《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Nozela mengangkat kepalanya, dia menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat. Nozela memiringkan tubuhnya, dia meraih guling William lalu memeluknya.
Dia terdiam sambil menciumi bau guling yang menempel aroma khas tubuh William. Pikirannya melayang pada kejadian barusan, dimana dia bisa melihat dengan jelas milik William yang besar dan panjang. Belum lagi dada serta perut William yang berotot, membuat Nozela semakin kehilangan akal.
"Aishhh, sial. Kenapa jadi mikirin itu sih?" Gumamnya.
Nozela menyembunyikan wajahnya ke guling sambil mencoba menghilangkan bayangan milik William.
"Lo nggak boleh berpikiran jorok Jel, nanti otak lo jadi bodoh."
Meski sudah mensugesti dirinya sendiri untuk tak memikirkan, namun pikiran Nozela terus berputar pada William yang mengurut miliknya dengan cepat.
Tiba-tiba Nozela bangkit dari tidurannya. "Nggak, gue nggak boleh mikirin ini terus." Gumamnya sambil menepuk-nepuk pippinya.
Drrtt
Drrt
"Anjing." Umpat Nozela.
Dia segera mencari ponselnya yang bergetar, setelah menemukannya dia segera mengangkat panggilan dari mamanya.
"Halo mah."
"Halo sayang, kamu dimana? Masih di kost Thalia, kata bibik kamu nganterin Thalia pulang."
"Iya mah, tapi sekarang Ojel di rumah Liam, mampir bentar."
"Oh, oke. Mamah udah sampai rumah, baru aja."
"Kalau gitu Ojel pulang sekarang."
"Hati-hati ya."
Tut.
Nozela mengenggam erat ponselnya. "Bener, gue harus pulang." Gumamnya.
Nozela segera turun dari ranjang, saat hendak memutar kenop pintu suara William menghentikan langkahnya.
"Mau kemana Jel?"
Nozela mematung di depan pintu, dia memutar tubuhnya untuk menatap William. Nozela membelakan matanya saat mendapati William hanya memakai handuk saja, dia bersandar pada pintu kamar mandi sambil menatap dirinya.
"Lo mau ngegoda gue ya?" Tuduh Nozela.
William tersenyum lalu mendekat ke arah Nozela yang nampak gugup. Jarak mereka hanya beberapa langkah saja.
"Mau ngapain lo, jangan macem-macem ya." Ancam Nozela.
William semakin maju, dengan terpaksa Nozela terus mundur hingga tubuhnya menabrak pintu. Dia menatap William takut, untuk pertama kalinya William bersikap seperti ini padanya.
William memajukan wajahnya, membuat Nozela memejamkan matanya erat. William tersenyum miring, satu tangannya meremas pinggang Nozela.
Clak...clak. Suara kunci terbuka.
"Fyuh." William meniup wajah Nozela.
"Lo ngapain merem, gue cuma mau buka kuncinya bukan mau nyium lo." Ucap William sambil terkekeh.
Nozela membuka matanya. Dia menatap William dengan nyalang.
"Ihh, William nyebelin."
Nozela mendorong tubuh William, segera dia keluar dari kamar sahabatnya itu.
"Awas aja ya lo, berani banget mainin gue."
Sampai di lantai bawah, Nozela berpapasan dengan Mona dan Luna.
"Loh, Ojel. Mau kemana?"
"Ojel mau pulang tante, mamah sama papah udah pulang soalnya." Jawab Nozela.
"Padahal tante mau ajak kamu makan malam bareng disini."
"Aduh maaf ya tan, lain kali deh janji." Ucapnya sambil membuat jari berbentuk V.
Mona tersenyum lalu mengelus pucuk kepala Nozela. "Iya nggak papa kok. Hati-hati ya."
Nozela mengangguk. "Ojel pulang dulu ya tan, bay Luna."
"Bay kak."
"Luna maunya kak Ojel yang jadi pacarnya kak Liam." Ucap Luna saat Nozela sudah pergi.
"Huss, nggak boleh gitu. Kak Liam kan udah sama kak Clarissa."
"Tck, tapi Luna maunya kak Ojel aja. Kita kan nggak tau kedepannya bakal gimana mah." Ucap Luna lalu pergi.
Mona menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya juga sih." Gumamnya.
●
Pagi harinya, Nozela berangkat ke kampus seperti biasanya. Hari ini dia akan memakai mobil sendiri karena ingin berangkat bersama Thalia. Selesai sarapan, dia pergi ke kandang smooky untuk berpamitan pada anjingnya itu.
"Mommy ke kampus dulu ya, pulang dari kampus nanti kita pergi ke salon. Oke."
Anjing tipe beagle itu menggonggong seolah paham apa yang dikatakan Nozela.
"Babay smooky."
Nozela berjalan ke halaman, mobilnya sudah di siapkan oleh supir pribadi keluarganya. Dia segera masuk me mobil dan melajukan mobilnya untuk menjemput Thalia di kostnya.
Nozela memutar lagu kesukaannya sambil menirukan setiap liriknya.
"So you can love me, hate me. You will never be, never be, never be me." Gumamnya.
Tak lama mobil Nozela sampai di depan kost khusus putri, Thalia sudah menunggunya di depan gerbang. Setelah mobil Nozela berhenti, Thalia langsung masuk.
"Sorry ya Tha, lama."
"Nggak papa kok."
Nozela kembali melajukan mobilnya menuju kampus.
"Tumben nggak bareng Leon?"
"Enggak, pengen bawa mobil sendiri aja. Gue nggak mau ngerepotin Leon kalo semisal dia ada acara sama profesi modelingnya."
Thalia mengangguk setuju. Mobil Nozela memasuki parkiran kampusnya. Dia memarkirkan mobilnya lalu keluar bersama.
Entah kebetulan dari mana, mobil William berhenti di samping mobil Nozela. William keluar bersama Clarissa, dia sempat beradu tatap degan Nozela namun Nozela segera membuang pandangannya. Dia masih kesal dengan William karena kejadian kemarin.
"Cabut yuk." Ajak Nozela.
Thalia mengerutkan kening, dia menatap William dan Nozela bergantian. Tak biasanya Nozela akan mendiamkan atau tak menyapa William seperti ini, meski ada Clarissa namun biasanya Nozela akan menyapa meski hanya sekedar tersenyum.
Namun kali ini Nozela justru terlihat cuek pada William.
"Mereka kenapa? Tumben." Batinnya.
Thalia bingung, dia mengikuti langkah kaki Nozela masuk ke dalam kampus namun dia sempat menoleh ke belakang dimana William juga tengah menatap mereka.
"William lihatin kita tuh."
"Bodo amat." ketus Nozela.