"Setelah anak itu lahir, mari kita berpisah. Tanda tangan semua surat-surat ini," ucap pria dingin tersebut pada wanita yang telah mengandung benihnya.
Sebuah kesalahan telah mereka lakukan di Italy, membuat keduanya harus menikah untuk menutupi aib keluarga. Bagaimana kisah Dito si suami dingin dengan Tiwi, istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membangunkan Tiwi
Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 27
Oleh Sept
Sebagai seorang wanita, pasti merasakan perasaan Tiwi saat itu, bagaimana di masa-masa hamil tanpa sosok laki-laki di sampingnya. Jelas nyonya Haidar tahu perasaan Tiwi. Namun, ego keluarga mereka tetap bersihkuku bahwa Dito tidak boleh lagi menghubungi keluarga mereka.
Nyonya Haidar juga menyesal karena beberapa kali sempat menolak kedatangan Ibu dari Dito, ia merasa sakit hati kepada Dito dan membuat ibu laki-laki tersebut juga menanggung akibat dari perbuatan putranya tersebut dengan memutus hubungan. Meskipun Tiwi juga hamil cucunya nyonya Sonia.
Mulai dari situ, nyonya Haidar merasa bersalah, andai mereka tidak melarang keduanya bertemu mungkin Tiwi tidak akan seburuk ini, bisa jadi Tiwi terlihat biasa saja di luar namun ia juga yakin itu pasti bukan perasaan Tiwi yang sebenarnya. Nyonya Haidar tahu bagaimana posisi Tiwi, mungkin Tiwi merasa tidak enak dengan kedua orang tuanya atau Tiwi benar-benar kecewa pada Dito. Sampai memendam semaunya seorang diri.
Lalu sekarang setelah Tiwi koma berhari-hari, dan Tiwi datang ke mimpinya dengan wajah sendu, sang mama pun gelisah. Sampai ia telpon saja si Dito. Meminta laki-laki itu datang. Entah mau apa tidak, yang penting dia sudah mengatakan apa yang mengganjal dalam hatinya beberapa bulan ini.
***
Dua jam kemudian, nyonya Haidar panik saat Dito bilang sudah ada di lobby rumah sakit. Pria itu bertanya di telpon, apa papanya Tiwi ada, sebab dia yakin, mantan mertuanya itu tidak suka dengan kehadirannya.
"Kamu masuk saja, papanya Tiwi barusan pulang. Kamu naik ke lantai 7 nomor 8 Ruangan Bougenville," ucap nyonya Haidar.
"Baik, Tante."
Tidak memanggil mama lagi, mungkin karena tidak enak. Dito lantas masuk ke pintu lift. Ini mungkin pertemuan mereka setelah beberapa bulan lamanya.
Matanya menatap kosong, memang setelah perceraian itu, Dito hidup normal. Tapi seperti tidak bertujuan, datar begitu saja. Pulang kerja, kalau bosan pergi ke klab. Begitu saja seterunya sampai sekarang.
Dan tadi, ia cukup kaget. Karena orang tua Tiwi mengatakan mantan istrinya koma setelah melahirkan. Lalu bagaimana dengan anaknya? Ekspresi wajah Dito berubah-ubah, ia seperti bingung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Yang pasti, dia tidak akan minta maaf. Karena semuanya ia lakukan sesuai permintaan Tiwi, perceraian ini, sebelum waktu yang ditentukan, adalah pilihan Tiwi sendiri.
KLEK
Dito masuk, di sana Tiwi terbaring dengan banyak selang di tubuhnya.
"Dito," panggil nyonya Haidar.
Dito mengangguk, kemudian maju. Dilihatnya Tiwi teman ributnya itu berbaring tidak berdaya. Kemudian ia melihat mantan mertuanya yang sibuk mengelap matanya yang basah.
"Katakan pada Tiwi untuk kembali," ucap nyonya Haidar sembari dengan tatapan memohon. Seolah Dito adalah penyebab dari komanya Tiwi, nyonya Haidar mau Dito bisa memicu emosional Tiwi, hingga anaknya mau bangun dari tidurnya berhari-hari tersebut.
Dito mendongak, dia kemudian tidak yakin bisa membuat Tiwi bangun hanya karena dia yang perintah.
"Tante ... saya ikut prihatin dengan kondisi Tiwi. Tapi ..."
"Kembalikan anak Tante ... Dito, kembalikan," tangis nyonya Haidar pecah. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Tiwi yang koma setelah melahirkan, membuatnya terpuruk tanpa harapan.
Dito menghela napas panjang, kemudian menarik kursi lain untuk duduk di sebelah ranjang. Dilihatnya wajah Tiwi yang pucat dan layu. Sebagai sesama manusia, mungkin hatinya tergerak. Bukan karena rasa cinta, hanya karena sedikit terganggu melihat Tiwi terbaring seperti itu.
Sambil melihat Tiwi, Dito kemudian bertanya.
"Bagaimana dengan bayinya?"
Nyonya Haidar langsung mengangkat wajahnya, ia melihat Dito kemudian bertanya balik.
"Kamu tidak akan mengambilnya, kan?"
Pertanyaan itu spontan ia lontarkan.
"Tergantung ... jika Tiwi masih seperti ini, bayi itu akan aku bawa," ucap Dito dengan suara sangat jelas, dan sampai ke telinga Tiwi.
Nyona Haidar ingin marah, tapi Dito kemudian memegang tangan mantan mertuanya itu. Seperti menahannya sebentar.
"Bayi itu akan aku bawa. Aku ayahnya," ucap Dito tenang.
Kemudian nyonya Haidar melihat ke mana mata Dito menatap, mereka lalu fokus ke tempat yang sama. Jari-jari lentik dan kurus itu mulai bergerak-gerak.
BERSAMBUNG
lamar yg bener dong
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
moodian
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘