Pelayan Duda Casanova

"Ce, yakin memilih sebagai cleaning service daripada pelayan. Sebagai pelayan terkadang dapat tips loh?" tanya Ami heran. Ami merasa sayang jika kesempatan menjadi pelayan tidak diambil oleh Ace mengingat gadis itu mempunyai ijazah SMU.

"Yakin seratus persen Ami," jawab Ace. Sejak kedatangan dari tadi. Ace belum melepaskan maskernya.

"Pikirkan dulu sebentar, menjadi cleaning service hanya mendapatkan gaji pokok dan uang makan sedangkan menjadi pelayan, kamu bisa mendapatkan setengah dari gaji pokok kamu setiap bulannya dari tip pelangggan."

Ace dengan mantap memilih menjadi cleaning service. Andaikan restoran ini bukan restoran mamanya yang dikuasai Pak Andra. Ace akan senang memilih menjadi pelayan. Menjadi cleaning service. Karena Ace mempunyai tujuan tertentu.

Ami tertawa heran. Tapi tidak bisa memaksakan keinginannya kepada Ace. Bagi Ami yang terpenting. Ace nyaman bekerja. Lagipula, tidak semua orang mempunyai mental menghadapi orang lain. Dan Ami berpikir jika Ace salah satunya.

Sedangkan Ace sudah bulat keputusannya. Kini, Ace sudah diantarkan oleh Ami untuk menghadap sang manager. Restoran itu tidak mempunyai struktur organisasi yang lengkap. Manager itu menangkap menjadi bagian personalia, pemasaran, dan operasional. Sedangkan yang berkaitan dengan keuangan langsung berurusan dengan pemilik restoran. Saat ini pak Andra tentunya. Sang manager juga menawarkan Ace sebagai pelayan saja tapi Ace tetap pada pendiriannya.

Tidak banyak yang ditanyakan oleh sang manager. Setelah melihat CV milik Ace, sang manager memberikan selembar kertas yang berisi peraturan restoran. Ace membaca peraturan itu sebentar.

"Ada yang perlu ditanyakan?" tanya manager.

"Semuanya, cukup jelas pak," jawab Ace. Peraturan itu berisi jam masuk kerja, istirahat dan juga jam pulang.

"Selain yang tertulis di kertas itu. Semua pekerja di restoran ini diharapkan bersikap sopan dan jangan mudah memberikan informasi internal kantor kepada siapapun."

"Oke pak, mengerti."

"Kalau ada yang kurang dimengerti. Kamu bisa tanyakan pada senior mu."

"Oke pak."

"Satu lagi Ace, kalau kamu berubah pikiran menjadi pelayan. Dengan senang hati akan diterima," kata manager itu lagi. Pria muda bernama Tomo itu bisa melihat kecantikan Ace yang bisa menarik bagi pelangggan nantinya.

"Tapi saya sudah sangat yakin dengan pilihan ini Pak," jawab Ace pasti. Manager itu pun akhirnya mempersilahkan Ace keluar dari ruangan itu.

Hari itu juga, Ace langsung dipersilhkan bekerja. Ada empat orang yang menjadi petugas cleaning service dengan dua shift. Shift pagi dan sore. Setiap shift, dua pekerja yang bertugas.

Baru saja, Ace keluar dari ruangan pak manager. Ace melihat pak Andra juga menuju ruangan itu. Untung saja, Ace sudah memakai maskernya terlebih dahulu. Di balik masker, wajah Ace terkejut. Gadis berusaha untuk tidak gugup ketika berpapasan dengan papa kandungnya itu. Mungkin karena ikatan darah diantara mereka, Pak Andra mengamati Ace sebentar setelah Ace membelakangi dirinya.

Ace menarik nafas lega setelah benar benar menjauh dari papanya. Bersedia bekerja di restoran ini karena mengetahui jika Pak Andra jarang berkunjung dan menerima laporan daei rumah saja. Semoga saja, seperti itu selamanya hingga Ace dan Rangga bisa merebut restoran itu kembali.

Ace membersihkan bagian belakang restoran itu karena bagian depan sudah dibersihkan oleh Seniornya. Sayup sayup, Ace mendengar pak Andra melakukan briefing kepada semua karyawannya mulai dari pelayan hingga, bagian dapur, koki hingga manager. Inilah alasan Ace memilih sebagai cleaning service. Ace tidak ingin ketahuan pada papanya jika dirinya bekerja di restoran ini. Lagipula dengan menjadi cleaning service. Ace bisa masuk ke semua ruangan yang ada di restoran.

"Ace, sekarang bersihkan ruangan pak Andra ya."

Ace memegang gagang sapunya dengan erat. Dia takut di hari pertama dirinya bekerja. Dirinya ketahuan dan dipecat.

"Pak, bisakah yang lain saja. Saya masih baru. Saya takut ceroboh pak," jawab Ace beralasan. Sebagai putri dari pemilik restoran. Dia sudah mengetahui ruangan pak Andra seperti apa. Sebelum ruangan itu milik pak Andra. Ruangan itu dulunya milik nenek dari pihak mama Rani. Nenek nya Ace sangat menyukai guci guci mahal dan diletakkan di dalam ruangan itu. Ace dulunya sering ke ruangan itu.

"Shift pagi hanya dua orang Ace. Dan rekan mu masih bertugas di depan. Ayo cepat. Pak Andra tidak suka orang yang lambat."

Ace akhirnya mengikuti langkah pak Tomo menuju ruangan pak Andra.

Ace merasakan detak jantung sangat kencang. Laki laki yang menyebabkan dirinya, Rangga dan mama Rani menderita sedang duduk di kursi kebesarannya.

"Tolong dibersihkan ya!" kata laki laki itu lembut. Ace terpaku sejenak kemudian Ace menganggukkan kepalanya. Bagaimana pun, Ace tidak ingin ketahuan. Mendengarkan suara lembut papanya, sebenarnya Ace rindu. Rindu akan sosok papanya yang dulu. Papa yang penyayang dan menjadi teman bermain bagi dirinya dan Rangga ketika masih kecil. Dan kedatangan wanita muda itu menghancurkan kehangatan keluarga mereka dulu.

Ace berandai andai dalam hati. Andaikan dirinya ketahuan menjadi cleaning service di restoran ini. Apakah papanya itu kasihan atau tega memecat dirinya sekarang juga.

"Saya tinggal dulu ya. Tolong dibersihkan sampai kolong kolong meja dan kursi."

Ace menarik nafas lega dan kembali menganggukkan kepalanya. Setelah dirinya sendirian di ruangan itu. Ace mengedarkan pandangannya. Ruangan itu tidak seperti dulu. Tidak ada lagi guci guci mahal milik neneknya. Dan tidak ada lagi pigura besar berisi foto keluarganya. Yang ada hanya pigura kecil berisi foto keluarga baru papanya.

Ace mengepalkan tangannya. Rasa benci itu terhadap pak Andra dan istri mudanya sepertinya akan sulit hilang dari hati Ace. Hanya melihat foto wanita itu saja sudah membuat darahnya mendidih.

Ace membersihkan ruangan itu sesuai dengan perintah pak Andra.

"Brankas itu! gumam Ace pelan. Jika tujuan bekerja di restoran ini cepat berhasil mengapa tidak. Selagi ada kesempatan, Ace akan memanfaatkannya. Ace mendekati brankas itu setelah menutup pintu terlebih dahulu. Ace mencoba menekan angka angka di permukaan brankas itu dengan tangan gemetar dan jantung yang berdetak kencang. Tapi tidak berhasil.

Ace mencoba angka angka yang lain tetapi tetap juga tidak berhasil.

"Ini yang terakhir, jika tidak berhasil. Anggap saja belum rejeki," gumam Ace dalam hati. Ace menggabungoan tanggal ulang tahun pak Andra, dirinya dan Rangga. Dan berhasil. Kalau tidak mengingat aksinya itu adalah tindakan mencuri. Ace mungkin sudah bersorak.

Benar saja. Apa yang dicari oleh Ace ada di dalam brankas. Ace mengambilnya dengan cepat kemudian memasukkan ke tempat sampah.

"Sudah selesai?" tanya Pak Andra ketika pintu ruangan terbuka dan Ace juga sedang hendak keluar dengan tempat sampah di tangannya.

"Sudah pak," jawab Ace dengan suara yang disamarkan. Pak Andra masuk dan senang melihat kinerja Ace yang bersih dan wangi.

Ace mengelus dadanya. Keberuntungan seperti berpihak kepada dirinya. Tapi tidak ketika Ace hendak mengembalikan tempat sampah itu ke ruangan pak Andra. Laki laki itu terlihat sedang mencari sesuatu di dalam brankas.