“Ara!!!!” pekikan bagai toa masjid begitu menggema di setiap sudut rumah ku yang tak begitu besar,
Ku hembuskan nafas kasar, mendengar suara yang begitu mengusik telinga di pagi yang begitu cerah ini.
“Bangun!!! Anak gadis jam segini belum bangun! Pantes aja jodohmu ga nongol-nongol” gerutu wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, yang tak lain adalah mama ku tercinta.
“Ara capek ma!!” gumamku enggan beranjak dari ranjang kecilku yang begitu nyaman.
“ih, bangun ga? Atau mama siram pakai air!”
Begitulah ancaman yang aku dengarkan setiap aku bangun siang, padahal aku juga tak bangun siang tiap hari, hanya saat hari libur saja, apalagi saat aku kena palang merah seperti saat ini, jadi aku ingin menikmati masa istirahatku setelah di forsir kerja hingga malam hari.
***
“Bukannya aku terlalu pemilih, tapi bagaimana aku mau memilih, kalau laki-laki saja tak ada yang mendekatiku, tak ada yang mengharap menjadi pendamping hidupku”—Humaira Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WS Ryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
🌺Happy Reading🌺
Tanpa menunggu lama, Hafa pun segera membalas membuat Ara tersenyum seraya menggelengkan kepala, ‘Mas Hafa emang ga kerja apa? Online terus dari tadi?’ gumamnya dalam hati
‘Bilang aja nanti di antar mas dek, belum jalan kan? baru mau jalan?’
^^^‘bilang mau otw nya dari 10 menit yang lalu mas, mungkin sekarang sudah di jalan’^^^
‘Yach,,, kan tadi mas udah bilang mas yang jemput sih dek’
^^^‘hehe…. Maaf mas, Ara belum bilang orang rumah tadi, besok aja kalau mau jemput mas’^^^
‘hmm,, ya sudah gapapa, mau gimana lagi…Besok berangkat kerja mas jemput ya?”
^^^‘ga usah mas, berangkatnya Ara bisa di antar Farhan, kasian mas nanti bolak balik, lagian kan Ara besok udah masuk normal’^^^
‘hmmmm…. Ya sudah, pulangnya aja besok mas antar’
^^^‘ya… maaf ya mas’^^^
Tanpa terasa jam sudah menunjukan tepat jam 5 sore, Ara pun segera mematikan komputernya dan meraih tasnya, perlahan ia bangkit dan berjalan pelan dengan Rindi yang membantunya.
“Buat jalan sakit banget ya mb?”
“lumayan sih Rin, mesti pelan-pelan”
“pulang bareng Rindi aja kalau gitu mbak, nanti biar diantar mas Hafa” ucap Rindi mencoba mendekatkan rakan kerjanya ini dengan kakak laki-lakinya, tidak tau saja kalau keduanya sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Hehe
“Adek mbak sudah jemput Rin” jawab Ara dengan tersenyum, dalam hati terkikik dengan tawaran yang di sampaikan juniornya yang tengah membantunya berjalan ini.
“wah, telat dong aku nya yang nawarin”
Ara pun tertawa mendengar keluhan Rindi yang tampak kecewa karena usahanya gagal.
“Terimakasih atas tawarannya, lain kali aja ya”
“Beneran ya mbak,…?” seketika raut kecewa itu langsung berubah sumringah, senyum lebar gadis itu langsung menghiasi wajah cantiknya.
Keduanya pun sampai di depan gerbang, dan terlihat ada beberapa kendaraan yang terparkir di sana menunggu keluarga mereka yang juga berkerja di sana, Ara pun melihat mobil Hafa yang terparkir dekat dengan gerbang, namun tak melihat mobil papa Ilham terparkir di sana.
“Dek…” sapa Hafa pada kedua gadis kesayangannya, tak biasanya Hafa turun dari mobil saat menjemput adiknya, tapi kali ini pria tampan berbadan tegap itu turun dan menyambut sang adik, membuat Rindi mengerutkan dahi bertanya-tanya.
“Mas Hafa tumben turun?” celetuk Rindi saat keduanya tiba di depan pria tampan itu,
“hmmm…. Sesekali gapapa kan?” jawab Hafa terkekeh seraya mengacak rambut adik kesayangannya, membuat Rindi memberengut kesal karena rambutnya jadi berantakan.
“Farhan belum sampai dek?” kini Hafa pun beralih menatap gadis pujaan hatinya, “mau bareng kita aja?”
“ga usah mas, bentar lagi mungkin”
Belum juga Hafa kembali menimpali ucapan Ara, mobil berwarna putih mendekati mereka dan membunyikan klaksonnya.
“Tuh Farhan sudah sampai, mbak pulang dulu ya Rin, mari mas”
Melihat Farhan yang sudah turun dari mobil dan menyodorkan tangannya membuat Ara langsung merangkul sang adik dengan tangan kirinya, mereka pun berjalan pelan hingga sampai mobil.
Setelah mamastikan sang kakak duduk dengan nyaman, Farhan berpamitan pada kedua kakak beradik yang masih berdiri di dekat mobil mereka.
“Kedip mas” ledek Rindi yang melihat Hafa masih memandangi Ara yang melambaikan tangannya pada mereka,
Hafa pun menoleh tersenyum gemas, kemudian kembali mengacak rambut sang adik sebelum terlebih dulu masuk ke dalam mobil.
“Tadi Rindi udah nawarin mbak Ara pulang barang lho mas, eh taunya udah di jemput sama adiknya.” curhat Rindi pada sang kakak saat di perjalanan.
“Kamu telat yang nawarin sih dek” Hafa terkekeh sembari meledek sang adik, padahal dalam hatinya, ia pun juga kecewa karena telat menawarkan menjemput gadis yang telah menjadi calon istrinya itu.
“Iya ih, tapi mas jangan khawatir, katanya lain kali mbak Ara mau bareng kita”
Hafa pun hanya tersenyum, ‘tentu saja dek, mas sudah ajakin tadi, dan lain kalai bakal bareng terus’ tentu saja ucapan itu hanya ia utarakan dalam hatinya, masih menyembunyikan hubungannya dengan sang kekasih, ia akan memberikan kejutan untuk sang adik. Hehe
“Hmmm, trus tadi gimana Ara kerjanya?”
“ya biasa aja sih mas, tapi emang lebih lambat dan butuh bantuan dari yang lain, kasian tau mas, tapi ya mbak Ara nya gitu, ga mau terlalu bebanin yang lain, dan tanggung jawab banget sama kerjaan dia” cerosos Rindi tanpa rasa curiga, ia menceritakan segala hal mengenai Ara pada kakak sulungnya dengan harapan kakaknya bisa lebih gercep lagi mendekati Ara, gadis dewasa yang ia gadang-gadang akan menjadi kakak iparnya.
Hafa yang mendengarkan cerita sang adik hanya menganggukan kepala, membiarkannya bercerita panjang lebar, dan sesekali menimpali sembari fokus dengan kemudinya.
Sementara di sisi jalan lain. Ara tengah menikmati perjalanannya, saat hampir mendekati lepangan dekat rumahnya, Ara pun mengambil tasnya dan mengeluarkan dompetnya dari dalam tas,
“Dek, beliin jajan sih, kakak ga bisa nyendok nasi kalau tangannya masih gini” ucapnya menatap sang adik dengan mengangkat tangan kanannya.
“Kakak mau apa? Nanti adek bantu suapin kakak kalau makan”
“tuh depan ada cilok, batagor, siomay, sosis bakar, beliin itu dek” tunjuk Ara saat melihat beberapa pedagang yang mangkal di pinggir lapangan.
“Semuanya?” tanya Farhan menggelengkan kepalanya heran, ia tau kakaknya itu suka sama jajanan pinggir jalan, tapi tak menyangka akan membeli semuanya,
“iya, eh ada roti bakar juga tuh, beliin yang coklat”
Tanpa membantah, Farhan menepikan mobilnya lalu turun dari mobil setelah menerima dompet dari sang kakak.
Sembari menunggu sang adik, Ara pun mamainkan ponselnya, ia lihat sudah ada chat dari kekasihnya yang menanyakan keberadaannya. Tak ingin kesusahan dalam mengetik, ia pun langsung menekan tombol telpon untuk menghubungi pria di seberang sana, yang tengah menunggu balasan darinya.
📱“Assalamu’alaikum mas”
📲“Wa’alaikumusalam, udah sampai rumah ya?”
📱“Belum masih di jalan, sampai lapangan deket rumah, mas sudah sampai?”
📲“Sudah, makanya mas langsung chat kamu dek”
📱“hmmm… buat istirahat kalau gitu mas, bersih-bersih sebelum maghrib,”
📲“Iya, bentar lagi, masih gerah? Masih lama sampai rumahnya?”
📱“Mungkin... Farhan lagi antri beli jajan”
📲“beli apa?”
📱“Banyak, ada cilok, batagor, sosis bakar, roti bakar”
📲“kok gak beli nasi lauk sih dek? Malah jajan, kata Rindi kamu tadi siang ga makan nasi ya?”
📱“Susah nyendoknya mas, makanya banyakin jajan, yang gampang makannya”
📲“tapi kan harus tetep makan nasi dek”
📱“iya nanti di rumah Ara usahain makan nasi”
Obrolan demi obrolan mereka lontarkan, sesekali terdengar tawa mereka yang saling melontarkan candaan, hingga adzan maghrib terdengar merdu berkumandang membuat mereka segera mengakhiri obrolan mereka.
📱“udah maghrib mas, buruan mandi….”
📲“Iya dek….kamu juga buruan pulang”
📱“Hmm… iya, itu Farhan sudah jalan ke sini”
📲“oke, hati-hati dek, Asaalamu’alaikum calon istri…..”
Tbc
Terimakasih untuk yang sudah like,....🤗🤗🤗🤗
Mohon terus dukungannya 🤩🤩🤩
Love you All 😍😍😍