya.
Dia berjalan meninggalkan Soraya dan juga Sintia menuju kamarnya, dia tidak menjawab apapun yang mereka katakan.
"Kita harus memberi pelajaran pada Helena ibu, dia sekarang bisa melawan kita, ini tidak bisa kita biarkan, dia harus tetap tunduk pada kita!! ". Sintia menatap ibunya dengan khawatir.
Apakah Wahyu akan menyesali perbuatannya pada anaknya sendiri atau dia tidak berubah dan tetap menerima hasutan dari istri dan anak tirinya itu?? .
Bagaimana ceritanya Guys, seru kah?? , Berikan komentar dan dukungan dengan cara yang baik yah☺
konfliknya tidak terlalu bertele"....
penyampaian kata" sangat baik dan cukup oke sejauh ini ceritanya gak buat bosan 👍
Semoga sukses kakk othor❤️
drama kehidupan sehari-hari