NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32.

Author's Pov.

Tiga hari belum juga membuka matanya, Sean jadi agak khawatir melihat Fany yang terus tertidur. Bahkan ia sering menanyakan kondisi Fany pada dokter jaga yang selalu memeriksa keadaan Fany. Meskipun dokter mengatakan bahwa Fany sudah tidak apa-apa, tetap saja, terpejamnya kedua mata Fany dalam tiga hari ini membuat Sean tidak tenang. Sampai - sampai Sean beberapa kali menengok bayi perempuannya untuk menghiburnya.

"Lihat, mom! Dia sangat cantik." Ucap Sean pada ibunya yang juga sedang menemaninya melihat bayi perempuan mereka. sedangkan ibu dan ayah mertua Sean yang sampai beberapa jam setelah Fany dipindahkan ke ruang perawatan, terus menjaga Fany.

"Iya. Sangat cantik. Kau tidak ingin memberinya nama?" Tanya Keisha.

"Aku terlalu bahagia sampai lupa menyiapkan nama yang bagus untuknya. Apa mommy punya rekomendasi nama yang cocok?" Tanya Sean. Keisha tampak berfikir sebentar sebelum menunjukkan wajah gembiranya.

"Hana Saqueena Aldino." Ujar Keisha.

"Hana? Nama yang cantik, mom." Komentar Sean. Ia menatap bayinya dari kejauhan sambil berbisik seolah bayi perempuan itu bisa mendengarnya. "Mulai sekarang, ayah akan memanggilmu Hana." Bisik Sean.

"Hai, Hana sayang! Ini oma! Cepat kuat dan lekas pulang bersama ayah dan ibumu!" Ucap Keisha pelan takut mengganggu tidur bayi-bayi yang lainnya.

"Baiklah, mom. Aku mau menemani Fany dulu." Ucap Sean pamit. Keisha mengangguk kemudian Sean pergi ke ruang perawatan Fany dimana kedua mertuanya juga ada di sana.

Sean begitu senang saat ia masuk ke dalam ruang perawatan Fany. Ternyata wanita itu sudah sadar dan terlihat cukup baik. Sean tidak bisa menahan diri untuk mendekat dan menggenggam telapak tangan Fany.

"Ya Tuhan, syukurlah kau sudah sadar, sayang." Ucap Sean tidak dapat menutupi kebahagiaannya. "Aku baru saja melihat anak kita. Kau tahu, Hana begitu cantik dan lucu." Lanjut Sean.

"Hana?" Tanya Fany bergumam lirih.

"Ya, Hana Saqueena Aldino." Jawab Sean sambil tersenyum lembut. "Mommy yang memberikannya nama." Lanjut Sean. Kedua orangtua Fany pun tersenyum senang setelah mendengar nama cucu mereka.

"Fan, apa kau suka namanya?" Tanya Sean penuh harap bahwa Fany tidak akan keberatan dengan nama pemberian Keisha.

"Suka. Tapi, kedepannya kau tidak perlu menemui kami lagi!" Jawab Fany membuat Sean menegang, begitu pula dengan kedua orangtua Fany yang terkejut mendengar ucapan Fany. Apa yang terjadi di antara anak dan menantu mereka? Sean yang tanggap dengan maksud ucapan Fany pun tidak menyalahkan Fany karena berbicara seperti itu karena sebelumnya memang dirinyalah yang bersalah.

"Fan. Aku tahu, aku salah. Tapi, aku berjanji akan berubah. Beri aku satu kesempatan lagi!" Ucap Sean membujuk istrinya itu.

"Aku tidak ingin bersamamu lagi! Kau juga jangan menemui Hana lagi!" Ucap Fany bersikeras.

"Tapi, Fan. Hana adalah anakku juga." Kata Sean berusaha agar Fany bisa menerimanya kembali.

"Aku ingin bercerai. Kau jangan menunjukkan dirimu lagi di hadapanku!" Ujar Fany lebih keras membuat orangtuanya semakin terkejut.

"Fan, aku minta maaf, tolong jangan seperti ini, aku berjanji akan membahagiakan kalian." Ucap Sean memohon.

"Aku akan lebih bahagia jika kau tidak menemuiku lagi. Jadi, pergilah! Jangan menemui kami lagi apapun yang terjadi!" Ucap Fany datar.

Sean tidak ingin memaksa Fany lagi, ia telah sadar bahwa ini adalah kesalahannya. Semakin keras ia memaksa Fany untuk memaafkannya, semakin keras juga Fany ingin ia pergi meninggalkannya. Sean berjalan keluar setelah menggumamkan kata maaf dengan nada lirih.

"Nak Sean." Sean baru saja keluar tapi, Ayah Fany memanggil dan membuatnya berhenti. "Maafkan putriku! Dia mungkin hanya sedang banyak pikiran." Ucap ayah Fany pada Sean.

"Fany tidak bersalah, ayah. Sayalah yang bersalah. Fany pantas kecewa dan marah." Ucap Sean mengakui bahwa dirinya lah yang memang patut disalahkan.

"Tapi, nak-"

"Tidak apa-apa yah. Saya bisa maklum. Saya pamit pergi dulu!" Ucap Sean. Ia merasa tidak rela meninggalkan Fany, tapi jika ia tetap berada disana, ia khawatir akan memperburuk keadaan Fany. "Saya pergi dulu! Sampaikan salamku pada ibu!" Lanjut Sean kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Ayah Fany tidak tahu masalah apa yang sedang mereka hadapi, hanya saja ia tidak ingin keadaan mereka menjadi seperti itu. Kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangan Fany dan menyampaikan apa yang Sean ingin sampaikan pada ibu mertuanya.

"Menantumu telah pergi, dia titip salam untukmu." Ucap ayah Fany. Ibu Fany menghela nafas kemudian menatap Fany dengan tatapan sendu.

"Nak, apa pun masalah kalian, sebaiknya jangan terlalu terburu-buru untuk memutuskan! Kau tidak tahu betapa sayangnya suamimu terhadapmu." Ucap Ibu Fany pada putrinya.

"Dia hanya berpura-pura, bu. Dia tidak mencintaiku, dia mencintai wanita lain dari masa lalunya." Ucap Fany nyaris menangis mengingat bagaimana Sean memperlakukan dirinya di depan Artinya. "Aku hanya sebuah alat baginya. Aku tidak ingin bersamanya lagi." Lanjutnya.

"Baiklah, cukup! Jangan menangis lagi! Jika masalah kalian memang begitu berat, dan sulit untuk bertahan, ibu bisa memaklumimu. Sebaiknya sekarang kamu istirahat dulu! Ibu ingin melihat Hana." Ucap Ibu Fany. Fany mengangguk. Ia tahu bagaimana kondisi Hana dan dimana seharusnya bayi kecil itu berada.

"Tidurlah!" Ucap Ayah Fany sambil menuntun istrinya keluar dari ruangan itu.

"Kita harus bicara pada keluarga Sean mengenai ini." Kata Ayah Fany.

"Kita temui mereka." Jawab Ibu Fany. Meskipun mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka ikut campur dalam masalah anak-anak mereka. Tapi, Fany adalah anak semata wayang mereka. Tentu saja mereka akan meminta Fany kembali jika diperlakukan buruk oleh Sean.

......

Fany's Pov.

Sudah satu minggu sejak aku membuka mataku, Sean memang sudah tidak pernah menemuiku lagi, bahkan kata ibu dan ayah, Sean juga tidak melihat Hana lagi. Ya, Hana adalah nama putriku. Meskipun aku membenci Sean, tapi nama Hana adalah nama yang diberikan oleh ibu mertuaku yang sangat peduli terhadapku, jadi aku menghargai apapun yang ia berikan.

Sekarang aku sudah bisa melihat Hana yang sedang tertidur dengan sangat nyenyak di dalam inkubator. Tubuhnya yang kecil membuatnya harus berlama-lama tidur di dalam sana. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin menggendong Hana dan membawanya pulang.

Oh, iya tentang hubunganku dengan Sean, aku sudah meminta pengacara yang pernah Sean rekomendasikan untuk mengurus perceraian kami beberapa bulan yang lalu untuk mengurusnya sekarang. Dan kata pengacara itu, semuanya sedang dalam proses. Aku memang harus segera meninggalkan Sean.

"Fany, apa kau sudah lebih baik?" Itu suara ibu mertuaku yang setiap hari tidak pernah telat menjenguk Hana meskipun hanya sekedar melihat dari kejauhan.

"Aku sangat baik, bahkan jauh lebih baik saat melihat Hana. " Jawabku. Aku melihat ada Kak Dennis bersama mom Keisha.

"Baguslah kalau begitu." Ucap mommy Keisha. "Apa Sean sudah kemari?" Tanyanya.

"Dia tidak kemari sejak saat itu." Jawabku.

"Bagaimanan bisa?" Tanyanya agak terkejut.

"Dia memang tidak kesini." Jawabku. Mommy Keisha tampak kebingungan dan menatap kak Dennis dengan tatapan khawatir.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Kami sama sekali tidak bisa menghubunginya selama tiga hari ini. Sedangkan terakhir dia bilang, dia sedang menjaga Hana." Ucap Mommy Keisha.

"Itu tidak mungkin. Aku selalu disini menjaga Hana. Dan tidak ada Sean sekalipun." Kataku.

"Dennis, jadi kemana Sean sebenarnya?" Tanya Mommy Keisha tampak panik.

"Mom tenang dulu! Mungkin dia ada di apartemen. Aku akan melihatnya sekarang. Mommy tunggu disini!" Ucap Kak Dennis membujuk ibu mereka agar lebih tenang. Wanita yang pernah melahirkan Sean itu pun mengangguk dan kak Dennis pergi setelah ibunya lebih tenang dari sebelumnya.

"Maaf, mungkin anda akan kecewa dengan keputusan saya. Tapi, saya harus mengatakan ini pada anda." Ucapku dengan mengubah gaya bahasaku. Aku memang harus mengatakannya jika tidak semua akan terlambat jika wanita ini akan mengetahuinya sendiri dari orang lain. "Saya dan Sean akan berpisah." Lanjutku. Tidak usah diceritakan lagi bagaimana ekspresi wanita di depanku ini saat ini.

"Kenapa? Kalian ada masalah apa? Apa tentang wanita di restoran itu?" Tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Semua tidak sesederhana itu, Sean memang tidak pernah mencintaiku." Jawabku.

"Siapa yang bilang? Kenapa dia selalu menjagamu bahkan tidak pernah pulang sebelum kau sadar waktu itu? Apa dia hanya berpura-pura berubah?" Tanya wanita itu lagi.

"Sean memang sudah sering seperti itu. Dia bersikap seolah dia peduli terhadapku. Tapi, disisi wanita lain ia tidak akan melakukan itu terhadapku." Kataku.

"Kenapa tidak dibicarakan terlebih dulu? Jangan asal mengambil keputusan, kalian sudah punya anak. Bagaimana jika suatu saat anak kalian menanyakan kedua orangtuanya?" Tanya ibu Sean lagi.

"Saya sudah memutuskannya. Sean juga sudah mendengarkannya langsung dari saya waktu itu. Anda tenang saja! Hana akan aku rawat dengan baik." Ucapku.

"Tapi-"

"Tolong maafkan saya! Saya benar-benar sudah tidak bisa lagi hidup berdampingan dengan Sean. Permisi!" Ucapku memotong kata - katanya yang mungkin tidak akan pernah berhenti jika aku tidak segera pergi.

Karena aku sudah mengambil keputusan untuk berhenti menjalin hubungan dengan Sean, maka aku akan tetap dengan pendirian ku. Walau bagaimana pun, kesalahan Sean tidak mudah untuk di maafkan, aku khawatir jika kali ini aku memaafkannya lagi, Sean akan tetap mengulanginya lagi kelak. Dan akan terasa jauh lebih sulit bagiku untuk meninggalkannya.

Bersambung...

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!