Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran baby twins.
Hampir satu tahun berlalu, hari ini tepat hari dimana kelahiran buah hati kirani. Saat ini kirani dan juga ria berada di sebuah rumah sakit di kota C, karena kirani hamil anak kembar jadi bidan desa tidak berani menangani kelahiran kirani.
“Kirani kamu harus kuat, sebentar lagi kiano akan datang ke sini.”
“Iya bu, tapi ini sakit sekali bu. Kapan mereka akan keluar, aku sudah…”
Ria menutup mulut kirani dengan dua ujung jarinya, dia tidak ingin kirani menyerah sebelum melahirkan kedua buah hatinya.
“Tarik nafas lalu hembuskan, tenangkan pikiran kamu dan jangan berfikir macam macam. Fokus dengan kedua buah hati yang akan kamu lahirkan hari ini, ingat jika ibunya kuat maka bayinya akan ikut kuat.”
Kirani mengangukan kepalanya menuruti kata kata ria, dia mulai merasakan sakit pada perutnya.
Sedangkan kiano yang baru saja datang segera menuju ke kamar bersalin, tapi sayang langkahnya terhenti saat kiano tak sengaja melihat Leon yang juga ada di rumah sakit tersebut.
“Brengsek, naga lain dia ke sini. Ada urusan apa dia kesini, apa jangan jangan dia membuntuti ku.”
Kiano mencari jalan lain, walau harus berputar sedikit jauh. Tapi dia tidak peduli, yang penting saat ini dia harus segera cepat sampai agar bisa menemani kakak dan ibunya.
Leon yang sudah beberapa hari ini berada di kota C mencari keberadaan kirani, dia sempat melihat kiano yang keluar dari rumahnya menuju ke kota Ç.
Tapi sayang dia kehilangan jejak saat kiano akan masuk ke dalam rumah sakit, tapi Leon tidak akan menyerah sebelum bertemu dengan kirani.
“Kiano, kenapa kamu kelihatan seperti di kejar anjing. Sampai nafas kamu ngos ngosan seperti itu.” Tegur ria yang baru saja keluar dari kamar persalinan.
“Sepertinya Leon mengikutiku sampai ke sini bu, aku baru saja lihat dia di lobi rumah sakit.”
Ria seperti tidak percaya dengan ucapan kiano, karena sudah beberapa bulan ini ria tidak pernah mendengar jika Leon tengah mencari keberadaan kirani.
“Ki, tolong kamu jawab jujur pertanyaan ibu.” Kiano menatap ria dengan wajah takutnya.
“Apa selama ini Leon mencari keberadaan kirani.”
“Eh.. anu.. begini bu.”
“Kiano, jawab jujur… apa kamu selama ini menyembunyikan sesuatu dari ibu.” Kiano menundukkan kepalanya, dia tampak menyesali kesalahannya.
“Iya bu, kiano minta maaf. Kiano keceplosan mengatakan kalau kak kirani hamil, tapi kiano tidak mengatakan jika kak kirani hamil anak Leon”
Ria menghela nafasnya berat, mungkin memang sudah saat nya Leon mengetahui akan kebenaran yang terjadi selama ini.
“Kamu tungggu di depan, biar ibu masuk ke dalam dulu.” Ria melangkah masuk ke ruangan bersalin, sedangkan kiano menunggu di luar ruang persalinan.
Leon yang dari tadi mencari keberadaan kiano merasa kesal sendiri, dia kehilangan jejak kiano saat ini. Rasa kesal Leon bertambah saat Cindy tiba tiba menghubunginya, Leon yang melihat layar handphone nya merasa kesal sendiri.
“Ngapain nih cewek telpon pada saat yang tidak tepat.” Gerutu Leon kesal.
Leon segera mengangkat telpon dan segera dia dapat mendengar suara manja milik Cindy.
“Sayang… kamu dimana, kenapa kamu tiba tiba menghilang. Ingat…!! Dua hari lagi kita akan bertunangan, aku nggak mau dengar kamu akan membatalkannya begitu saja. Atau kalau tidak aku akan membunuh anak yang ada di dalam kandungan ku ini.”
Cindy terdengar mengancam agar Leon menuruti kemauannya, kehamilan yang masih berjalan dua bulan membuatnya leluasa mengancam Leon agar menuruti semua keinginan Cindy.
Helaan nafas terdengar, membuat Cindy tersenyum smirk tanpa Leon ketahui. Kali ini Cindy berhasil membuat Leon tidak bisa berkutik dan tidak bisa menolak keinginan Cindy.
“Baik… baik… aku akan pulang, aku peringatkan kamu ya… jangan sampai terjadi apa apa dengan calon anak ku.” Ancam Leon terdengar sungguh sungguh, tapi tanpa Leon ketahui jika pembicaraannya dengan Cindy terdengar oleh kiano yang kebetulan akan menuju ke kantin rumah sakit.
“Dasar laki laki tak punya otak dan pendirian, awas saja kalau dia dekati kak kirani.” Batin kiano mengeram kesal dengan kelakuan Leon.
Leon pergi meninggalkan rumah sakit tersebut, Leon pikir dia akan menugaskan seseorang untuk mengintai keberadaan kirani. Agar Leon bisa memantaunya walau dari jauh, dan dia dapat memastikan kondisi kirani dna juga anaknya.
Satu jam pun berlalu, akhirnya waktu yang di tunggu tunggu pun tiba. Suara tanggisan bayi saling bersahutan mengisi ruang bersalin yang tadinya tampak sunyi, dua bayi kembar laki laki dan perempuan terlihat berada di dalam box yang berbeda.
Dokter tiara yang menangani kirani tadinya menyarankan untuk melakukan operasi sesar karena kodisi kirani yang terlihat lemas karena kecapekan, tapi tekat kirani untuk melakukan persalinan normal membuat tiara menuruti keinginan kirani.
“Selamat ya mbak, bayi mbak kirani laki laki sama perempuan. Mereka lahir sehat dan tidak ada masalah kesehatan apapun di diri mereka, mbak kirani sebentar lagi akan melihat mereka.” Tiara memegang tangan kirani yang masih di tempeli infus.
“Terima kasih ra, kalau bukan karena kamu aku tidak akan bisa melahirkan mereka di dunia ini secara normal.”
“Kog aku, itu karena tekat dan kemauan dari mbak kirani sendiri. Ya sudah lebih baik mbak kirani istirahat, sepertinya mbak kirani sangat lelah sesudah melahirkan.”
Tiara segera pergi meninggalkan kirani, dia akan memberi waktu untuk kirani istirahat. Sedangkan ria dan juga kiano melihat bayi kirani yang masih di bersihkan oleh perawat.
“Dokter tiara.” Panggil kiano.
“Iya mas kiano, ada yang bisa saya bantu,”
“Saya mau tanya, kapan pastinya kakak saya bisa segera pulang ke rumah.”
Tiara tersenyum manis ke arah kiano, melihat wajah cantik tiara yang tersenyum entah kenapa tiba tiba kiano merasa jantungnya berdetak dengan sangat cepat.
“Mungkin besok jika kondisi mbak kirani sudah membaik mas, beliau sudah di perbolehkan pulang.”
“Em… Em.. Ehem… iya dok, terima kasih atas pertolongannya.”
Kiano masih menatap tiara intens, melihat kiano yang terdiam tiara menjadi risih sendiri.
“Mas, saya pamit dulu ya. Masih ada pasien lain yang harus segera saya periksa.”
“Oh.. eh… iya dok, silahkan.”
Kiano seperti layaknya orang bodoh ketika berhadapan dengan tiara, kedekatan tiara sebagai dokter yang menangani kirani menjadi sepeti keluarga sendiri.
Jarak usia yang hanya berbeda dua tahun menjadikan kirani lama lama semakin akrab dengan tiara, perjalanan kisah kehidupan kirani membuat tiara berempati dan merasa kasihan dengan kirani.
Selama sembilan bulan lebih tiara menjadi sahabat sekaligus teman yang selalu ada untuk kirani selama ini, begitu juga dengan ria dan kiano.
Mereka menganggap tiara menjadi bagian dari keluarga mereka sendiri, tak sekali atau dua kali tiara berkunjung ke kediaman ria. Ketika kiano tidak ada di rumah ria, tiara sering menginap di rumah ria menemani kirani dan ria.