Mafia Itu Suamiku

Keyna yang saat ini selesai mandi pun keluar, namun ia tidak menemukan Devan, "Mungkin Devan lagi ke ruang kerjanya," gumam Keyna.

Keyna menuju ke dapur karena ia ingin memasak untuk makan malam, "Nona Keyna," sapa Tisya yang merupakan pembantu di rumah Devan.

Namun, karena umur Salma yang masih muda dan seumuran dengannya sebab itu Keyna memanggil Salma dengan nama tanpa embel-embel Bibi bahkan jika tidak ada Devan Keyna meminta Salma agar memanggil nama saja, tapi Salma tidak mau.

"Salma, hari ini aku aja yang masak ya, kamu sama pelayan yang lain istirahat aja," ucap Keyna.

"Tapi, Nona. Nanti jika Tuan Devan tau, Tuan Devan akan marah besar pada kami semuanya Nona. Jadi, biar kami saja yang memasak untuk Nona dan Tuan," ucap Salma.

"Gak, untuk hari ini biar aku aja yang masak, aku pengen Devan nyobain masakan ku," ucap Keyna.

"Baik, Nona. Tapi, tetap akan kami awasi," ucap Salma dan diangguki Keyna.

Sebenarnya Keyna risih saat ia memasak ada orang yang melihatnya, namun ia tidak bisa mengusir mereka karena mereka akan tetap kekeh kecuali Devan yang menyuruhnya pergi.

Setelah beberapa saat kemudian, masakan Keyna pun jadi, "Wah, sepertinya enak Nona," ucap Bi Nani yang baru daja datang.

"Iya dong, aku kalau di rumah juga biasanya masak ini, kalau begitu ayo kita makan bareng," ajak Keyna.

"Tidak, terima kasih Nona. Kami akan makan jika Nona dan Tuan sudah makan," ucap Bi Nani.

"Kenapa begitu, ayo kita makan bareng biar seru," ucap Keyna.

"Sekali lagi tidak bisa Nona, ini sudah aturan yang ada sejak dulu," ucap Bi Nani.

"Huh, yaudah deh ini aku taruh di piring, kalian bisa makan sepuasnya nanti ya, aku tadi masak lumayan banyak soalnya," ucap Keyna dan menaruh masakannya di piring yang berbeda.

"Terima kasih, Nona," ucap Bi Nani.

"Sama-sama, Bi,"

"Bi, Devan mana ya?" tanya Keyna yang sejak tadi tidak melihat keberadaan sang suami.

"Tuan Devan, sedang berada di ruang kerjanya Nona," ucap Bi Nani dan diangguki Keyna.

Keyna pun berjalan menuju ruang kerja Devan, sesampainya di depan pintu ruangan tersebut, Keyna mengetuk pintu itu dan ia mendengar jika Devan menyuruhnya masuk, Keyna membuka pintu tersebut dan masuk kedalam ruang kerja Devan, ini adalah pertama kalinya bagi Keyna masuk kedalam ruang kerja Devan karena itu ia sangat mengagumi bagaimana elegannya ruang kerja Devan dengan warna hitam bercampur abu-abu dan putih hampir sama dengan kamarnya, mungkin karena memang selera Devan.

Devan hanya menatap Keyna, "Kenapa?" tanya Devan.

Pertanyaan Devan membuat Keyna tersadar dan segera melihat ke arah Devan, "Ehm, itu makanan udah siap," ucap Keyna dan diangguki Devan.

"Aku masih ada kerjaan, kamu makan dulu jangan menungguku," ucap Devan yang terkesan mengusir.

"Hem, yaudah," ucap Keyna lalu keluar dari ruang kerja Devan.

"Bi, temenin Keyna makan ya," ajak Keyna.

"Tapi, Non...," Bi Nani tentunya takut jika Devan marah.

"Devan gak mau makan bareng Bi, katanya dia masih ada kerjaan makanya aku ajak Bi Nani makan, aku gak bisa kalau makan sendirian," ucap Keyna.

"Tapi, Bibi takut Non, kalau Tuan Devan marah bagaimana?" tanya Bi Nani.

"Terus Keyna makannya sama siapa masa sendiri, Keyna gak bisa makan sendiri, Bi" ucap Keyna.

"Kalau tidak bisa makan sendiri itu bilang, aku bisa meluangkan waktu buat makan bersama," ucap Devan lalu duduk di tempat biasanya ia duduki.

"Tadi katanya kamu ada kerjaan, makanya aku gak bilang soalnya takut ganggu," ucap Keyna.

"Lain kali bilang, aku akan usahain buat meluangkan waktuku," ucap Devan dan diangguki Keyna lalu ia pun mengambilkan makanan untuk Devan.

Setelah makan, Keyna pun menuju dapur, "Nona, biar Bibi yang cuci piringnya," ucap Bi Nani.

"Gapapa, kok Bi. Biasanya kalau di rumah aku cuci piring sendiri," ucap Keyna.

"Kamu itu disini istriku jadi tugasmu bukan cuci piring dan untuk apa memperkejakan mereka lebih baik aku pecat saja mereka kalau akhirnya kamu cuci piring sendiri, aku memperkejakan mereka supaya kamu tidak capek di rumah setelah bekerja," ucap Devan.

"Hem, yaudah aku gak cuci piring," ucap Keyna yang tidak ingin memperpanjang masalah ini.

"Mau temenin aku kerja?" tanya Devan.

"Emang boleh?" tanya Keyna.

"Boleh," ucap Devan.

"Aku gak ganggu kamu kerja?" tanya Keyna.

"Gak," ucap Devan dengan menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, yuk," ajak Keyna.

Sesampainya di dalam ruang kerja Devan, Keyna pun duduk di sofa yang ada disana, "Kenapa duduk disana?" tanya Devan.

"Hah! terus aku duduk dimana kalau bukan disini?" tanya Keyna.

"Sini," ucap Devan.

Keyna pun menuju ke arah Devan, "Kenapa?" tanya Keyna.

Sedetik kemudian, Keyna dibuat terkejut dengan tindakan yang dilakukan Devan, "Aaa!," teriak Keyna.

Bagaimana tidak, tanpa aba-aba Devan langsung menarik pinggang Keyna hingga Keyna saat ini berada di pangkuan Devan, "Astaga, Van. Aku kaget banget tau gak, untung aku gak punya penyakit jantung," ucap Keyna yang belum sadar saat ini ia berada di pangkuan Devan.

Keyna tiba-tiba sadar jika saat ini ia berada di pangkuan Devan dan hal Itu membuat wajahnya bersemu merah bahkan sampai telinga dan lehernya, ia mulai salah tingkah. Sedangkan, Devan hanya tersenyum dan menatap lekat ke arah sang istri yang ada di pangkuannya.

'Astaga, kenapa jadi deg-degan gini sih?' tanya Keyna dalam hati.

Keyna pun bersembunyi di dada bidang Devan dan Devan kembali fokus ke pekerjaannya yang tadi sempat terhenti karena Mike mengatakan jika Keyna tidak bisa makan sendiri dan sebab itu, Devan keluar dan menemani Keyna untuk makan malam.

Devan sama sekali tak terganggu meskipun Keyna berada di pangkuannya, ia justru merasa nyaman, Devan pun melihat ke arah Keyna yang ternyata sudah terlelap.

"Udah jam 10 ternyata makanya dia tidur, padahal tadi udah tidur siang, tapi dia masih bisa tidur malam, aneh. seharusnya kalau udah tidur siang malamnya gak bisa tidur," gumam Devan lalu merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya dan menggendong Keyna menuju kamar.

"Tuan," panggil Mike yang melihat Devan keluar dari ruang kerjanya, ya Mike tidak berani masuk karena didalam ruang kerja Devan terdapat sepasang suami istri.

"Semua berkasnya sudah selesai tinggal kau lakukan sesuai rencana," ucap Devan dan diangguki Mike.

Devan membawa Keyna menaiki tangga dan hal itu dilihat oleh semua pelayan dan juga para pengawal, "Nona Keyna, sangat beruntung ya bisa dapetin Tuan Devan yang begitu sempurna," ucap Bi Tisya.

"Iya, Bi saya setuju. Nona Keyna memang beruntung banget dan Tuan Devan juga beruntung," ucap Salma.

Devan merebahkan tubuh Keyna dengan hati-hati agar Keyna tidak bangun, setelah itu ia membersihkan tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di samping sang istri yang sama sekali tidak terganggu sejak tadi.

"Apa aku mulai menyukaimu? semoga ini bukan rasa suka, aku harap ini hanya rasa kasihan," tanya Devan.

"Tapi, aku tidak bisa menyukaimu, aku harus membencimu kalau aku menyukaimu aku tidak bisa membunuhmu," lanjutnya lalu mengecup bibir Keyna dan ikut terlelap dengan memeluk Keyna.

***

Disisi lain disebuah ruang kerja yang dominan dengan warna hitam terdapat dua orang yang sedang memberikan informasi kepada seorang pria yang cukup berumur, pria itu memegang foto seorang wanita yang tengah tersenyum, "Jadi perempuan ini istri dari Devan?" tanya pria tersebut.

"Benar Tuan," ucap salah satu pria.

"Kita ke sana besok, aku penasaran bagaimana wajah istrinya seorang Devan, aku akan ke sana secara langsung, aku juga ingin memastikan apa wajah istrinya Devan sangat cocok di ranjang ku," ucap pria tersebut sambil menyeringai.

"Devan Radya Erland, aku akan membuatmu hancur seperti kau membuat anakku hancur, aku akan membuat istrimu juga hancur. Tapi, sebelum itu, aku akan mencicipinya terlebih dahulu setelah itu baru ku habisi istrimu, kali ini aku tidak akan kalah darimu, tapi kali ini kau yang akan kalah dariku dan tunduk kepadaku, akan ku buat kau sujud di kakiku," lanjutnya.

.

.

.

Tbc