OTW Revisi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almira nur habibah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Happy
Rafa langsung menggendong Ira masuk kedalam kamar sebelah balkon. Dan menidurkannya di ranjang yang nampak bersih. Rafa menciumi wajah Ira, berharap ia segera bangun namun nyatanya Ira tidak bangun dan membuat dirinya cemas. Rafa segera menuruni anak tangga dan mengambil ponselnya di lantai 2, segera menghubungi dokter.
Bibi Nilam yang hawatir dengan keadaan Ira segera membuat bubur untuk Ira dan menuju lantai 4.
Dokter yang baru saja sampai, langsung di arahkan menuju lantai 4. Sesampainya di sana Dokter segera memeriksa tubuh Ira.
"Nona, tidak apa-apa Tuan. Nona hanya kelelahan dan belum makan saja. Tapi saya sarankan jangan membuat beban berat menimpa tubuh Nona Tuan. Karena sepertinya Nona sedang hamil muda. Coba di lakukan pengecekan ke RS Tuan, untuk memastikan." Ucap Dokter.
Rafa dan Bibi Nilam bahagia mendengar kabar tersebut.
Dokterpun berpamitan pulang.
Rafa mendekati Ira dan menciumi perut rata Ira. Bibi Nilam bersyukur sebesar-besarnya kepada Sang Maha Pencipta, karena di berikan anugerah yang besar.
"Bibi Nilam kebawah dulu ya Raf." Pamit Bibi Nilam ke Rafa. Rafa mengangguk.
Sekitar 10 menitan Ira mulai sadar dari pingsannya. Ira menatap Rafa yang memperhatikannya.
"Sayang, kamu bangun. Terimakasih sayang." Mencium bibir Ira sebentar.
Ira tersenyum bahagia.
"Aku kenapa?"
"Kita akan mempunyai baby sayang!" Rafa menciumi perut rata Ira.
"Bayi, aku akan menjadi Ibu. Apa aku bisa?" ucap Ira bersedih.
"Apa maksud kamu sayang?" Rafa menggengam tangan Ira.
"Bagaimana dengan dia?" air mata menetes. Ira masih mengingat foto yang dikirimkan Meisie.
"Kamu makan dulu, kasihan bayi kita." Rafa menyendokkan bubur yang hampir dingin ke mulut Ira.
Ira membuka mulutnya dan menghabiskan bubur tersebut. Ira mengumpulkan tenaganya untuk memarahai suaminya.
"JELASKANNN..." teriak Ira.
Rafa terkejut dengan ucapan Ira barusan.
"Sayang aku akan menceritakan sebenarnya. Kemarin Meisie pingsan aku kira dia cuma ekting, ternyata benar. Aku tidak mengendongnya Ira, para waiter aku suruh membopongnya ke ruang kesehatan. Dan Dokter mengatakan dia hamil." Ucap Rafa lirih di kalimat terakhirnya.
BBUUGGHHH... BUUGHHH....
Ira memukul badan Rafa berkali-kali, sampai Rafa mengeluh kesakitan.
"Dasar, laki-laki baji*** punya istri cantik masih genit. Sampai-sampai menghamili wanita lain." Ira memukul Rafa lagi dengan bantal.
"Aku tidak menghamilinya Ira!" dengan menahan tangan Ira yang akan memukulnya.
"Benarkah?" Ira berubah ekpersi yang awalnya seperti singa sekarang seperti kucing dalam sekejab.
Rafa menganggukkan kepalanya.
"Aku tanya sama kamu Raf, apa kamu masih mencintainya, dan satu lagi bagaimana info yang kamu cari melalui Meisie?" Ira meletakkan bantal yang ia gunakan memukul Rafa, ketempatnya.
"Aku tidak mencintainya sayang, aku hanya mencintaimu dan baby kita. Soal kecelakaan itu, ternyata Rudi orangnya. Mantan suami Meisie!" jawab Rafa bersedih.
Ira langsung memeluk tubuh Rafa. Rafa membalas pelukan Ira.
"Lalu, rencana apa yang kamu persiapkan selanjutnya Raf, apa kamu akan terus-terusan berpura-pura hilang ingatan di depan Meisie?"
"Sepertinya iya, aku ingin Meisie menjadi saksi kecelakaan itu. Karena hanya dia saksi kunci saat kecelakaan orangtuaku!" jawab Rafa.
"Dia hamil, aku juga hamil. Apa kamu tidak kasihan ke aku, aku tidak sanggup melihat kamu lebih dekat dengannya. Apa sebaiknya kamu berterus terang saja ke Meisie?"
"Apa dia mau membatu jika aku berterus terang? pasti dia tidak mau." Rafa binggung harus memutuskan bagaimana.
"Oke kalau begitu, aku punya cara sendiri menghadapi ini." Ucap Ira berdiri meninggalkan Rafa.
"Kenapa istriku menjadi galak sekali sih, hiks... hiks..." Rafa mengusap air matanya.
Rafa segera menyusul Ira yang sudah menuruni anak tangga. Ira berjalan dengan cepat.
Saat berada di lantai bawah Ira bertemu dengan Bibi Nilam. Ira tidak menceritakan masalah rumah tangganya ke Bibi Nilam, cukup Ira dan Rafa yang menuntaskan masalahnya.
Rafa was-was dengan Ira, dia takut masalah semalam di ceritakan, tetapi tebakannya salah Ira tidak menceritakkan masalah tersebut. Perasaan Rafa lega mendengar percakapan baik-baik saja. Rafa sangat bersalah kepada Ira.
Rafa langsung memeluk tubuh Ira dari belakang dan menciumi leher jenjang Ira, Ira merasa kegelian dan tidak nyaman karena ada Bibi Nilam. Bibi Nilam tersenyum.
"Hati-hati jika mau berhubungan badan. Kasihan babynya." Ucap Bibi Nilam menyindir dan berlalu pergi.
Rafa dan Ira wajahnya langsung memerah. Segera Rafa melepaskan pelukannya sedangkan Ira segera mencari kesibukan.
"Sayang kita periksakan baby kita ke RS yuk." Ajakan Rafa.
"Aku siap-siap dulu kalau begitu, kamu juga. Oh ya Raf, apa kamu sudah sarapan?" tanya Ira.
"Belum!" tiba-tiba perut Rafa berbunyi.
"Ayo, makan dulu." Menarik tangan Rafa. Rafa tersenyum bahagia, hatinya rasanya di tumbuhi bunga-bunga bermekaran.
Saat makan Rafa terus menatap wajah Ira yang teramat cantik sekali.
"Ada apa Raf, apa aku terlihat cantik?"
Rafa mengangguk.
Ira merasa malu, "cepat kamu habiskan itu makanannya." Memalingkan wajahnya.
Rafa tertawa kecil dengan tingkah Ira. Setelah menghabiskan sarapannya Rafa mengajak Ira ke kamar.
Setelah mandi Rafa dan Ira berangkat ke RS untuk memeriksa kandungan Ira. Benar saja Ira tengah mengandung usia masih sekitar 2 minggu. Disarankan untuk di jaga dengan baik.
Rafa terus-terusan menggengam tangan Ira dan engan untuk melepaskannya.
"Raf, apa tanganmu tidak kebas?"
"Tidak!" sambil mengayun-ngayunkan tangannya.
"HHAAAHHH..., manja sekali suamiku." Gumam lirih Ira.
Rafa yang mendengarnya langsung bersedih dan melepaskan tangannya, Ira langsung menatap wajah Rafa.
"Kamu kenapa Raf?" tanya Ira pada Rafa.
"Kamu tidak suka aku pegang?" Rafa menatap Ira dengan mata berkaca-kaca.
Ira melihat Rafa seperti itu menjadi kasihan. Dan segera menautkan jari jemarinya lagi. Rafa langsung tersenyum bahagia.
"Kita beli es cream ya sayang." Mengajak Ira ke supermarket dekat RS.
Ira tersenyum saja. Dan mengikuti langkah Rafa, Rafa segera mengambil kerenjang dorong dan berlari menuju tempat es cream.
"Ada apa dengan Rafa, bukannya aku yang hamil. Kenapa dia yang ngidam dan manja???" pertanyaan muncul di pikirannya.
Rafa membeli satu kerenjang penuh es cream. Ira hanya menggelengkan kepalanya.
"Aneh." Dalam batin Ira.
Setelah membayarnya Rafa mengajak Ira duduk di taman RS. Sambil memakan es cream. Sudah ke 5 kalinya Rafa membuka penutup es cream.
Ira yang masih memakan satu cap, langsung bengong. Rafa tidak menghiraukan Ira yang menatapnya tajam. Setelah menghabiskan banyak es cream Rafa mengajak Ira pulang.
Saat berada di jalan Rafa menghentikan laju kendaraannya. Ira binggung kenapa berhenti di pinggir jalan, padahal rumahnya masih jauh. Ira keluar mengikuti kemana Rafa berjalan, ternyata membeli ikan hias. Rafa terlihat seperti anak kecil yang senang di belikan mainan.
"Raf..." Ira menepuk pundak suaminya.
Rafa menoleh dan mengecup pipi Ira sebentar.
yg merasa islam wajib jawab!!
selamat malam