cinta adrian dan nisa
Nisa adalah gadis biasa, dari keluarga serdahana, yang memiliki cita-cita yang tinggi, ingin melanjutkan kuliah di kota, ia membulatkan tekadnya untuk pergi ke kota dan menempuh pendidikan disana, tetapi kehidupan di kota tidak semudah yang ia bahayangkan, ia harus berkerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Adrian malik adalah pria tampan, kaya, cuek, cool, dan arogan ia merupakan salah satu pewaris tatah perusahan ternama di kota B. Siapa saja yang melihatnya akan terpanah dengan ketampanannya, dengan wajah tampan membuatnya menjadi playboy ķelas kakap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurlila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah berganti pakain dengan baju formal yang biasa ia pakai untuk bekerja. Nisa bergegas keluar dari kamar. Ia sudah memesan ojek online tadi. Karena sudah mampir terlambat Nisa memilih naik ojek dari pada bus.
Driver ojek sudah menunggunya di ujung gang. Abang ojek tak bisa masuk kedalam karena akse masuk dikos Nisa sangat sempit.
Dari kejauhan Nisa berlari terpogoh-pogoh melewati gang sempit itu. Dan tanpa permisi Nisa langsung naik diatas motor.
"Cepat bang, saya sudah terlambat nhi." Ucap Nisa panik.
"Maaf mbak, tapi sebelumnya pakai dulu helmnya." Ucap driver yang kemudian menyodorkan helm kepada Nisa.
"Heheh, iya bang." Nisa mengambil helm dan memasangkan dikepalanya.
Motor mulai melaju kencang menembus jalanan kota. Pagi ini jalanan cukup lenggang. Abang ojek bisa bebas selip sana selip sini. Dalam perjalan Nisa terus melirik jam yang ada dipergelangannya.
15 menit kemudian Nisa tiba didepan kantor MC Group.
"Mbak sudah sampai." Driver ojek memberikan informasi.
Nisa menyerahkan selembar uang.
"Kembalianya mbak."
"Buat abang saja."
"Makasih ya mbak." Ucap driver ojek dan hanya dibalas anggukan oleh Nisa.
🏥 Rumah Sakit 🏥
Karena efek dari obat-obat yang disuntikan perawat diselang Adrian membuat ia tertidur. Kevin kini menggantikan ibu Sinta untuk menjaga Adrian. Sebenarnya ibu Sinta enggan untuk pergi meninggalkan Adrian. Namun dengan sejuta akal yang dimiliki Kevin akhirnya ibu Sinta menuruti perkataan Kevin yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Sedangkan Ririn dan pak Gunawan lebih dulu pulang. Karena kesehatan pak Gunawan juga masih belum stabil.
Perlahan-perlahan Adrian membuka matanya. Ruangan petak itu dipenuhi bau obat-obatan. Bau ini lah yang membuat Adrian tidak suka dengan namanya rumah sakit. Ia memperhatikan setiap inci kamar seluas 20 meter persegi tersebut. Kamar rawat inap itu lebih mirip hotel.
Adrian menyapu pandangannya keseluruh sudut ruangan. Kini pandangannya jatuh pada Kevin yang duduk disamping ranjang. Adrian mengernyitkan keningan sampai kedua alisnya bertautan.
"Sedang apa kau disini.? Tanya Adrian.
"Sedang main bola." Jawab Kevin santai.
"Kau!!!" Adrian kesal assisten sekaligus sahabatnya selalu saja tak serius.
"Sudah tau aku disini untuk menemanimu, masih saja tanya." Celoteh Kevin.
"Kondisimu masih sangat lemah jadi, jangan terlalu banyak bergerak." Lanjutnya.
"Apa kau sudah mencari tau tentang orang-orang yang menyerangku.?"
"Sudah. Aku sudah menyekap salah satu dari mereka digudang. Tapi Sepertinya mereka orang-orang terpilih. Karena kami sungguh tidak menemukan informasih apa-apa bahkan sampai sekarang ia tak mau membuka mulutnya." Jelas Kevin.
Adrian mengepal tangannya.
"Jangan berhenti menyiksanya. Siksa dia terus sampai dia buka mulut." Perintah Adrian.
"Baik boss."
Sesaat hening. Tiba-tiba Adrian teringat sesuatu. Orang yang telah menolongnya malam itu. Sebelum pingsan Adrian sempat melihat seseorang datang menolongnya walau itu samar-samar.
Adrian sempat sadar kembali ketika air mata seseorang jatuh membasahi wajahnya dan ia juga ingat ketika orang itu menangis sambil memeluk tubuhnya yang mulai menggigil karena dinginnya angin malam. Sempat sadar beberapa menit setelah itu ia pingsan kembali dan tak ingat apapun.
"Kevin." Panggil Adrian.
"Hemmmm, kenapa? Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Kevin.
"Tidak. Dimana orang itu.?"
"Orang yang mana?" Tanya Kevin bingun.
"Orang yang menolongku." Ucap Adrian kesal.
"Oh, para pengawalmu. Mereka ada diluar. Apa perlu saya memanggil mereka?" Ujar Kevin polos.
"Histt, bukan mereka bodoh." Adrian makin kesal.
Kevin tidak mengerti dengan maksud Adrian. Karena ia sungguh tidak tahu siapa orang yang menolong Adrian malam itu. Ia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Apa otaknya juga mulai bermasalah? Apa kepalanya terbentur saat dipukul? Kevin.
"Panggil pak Joko, pasti pak Joko tau orang yang telah menolongku malam itu." Perintah Adrian.
"Baik boss." Kevin bangkit dari duduknya.
Lima menit kemudian Kevin kembali diruangan Adrian bersama pak Joko.
"Selamat pagi tuan muda." Ujar pak Joko membungkuk sopan. Berdiri disisi ranjang.
"Hemmm." Jawab Adrian singkat.
"Pak Joko aku ingat betul ada seseorang yang menolongku malam itu. Apa bapak tau siapa orang itu?" Tanya Adrian langsung to the point.
"Iya tuan muda, memang betul ada seseorang yang menolong tuan muda. Tapi saya tidak mengenal orang itu, tuan."
"Apa bapak tau alamatnya atau namanya.?"
"Tidak tuan muda."
"Oh shiit, kenapa kalian bodoh sekali. Orang itu telah menolongku. Cepat cari orang itu. Setidaknya aku mau berterima kasih pada nya." Ucap Adrian kesal.
"Baik tuan muda." Pak Joko melangkah menuju pintu. Memegan handle pintu dan menghilang dibalik pintu.
Beberapa jam kemudian pak Joko kembali. Tapi tidak dengan tangan kosong, terlihat ditangannya memegan paper bag. Memegan handle pintu mendorongnya dan masuk.
Melangkah menuju ranjang Adrian. "Maaf kan saya tuan muda. Saya belum mendapat informasih apa-apa tentang orang itu. Tapi..,? Pak Joko menggantung kalimatnya.
Adrian mengerutkan kedua dahinya. "Tapi...! Katakan lah pak Joko, tak perlu ragu."
"Ini.." pak Joko menyodorkan paper bag yang ada ditangannya.
Adrian mengangkat sebelah alisnya. "Apa ini." Tanya Adrian bingun.
"Ini, ini jaket milik orang yang menolong anda tuan muda. Mungkin dengan jaket ini kita bisa menemukan orang itu." Ujar pak Joko polos.
Ppffff...Hahaha seketika tawa Kevin lepas. Ia tertawa terbahak-bahak sampai bahunya ikut terguncan naik turun. Ia memagan perutnya. Sungguh perutnya sakit saat ini karena terlalu ketawa.
Pak Joko kenapa bapak lucu sekali, apa bapak pikir ini dongen dan dengan jaket bisa menemukan seseorang. Seperti dongen yang sering saya dengar saja, yang judunya....., ??? Entalah saya tidak ingat judulnya. Tapi kalau tidak salah tentang sepatu kaca. Kevin
Adrian menantap jengkel kearah Kevin yang berdiri sampingnya. Seketika tawa Kevin hilang ia kembali menetralkan ekspresinya.
"Hemm, apa perlu saya pasang seimbara, bos? Sepertinya menarik kalau kita pasang seimbara di internet, di TV dan dibaleho." Ujar Kevin sambil melakukan gerakan menghitung dengan jari-jarinya.
"Dengan kalimat seimbara: Siapa pun pemilik jaket ini, kalau dia laki-laki akan ku angkat dia menjadi saudara kalau dia seorang wanita akan ku jadikan dia seorang istri." Lanjut Kevin diikuti tawa meledek.
"Kau!!! Apa mau gajimu saya potong." Ancam Adrin.
"Heheh, jangan dong bos. Saya kan hanya beri saran."
"Tapi tidak saran itu juga. Apa kau pikir ini zaman batu pakai seimbara-seimbara segala." Wajah Adrian kesal karena Kevin memberinya saran yang menurutnya sangat konyol.
"Maaf kan saya, tuan muda. Saya pikir dengan jaket ini kita bisa menemukan orang itu." Ucap pak Joko gugup.
"Saya akan membawanya kembali." Lanjutnya.
Adrian menghela napas kasar. Memejamkan mata dan memijat pangkal hidungnya.
"Tidak. Pak Joko taru saja paper bag itu diatas meja." Adrian menunjuk meja yang ada disamping tempat tidur.
"Baik tuan."
Setelah itu Adrian mengibaskan tangannya. Pak Joko sudah paham apa maksud tuannya. Ia menbungkuk dan meninggalkan ruangan itu.
"Kenapa kau masih disini.?" Tanya Adrian pada Kevin.
"Apa kau mengusirku.?" Tanya Kevin balik sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iyah, enyalah dari hadapanku." Ucap Adrian sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Baiklah, aku akan pergi sebentar ke supermarket. Apa kau tidak memesan sesuatu bos.?"
"Tidak."
Setelah kepergian Kevin dan pak Joko Adrian melirik dan merai paper bag yang berada disamping kasurnya. Membuka dan melihat apa isinya. Tangan Adrian masuk merogok kedalam paper bag dan mengambil jaket itu.
Dilihatnya jaket itu secara detail. Masih ada sisa darah yang menempel disana. Jaket hoodie berwarna hitam itu sungguh besar. Kalau dilihat dari ukurannya sepertinya ini jaket pria. Tapi dari bau parfum yang menempel pada jaket itu sudah pasti ini parfum wanita. Parfum wangi vanila sungguh membuat candu.
Adrian yakin yang menolongnya waktu itu adalah seorang wanita. Walapun ia tak melihat wajahnya dengan jelas tapi ia bisa merasakan kehangatkan berada didalam pelukan wanita tersebut. Tapi siapa wanita itu??
update terus yaaa ka
msih gntung ini critanya thorr blum selesai kpn up nya..
crazy up pliss...